Tafsir Surat Al-Humazah
Para ulama sepakat bahwasanya Surat Al-Humazah adalah surat Makiyyah yang diturunkan kepada Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam sebelum berhijrah ke kota Madinah, dan pokok pembicaraan surat ini berkaitan tentang cercaan dan ancaman bagi orang-orang yang suka mengumpat dan mencela. Oleh karena itu, surat ini dibuka dengan firman Allah وَيْلٌ yang bermakna “celaka.”
Di dalam Al-Quran, tidak ada surat yang didahului dengan وَيْلٌ kecuali hanya dua surat yaitu surat Al-Muthaffifin dan surat Al-Humazah. Surat Al-Muthaffifin berisikan tentang ancaman bagi orang-orang yang tidak menunaikan hak manusia berkaitan dengan harta, yaitu ketika mereka menimbang harta orang lain maka mereka mengurangi timbangan tersebut. Adapun surat Al-Humazah berisikan tentang celaan orang-orang yang suka mengumpat dan mencela yaitu berkaitan dengan harga diri orang lain.
Menganggu orang lain dari sisi hartanya maupun harga dirinya bukanlah perkara yang sepele dalam syariat. Sebagaimana Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam pernah bersabda:
فَإِنَّ دِمَاءَكُمْ وَأَمْوَالَكُمْ وَأَعْرَاضَكُمْ بَيْنَكُمْ حَرَامٌ عَلَيْكُمْ
“Sesungguhnya darah kalian, harta benda kalian, kehormatan kalian, haram atas kalian.” (HR Bukhari no. 67)
Sebagaimana perbuatan membunuh orang lain membuatnya diancam oleh Allah maka begitu pula merampas harta orang lain. Demikian juga mencela orang lain. Dari sini perlu setiap orang untuk berhati-hati dan menjaga lisannya agar tidak mudah mencela orang lain atau menjatuhkan harga diri orang lain tanpa hak karena diancam oleh Allah dengan kecelakaan.
Para ulama mencoba menjelaskan hubungan antara surat Al-Humazah dengan surat Al-‘Ashr. Surat Al-‘Ashr membahas tentang kerugian yang dialami oleh manusia. Sedangkan surat Al-Humazah membahas tentang diantara kerugian tersebut adalah orang-orang yang terjerumus dalam umpatan dan celaan.
Allah berfirman pada permulaan surat:
- وَيْلٌ لِّكُلِّ هُمَزَةٍ لُّمَزَةٍ
“Celakalah bagi setiap pengumpat dan pencela”
Di kalangan para ahli tafsir terdapat dua pendapat tentang makna وَيْلٌ. Pertama, salah satu nama lembah di neraka Jahannam. Kedua, celaan secara umum yang bermakna celaka.
Imam Al-Qurthubi di dalam tafsirnya (20/181) menyatakan bahwa kata وَيْلٌ (celaka) kembali kepada tiga pemaknaan, yaitu:
Pertama, الْخِزْيُ yang berarti kehinaan
Kedua, الْعَذَابُ yang berarti adzab
Ketiga, الْهَلَكَةُ yang berarti kebinasaan
Sehingga ketika Allah mengatakan وَيْلٌ (celaka) maka terkumpul padanya tiga kecelakaan, yaitu kehinaan, adzab, dan kebinasaan.
Kemudian para ahli tafsir juga membedakan tentang makna هُمَزَةٍ dan لُمَزَةٍ. Sebagian ulama mengantakan bahwa هُمَزَةٍ berkaitan dengan ghibah, yaitu menyebutkan kejelekan-kejelekan orang lain ketika orang tersebut tidak ada. Adapun لُمَزَةٍ berkaitan dengan celaan langsung di hadapan orang lain. Ada pula yang memaknai هُمَزَةٍ dengan mencela orang lain dengan menggunakan anggota tubuh seperti mencibir orang lain dengan bibirnya atau dengan pandangan matanya, sedangkan لُمَزَةٍ adalah mencela orang lain dengan menggunakan lisan seperti perkataan, “wahai si bodoh”, “wahai si pincang”.
Seseorang boleh menjatuhkan orang lain jika syariat memperbolehkan seperti orang tersebut memang orang yang sangat tercela. Tetapi menjatuhkan orang lain dalam hal ini sesama kaum muslimin dengan tanpa hak, maka ini tidak boleh. Dan perbuatan tersebut merupakan indikator kesombongan. Karena tidaklah seseorang akan merendahkan orang lain tanpa hak kecuali karena dia merasa dirinya tinggi, merasa dirinya lebih hebat. Sehingga dia mudah menjatuhkan orang lain. Nabi bersabda:
الْكِبْرُ بَطَرُ الْحَقِّ وَغَمْطُ النَّاسِ
“Sombong adalah sikap menolak kebenaran dan meremehkan manusia.” (HR Muslim no. 91)
Kemudian Allah berfirman:
- الَّذِي جَمَعَ مَالًا وَعَدَّدَهُ
“Yang mengumpulkan harta dan menghitung-hitungnya”
Dalam bahasa Arab kata عَدَّدَ diambil dari wazan فَعَّلَ yang salah satu faedahnya adalah mubalaghah (hiperbola) sehingga maknanya bukan sekedar “menghitung” tetapi “menghitung-hitung” artinya dia benar-benar menghitung dengan detail harta yang dia miliki.
Ketika seseorang mengumpulkan harta yang banyak maka hal tersebut bisa memancing timbulnya kesombongan di dalam dirinya, terlebih jika tidak dibarengi dengan keimanan. Sehingga karena kesombongan itulah dia akan merendahkan orang yang tidak punya harta, kemudian mencela dan mengumpat sebagaimana orang-orang musyrikin Arab mencela kaum muslimin yang miskin.
Kemudian Allah berfirman:
- يَحْسَبُ أَنَّ مَالَهُ أَخْلَدَهُ
“Dia (manusia) mengira bahwa hartanya itu dapat mengekalkannya”
Anggapan seperti ini ternyata banyak dianut oleh manusia, seakan-akan dia mengira bahwa harta yang banyak akan membuat dia bisa bertahan hidup lebih lama dan menambah umur mereka. Padahal ini anggapan seperti ini adalah anggapan yang keliru. Karena hal tersebut justru seakan-akan membuat umurnya serasa menjadi pendek. Karena dia sibuk memikirkan hartanya, sehingga menimbulkan banyak kesusahan di dalam dirinya. Mengumpulkan harta itu susah, ditambah dia harus menjaganya, lalu dia selalu menghitung-hitungnya, dan pada dirinya ada rasa pelit, sehingga ini makin membuat hidupnya gelisah.
Padahal orang yang berinfak dengan hartanya di jalan Allah, merekalah yang akan dipanjangkan umurnya oleh Allah terutama jika dia gunakan untuk bersilaturahmi. Hal itu karena dia merasa lebih tenteram, harta yang diberikan oleh Allah kemudian dia keluarkan di jalan Allah maka dia yakin bahwasanya harta yang dia keluarkan tersebut tidak sia-sia. Sehingga anggapan mereka yang suka menghitung-hitung harta akan memanjangkan umur adalah salah.
Harta yang mereka miliki sebanyak apapun tidak akan memperpanjang umur mereka meskipun hanya sedetik. Banyaknya mobil, banyaknya aset, banyaknya rumah, banyaknya dollar, milyaran, trilyunan tidak akan menunda kematian mereka meski hanya sedetik.
Kemudian Allah berfirman:
- كَلَّا ۖ لَيُنبَذَنَّ فِي الْحُطَمَةِ
“Sekali-kali tidak! Pasti dia akan dilemparkan ke dalam (neraka) Huthamah.
Allah membantah anggapan mereka bahwasanya tidak benar orang yang hartanya lebih banyak akan lebih panjang umurnya, akan lebih bahagia, akan lebih nikmat. Semua anggapan itu tidak benar. Namun jika ingin tenteram maka harta dikeluarkan untuk bersedekah, sehingga Allah akan memberikan kebahagiaan kepadanya.
Kemudian Allah berfirman:
- وَمَا أَدْرَاكَ مَا الْحُطَمَةُ
“Dan tahukah kamu apa (neraka) Huthamah itu?”
Salah satu diantara nama-nama neraka adalah huthamah. Kata huthamah tidak dijumpai di dalam ayat manapun di Al-Quran kecuali dalam surat Al-Humazah. Sehingga surat Al-Humazah terkadang disebut juga dengan surat Al-Huthamah.
Al-Huthamah diambil dari kata تَحْطِيْمٌ yang dalam bahasa Arab bermakna menghancurkan. Api neraka apabila mengenai penghuni neraka maka tidak akan ada yang disisakan dari anggota tubuh penghuni neraka tersebut, semua akan dibakar hingga tubuh dan organ-organ bagian dalam.
Kemudian Allah berfirman:
- نَارُ اللَّهِ الْمُوقَدَةُ
“(Yaitu) api (adzab) Allah yang dinyalakan”
Allah mengatakanنَارُ اللَّهِ (api Allah), ketika api tersebut disandarkan kepada Allah maka itu menunjukan bahwa api tersebut bukanlah api yang biasa akan tetapi api yang sangat mengerikan, karena yang menyiapkan api tersebut adalah Allah.
Api neraka pada asalnya sudah sangat panas, lalu dinyalakan dan dipanaskan lagi selama 1000 tahun oleh Allah, kemudian dipanaskan lagi selama 1000 tahun hingga api tersebut menjadi hitam, karena saking panasnya. Dan api tersebut disiapkan untuk orang kafir.
Kemudian Allah berfirman:
- الَّتِي تَطَّلِعُ عَلَى الْأَفْئِدَةِ
“yang (membakar) sampai hati”
Allah kemudian menyebutkan contoh bagaimana sifat api tersebut yang menghancurkan, yaitu api tersebut yaitu membakar sampai ke hati dan jantung. Neraka tidak hanya membakar bagian luar saja akan tetapi langsung membakar sekaligus hingga bagian dalam (lihat At-Tahriir wa at-Tanwiir 30/541), sampai ke organ bagian dalam tubuh seperti usus-usus dan sel-sel seluruhnya terbakar. Hal ini berbeda dengan api di dunia, yang tatkala membakar biasanya membakar bagian luar terlebih dahulu baru lama-lama membakar bagian dalam. Kata para ulama salaf, mereka merasakan jantung mereka dibakar oleh api neraka Huthamah dalam keadaan hidup, sehingga kepedihan yang mereka rasakan benar-benar pada puncak kepedihan.
Sebagian ulama mencoba menafsirkan mengapa pada ayat ini Allah menyebutkan jantung. Yaitu karena Allah Maha Adil, seseorang ketika dia mencela dan mencerca itu artinya ada kesombongan di dalam dirinya, dan kesombongan itu letaknya di hati. Oleh karena itu, hatinyalah yang dibakar oleh Allah.
Kemudian Allah berfirman:
- إِنَّهَا عَلَيْهِم مُّؤْصَدَةٌ
“Sungguh api itu ditutup rapat atas (diri) mereka”
Allah menutup rapat neraka sehingga dia tidak mungkin keluar. Allah juga berfirman:
يُرِيدُونَ أَن يَخْرُجُوا مِنَ النَّارِ وَمَا هُم بِخَارِجِينَ مِنْهَا ۖ وَلَهُمْ عَذَابٌ مُّقِيمٌ
“Mereka ingin keluar dari neraka, tetapi tidak akan dapat keluar dari sana. Dan mereka mendapat azab yang kekal.” (QS Al-Maidah : 37)
إِنَّ الَّذِينَ كَذَّبُوا بِآيَاتِنَا وَاسْتَكْبَرُوا عَنْهَا لَا تُفَتَّحُ لَهُمْ أَبْوَابُ السَّمَاءِ وَلَا يَدْخُلُونَ الْجَنَّةَ حَتَّىٰ يَلِجَ الْجَمَلُ فِي سَمِّ الْخِيَاطِ ۚ وَكَذَٰلِكَ نَجْزِي الْمُجْرِمِينَ
“Sesungguhnya orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami dan menyombongkan diri terhadapnya, tidak akan dibukakan pintu-pintu langit bagi mereka, dan mereka tidak akan masuk surga, sebelum unta masuk ke dalam lubang jarum. Demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat jahat.” (QS Al-A’raf : 40)
Kemudian Allah berfirman:
- فِي عَمَدٍ مُّمَدَّدَةٍ
“(Sedang mereka itu) diikat pada tiang-tiang yang panjang”
Ada dua pendapat di kalangan para ulama tentang maksud dari مُّمَدَّدَةٍ (tiang-tiang yang dipanjangkan) ini. Pendapat pertama, sebagian ulama mengatakan maksudnya adalah setelah neraka Jahannam ditutup maka Allah akan mendatangkan tiang-tiang yang panjang untuk menutup neraka agar neraka tersebut seakan-akan semakin sulit untuk terbuka. Pendapat kedua, sebagian ulama yang lain mengatakan maksudnya orang-orang kafir yang masuk neraka Jahannam akan dibakar dalam keadaan dililit dengan besi panjang di tangan dan kaki mereka. (lihat Tafsir al-Baghowi 8/531)