Sebab Dikabulkannya Doa
- Jujur dan tulus dalam berdoa
Dari Anas bin Malik
مَنْ طَلَبَ الشَّهَادَةَ صَادِقًا، أُعْطِيَهَا، وَلَوْ لَمْ تُصِبْهُ
“Siapa yang mencari syahadah dengan jujur, maka dia akan diberikan meskipun tidak mendapatkan (syahadah).” ([1])
Dan dari Sahl bin Hunaif
مَنْ سَأَلَ اللهَ الشَّهَادَةَ بِصِدْقٍ، بَلَّغَهُ اللهُ مَنَازِلَ الشُّهَدَاءِ، وَإِنْ مَاتَ عَلَى فِرَاشِهِ
“Siapa yang meminta kepada Allah (Mati) Syahid dengan jujur, maka Allah sampaikan dia ke tempat orang-orang syahid meskipun dia meninggal di atas ranjangnya.” ([2])
- Berprasangka baik kepada Allah subhanahu wa ta’ala
Dari Abu Hurairah:
إِنَّ اللهَ يَقُولُ: أَنَا عِنْدَ ظَنِّ عَبْدِي بِي وَأَنَا مَعَهُ إِذَا دَعَانِي ”
“sesungguhnya Allah subhanahu wa ta’ala berfirman: Aku sesuai prasangka hamba-Ku terhadap-Ku, dan Aku bersamanya jika ia berdoa kepada-Ku.” ([3])
- Memperbanyak amalan sunnah.
Berdasarkan hadits Qudsy yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah:
مَنْ عَادَى لِي وَلِيًّا فَقَدْ آذَنْتُهُ بِالحَرْبِ، وَمَا تَقَرَّبَ إِلَيَّ عَبْدِي بِشَيْءٍ أَحَبَّ إِلَيَّ مِمَّا افْتَرَضْتُ عَلَيْهِ، وَمَا يَزَالُ عَبْدِي يَتَقَرَّبُ إِلَيَّ بِالنَّوَافِلِ حَتَّى أُحِبَّهُ، فَإِذَا أَحْبَبْتُهُ: كُنْتُ سَمْعَهُ الَّذِي يَسْمَعُ بِهِ، وَبَصَرَهُ الَّذِي يُبْصِرُ بِهِ، وَيَدَهُ الَّتِي يَبْطِشُ بِهَا، وَرِجْلَهُ الَّتِي يَمْشِي بِهَا، وَإِنْ سَأَلَنِي لَأُعْطِيَنَّهُ، وَلَئِنِ اسْتَعَاذَنِي لَأُعِيذَنَّهُ”
“Siapa saja yang memusuhi wali-Ku, maka aku mengumumkan perang terhadapnya. Tidaklah hamba-Ku mendekatkan diri kepada-Ku dengan sesuatu yang lebih Aku cintai dibandingkan amal yang Aku wajibkan kepadanya. Dan tidaklah hamba-Ku terus-menerus mendekatkan diri kepada-Ku dengan amal-amal sunnah, sampai Aku mencintainya. Jika Aku sudah mencintainya, Aku menjadi pendengaran yang dia gunakan untuk mendengar; menjadi penglihatan yang dia gunakan untuk melihat; menjadi tangan yang dia gunakan untuk memegang; dan menjadi kaki yang dia gunakan untuk berjalan. Jika dia meminta kepada-Ku, sungguh akan Aku beri. Jika dia meminta perlindungan kepada-Ku, sungguh akan Aku lindungi.” ([4])
- Memakan makanan yang halal dan berpakaian dengan pakaian yang halal ketika berdoa
Hal ini berdasarkan hadits Abu Hurairah, bahwasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
إِنَّ اللهَ طَيِّبٌ لَا يَقْبَلُ إِلَّا طَيِّبًا، وَإِنَّ اللهَ أَمَرَ الْمُؤْمِنِينَ بِمَا أَمَرَ بِهِ الْمُرْسَلِينَ، فَقَالَ: {يَا أَيُّهَا الرُّسُلُ كُلُوا مِنَ الطَّيِّبَاتِ وَاعْمَلُوا صَالِحًا، إِنِّي بِمَا تَعْمَلُونَ عَلِيمٌ} [المؤمنون: 51] وَقَالَ: {يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُلُوا مِنْ طَيِّبَاتِ مَا رَزَقْنَاكُمْ} [البقرة: 172] ثُمَّ ذَكَرَ الرَّجُلَ يُطِيلُ السَّفَرَ أَشْعَثَ أَغْبَرَ، يَمُدُّ يَدَيْهِ إِلَى السَّمَاءِ، يَا رَبِّ، يَا رَبِّ، وَمَطْعَمُهُ حَرَامٌ، وَمَشْرَبُهُ حَرَامٌ، وَمَلْبَسُهُ حَرَامٌ، وَغُذِيَ بِالْحَرَامِ، فَأَنَّى يُسْتَجَابُ لِذَلِكَ؟ ”
“Sesungguhnya Allah itu Maha baik dan tidak menerima, kecuali sesuatu yang baik. Dan sesungguhnya Allah telah memerintahkan kaum Mukminin dengan perintah yang Allah gunakan untuk memerintahkan para rasul. Maka Allah berfirman, ”Wahai para rasul, makanlah segala sesuatu yang baik dan beramal salehlah (Al-Mukminun : 51).” Dan Allah juga berfirman, ”Wahai orang-orang yang beriman, makanlah segala sesuatu yang baik, yang telah kami berikan kepada kalian (Al Baqarah : 172).” Kemudian Rasulullah menyebutkan tentang seseorang yang melakukan perjalanan panjang, kusut rambutnya, kemudian mengangkat tangannya dan mengatakan : Wahai Rabb-ku, Wahai Rabb-ku, sedangkan makanannya haram, minumannya haram, pakaiannya haram, dan perutnya diisi dengan sesuatu yang haram, maka bagaimana Kami mengabulkan doanya?” ([5])
- Memperbanyak berdoa kepada Allah subhanahu wa ta’ala di waktu lapang
Berdasarkan hadits Abu Hurairah
مَنْ سَرَّهُ أَنْ يَسْتَجِيبَ اللَّهُ لَهُ عِنْدَ الشَّدَائِدِ وَالكَرْبِ فَلْيُكْثِرِ الدُّعَاءَ فِي الرَّخَاءِ
“Barang siapa yang senang untuk dikabulkan doanya di waktu sempit dan susah maka hendaknya dia memperbanyak doa di waktu lapang.” ([6])
- Memperbanyak berdzikir kepada Allah subhanahu wa ta’ala
Berdasarkan hadits Abu Hurairah
” ثَلَاثَةٌ لَا يَرُدُّ اللهُ دُعَاءَهُمُ: الذَّاكِرُ اللهَ كَثِيرًا، وَدَعْوَةُ الْمَظْلُومِ، وَالْإِمَامُ الْمُقْسِطُ ”
“Tiga kelompok yang Allah tidak akan menolak doa mereka: orang yang banyak berdzikir kepada Allah, doa orang yang dizalimi, dan imam yang adil.” ([7])
- Berdoa dengan nama-nama Allah subhanahu wa ta’ala yang agung dan sifat-sifatnya yang maha tinggi.
Sebagaimana yang diriwayatkan oleh Buraidah, bahwasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mendengar seseorang berdoa:
اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ بِأَنِّي أَشْهَدُ أَنَّكَ أَنْتَ اللَّهُ الَّذِي لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ. الْأَحَدُ الصَّمَدُ الَّذِي لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُولَدْ وَلَمْ يَكُنْ لَهُ كُفُوًا أَحَدٌ. فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ، أَوْ قَالَ وَالَّذِي نَفْسُ مُحَمَّدٍ بِيَدِهِ لَقَدْ سَأَلَ اللَّهَ بِاسْمِهِ الْأَعْظَمِ الَّذِي إِذَا سُئِلَ بِهِ أَعْطَى، وَإِذَا دُعِيَ بِهِ أَجَابَ»
“Ya Allah! aku meminta-Mu, aku bersaksi bahwa Engkau adalah Allah yang tidak ada Ilah lain selain-Mu, Engkau Maha Esa dan tempat bergantung yang tidak melahirkan, tidak dilahirkan dan tidak ada satu sekutu pun bagi-Nya. Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Demi Dzat yang jiwa Muhammad berada di tangan-Nya, ia meminta Allah dengan nama-Nya yang paling agung yang bila diminta dengannya pasti Ia akan memberi bila diseru dengannya pasti akan dikabulkan.” ([8])
- Berbakti kepada kedua orang tua
Karena doa orang tua adalah doa yang mustajab, sehingga hendaknya kita berbakti kepada kedua orang tua kita agar kita didoakan kebaikan oleh mereka, Dari Abu Hurairah
” ثَلَاثُ دَعَوَاتٍ لَا شَكَّ فِيهِنَّ: دَعْوَةُ الْمُسَافِرِ، وَالْمَظْلُومِ، وَدَعْوَةُ الْوَالِدِ عَلَى وَلَدِهِ ”
“tiga doa yang tidak ada keraguan di dalamnya: doa orang yang safar, doa orang yang dizalimi, dan doa orang tua kepada anaknya.” ([9])
Penghalang Dikabulkannya Doa
- Berdoa yang isinya dosa atau memutus silaturahmi
«لَا يَزَالُ يُسْتَجَابُ لِلْعَبْدِ، مَا لَمْ يَدْعُ بِإِثْمٍ أَوْ قَطِيعَةِ رَحِمٍ، مَا لَمْ يَسْتَعْجِلْ»
“Doa para hamba akan senantiasa dikabulkan, selama tidak berdoa yang isinya dosa atau memutus silaturahmi, selama dia tidak terburu-buru.” ([10])
- Tergesa-gesa dalam berdoa
Hal ini berdasarkan hadits Abu Hurairah, bahwasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda”
” يُسْتَجَابُ لِأَحَدِكُمْ مَا لَمْ يَعْجَلْ، يَقُولُ: دَعَوْتُ فَلَمْ يُسْتَجَبْ لِي ”
“Akan dikabulkan (doa) kalian selama tidak tergesa-gesa. Dia mengatakan, ‘Saya telah berdoa, namun belum saja dikabulkan‘.” ([11])
- Hatinya lalai ketika berdoa
Berdasarkan hadits yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah, bahwasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
ادْعُوا اللَّهَ وَأَنْتُمْ مُوقِنُونَ بِالإِجَابَةِ، وَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ لَا يَسْتَجِيبُ دُعَاءً مِنْ قَلْبٍ غَافِلٍ لَاهٍ
“Berdoalah kepada Allah dan kalian yakin akan dikabulkan. Ketahuilah, sesungguhnya Allah tidak mengabulkan doa dari hati yang lalai, dan lengah (dengan doanya).” ([12])
- Memakan harta atau barang yang haram. ([13])
- Meninggalkan amar ma’aruf dan nahi mungkar.
Dari Hudaifah bin Al-Yaman
وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ لَتَأْمُرُنَّ بِالمَعْرُوفِ وَلَتَنْهَوُنَّ عَنِ المُنْكَرِ أَوْ لَيُوشِكَنَّ اللَّهُ أَنْ يَبْعَثَ عَلَيْكُمْ عِقَابًا مِنْهُ ثُمَّ تَدْعُونَهُ فَلَا يُسْتَجَابُ لَكُمْ
“Demi Dzat yang jiwaku berada di tangannya, hendaknya kalian beramar ma’ruf dan nahi munkar atau jika tidak niscaya Allah akan mengirimkan siksa-NYa dari sisi-Nya kepada kalian, kemudian kalian memohon kepada-Nya namun do’a kalian tidak lagi dikabulkan.” ([14])
- Menggantungkan doa dan tidak meneguhkan hatinya ketika berdoa, seperti orang yang mengatakan: ya Allah ampunilah aku jika Engkau mengehendaki.
Berdasarkan hadits yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah, bahwasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
” لاَ يَقُولَنَّ أَحَدُكُمْ: اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِي إِنْ شِئْتَ، اللَّهُمَّ ارْحَمْنِي إِنْ شِئْتَ، لِيَعْزِمِ المَسْأَلَةَ، فَإِنَّهُ لاَ مُكْرِهَ لَهُ ”
“Janganlah kalian ketika berdoa dengan mengatakan, ‘Ya Allah, ampunilah aku jika Engkau mau. Ya Allah, rahmatilah aku, jika Engkau mau’. Hendaknya dia mantapkan keinginannya, karena tidak ada yang memaksa Allah.” ([15])
____________________________________
Footnote:
([6]) HR. At-Tirmidzi no. 3382 dan dikatakan oleh Al-Albani hadits ini hasan
([7]) HR. Al-Baihaqy dalam kitabnya Syu’abul Iman no. 6973. Dan dikatakan oleh Al-Albani sanadnya hasan. (lihat: silsilah Al-Ahaadiits Ash-Shohiihah 3/211-212)
([8]) HR. Ahmad no. 22952, dan dikatakan oleh Syu’aib Al-Arnauth hadits ini shohih
([9]) HR. Ahmad no. 9606. Dan Syu’aib Al-Arnauth mengatakan hadits ini hasan lighoirih
([11]) HR. Bukhori no. 6340 dan Muslim no. 2735
([12]) HR. At-Tirmidzi no. 3479, dan hadits ini dikatakan hasan oleh Al-Albani
([14]) HR. At-Tirmidzi no. 2169, dan hadits ini dikatakan hasan oleh Al-Albani