Doa Ketika Sakit
Pertama
بِسْمِ اللَّهِ (3×) أَعُوذُ بِاللَّهِ وَقُدْرَتِهِ مِنْ شَرِّ مَا أَجِدُ وَأُحَاذِرُ (7×)
Bismillaah (3x). A’uudzu billaahi wa qudrotihi min syarri maa ajidu wa uhaadzir (7x).
“Dengan nama Allah (3x). Aku berlindung kepada Allah dan kekuasaanNya, dari kejahatan sesuatu yang aku jumpai dan aku khawatirkan([1]) (7x).” ([2])
Kedua
بِسْمِ اللَّهِ، تُرْبَةُ أَرْضِنَا، بِرِيقَةِ بَعْضِنَا، يُشْفَى سَقِيمُنَا، بِإِذْنِ رَبِّنَا
Bismillaah, turbatu ardhinaa, biriiqoti ba’dhinaa, yusyfaa bihi saqiimunaa, bi-idzni robbinaa.
“Dengan nama Allah, debu tanah kami([3]), dengan sedikit ludah kami, bisa menjadi sebab sembuhnya sakit kami, dengan izin Rabb kami.” ([4])
Ketiga
أَنِّي مَسَّنِيَ الضُّرُّ وَأَنْتَ أَرْحَمُ الرَّاحِمِينَ
annii massaniyadh-dhurru wa anta arhamur-roohimiin.
“sesungguhnya aku telah ditimpa penyakit, dan Engkau adalah Tuhan Yang Maha Penyayang di antara semua penyayang.” ([5])
Keempat
اَللَّهُمَّ إِنْ كَانَ أَجَلِيْ قَدْ حَضَرَ فَأَرِحْنِيْ، وَإِنْ كَانَ مُتَأَخِّرًا فَارْفَعْهُ عَنِّيْ، وَإِنْ كَانَ بَلَاءً فَصَبِّرْنِيْ
Allaahumma in kaana ajalii qod hadhoro fa-arihnii, wa in kaana muta-akh-khiron farfa’hu ‘annii, wa in kaana balaa-an fashobbirnii.
“Ya Allah, jika ajalku telah dekat maka istirahatkanlah aku([6]). Jika ajalku masih jauh, naka angkatlah aku([7]). Dan jika ini musibah, berikanlah aku kesabaran([8]).” ([9])
Kelima
Membaca Al-Mu’awwidzaat (Al-Ikhlas, Al-Falaq dan An-Naas), tiupkan ke tangan, lalu usapkan ke seluruh bagian tubuh yang bisa dijangkau. ([10])
__________________________________________________________
([1]) maksudnya berlindung dari rasa sakit dan sesuatu yang dibenci yang sedang dialaminya sekarang dan juga berlindung dari sesuatu yang diperkirakan akan menimpanya pada kemudian hari berupa rasa sedih dan rasa takut. (lihat: Syarhu Sunan Ibni Majah Lis Suyuthi 1/252)
Hadits ini adalah riwayat ‘Utsman bin Abu Al-‘Ash ketika dia mengadu kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang sakit yang ia dapati pada badannya, lalu Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengajarkan cara penyembuhannya yaitu dengan meletakkan tangan pada bagian tubuh yang sakit kemudian mengucapkan doa ini.
([3]) تُرْبَةُ أَرْضِنَا maksudnya tanah dari kota Madinah secara khusus karena keberkahannya atau bisa juga tanah apapun secara umum. (lihat: Irsyaadus Saary Lisyarhi Shohih Al-Bukhory 8/393)
([4]) HR. Bukhari no. 5745 dan Muslim no. 2194.
Caranya yaitu dengan mengambil ludah dengan jari telunjuk, kemudian meletakkannya di tanah hingga ada tanah yang menempel pada jari telunjuk lalu mengusap bagian yang sakit dengan mengucapkan doa tersebut ketika sedang mengusap. (lihat penjelasan Al-Imam An-Nawawi di Al-Minhaaj Syarh Shahih Muslim 14/184)
([5]) Ini adalah doa nabi Ayyub yang termaktub dalam surah Al-Anbiya: 83
([6]) Maksudnya: istirahatkan aku dengan kematian dari segala macam bentuk ujian. (lihat: Mirqootul Mafaatiih Syarhu Misykaatul Mshoobiih 9/3946)
([7]) Maksudnya berikan aku kesehatan dengan mengangkat penyakitku dan berikan aku keluasan pada kehidupanku. (lihat: Mirqootul Mafaatiih Syarhu Misykaatul Mshoobiih 9/3946)
([8]) Maksudnya adalah jika penyakit ini Engkau takdirkan maka berikanlah aku kesabaran atasnya dan jangan jadikan aku termasuk orang-orang yang mengeluh. (lihat: Mirqootul Mafaatiih Syarhu Misykaatul Mshoobiih 9/3946)
([9]) HR. Ahmad no. 841 , dan dikatakan oleh Syu’aib Al-Arnauth bahwa sanad hadits ini hasan dan juga diriwayatkan oleh At-Tirmudzi no. 3564 dan beliau mengatakan bahwa hadits hasan shahih.
([10]) Lihat HR. Bukhari no. 5735, yaitu hadits ‘Aisyah,
«أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يَنْفُثُ عَلَى نَفْسِهِ فِي المَرَضِ الَّذِي مَاتَ فِيهِ بِالْمُعَوِّذَاتِ، فَلَمَّا ثَقُلَ كُنْتُ أَنْفِثُ عَلَيْهِ بِهِنَّ، وَأَمْسَحُ بِيَدِ نَفْسِهِ لِبَرَكَتِهَا» فَسَأَلْتُ الزُّهْرِيَّ: كَيْفَ يَنْفِثُ؟ قَالَ: «كَانَ يَنْفِثُ عَلَى يَدَيْهِ، ثُمَّ يَمْسَحُ بِهِمَا وَجْهَهُ»
“Bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam meniupkan pada tubuhnya yang telah dibaca Al-Mu’awwidzaatketika beliau sakit yang mengantarkan kematian. Ketika Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam sudah sangat parah, aku (A’isyah) yang meniupkan dengan bacaan surat tersebut, dan aku gunakan tangan beliau untuk mengusap badan beliau, karena tangan beliau berkah.”
Dan para ulama memasukkannya ke dalam bab Ruqyah dengan Al-Quran dan Al-Mu’awwidzat, dan disebutkan alasan ruqyah dengan Al-Mu’awwidzaat karena di dalamnya terdapat permintaan perlindungan kepada Allah subhanahu wa ta’ala dari keburukan-keburukan yang disebutkan dalam surah Al-Falaq dan An-Nas.