Bacaan Dzikir Pagi
أَصْبَحْنَا عَلَى فِطْرَةِ اْلإِسْلاَمِ وَعَلَى كَلِمَةِ اْلإِخْلاَصِ، وَعَلَى دِيْنِ نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، وَعَلَى مِلَّةِ أَبِيْنَا إِبْرَاهِيْمَ، حَنِيْفًا مُسْلِمًا وَمَا كَانَ مِنَ الْمُشْرِكِيْنَ
Ashbahnaa ‘alaa fithrotil islam wa ‘alaa kalimatil ikhlas wa ‘alaa diini nabiyyinaa muhammad shallahu ‘alaihi wasallam wa ‘alaa millati abiinaa ibrohiim haniifam muslimaw wa maa kaana minal musyrikiin.
Artinya : “Di waktu pagi kami berada di atas fitrah Islam, di atas kalimat ikhlas (syahadatain), di atas agama Nabi kita Muhammad صلى الله عليه وسلم, dan di atas agama ayah kami Ibrahim, yang berdiri di atas jalan yang lurus, muslim dan tidak tergolong orang-orang musyrik.” ([1]) (Dibaca1x)
رَضِيْتُ بِاللهِ رَبًّا، وَبِاْلإِسْلاَمِ دِيْنًا، وَبِمُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ نَبِيًّا
Rodhitubillahi robbaa, wabil islaamidiinaa, wabi muhammadin shollahu’alaihi wasallam nabiyyaa
Artinya : Aku ridho/senang Allah sebagai Rabb, Islam sebagai agama, dan Muhammad sebagai nabi (yang diutus oleh Allah).” (Dibaca 3x) ([2])
اَللَّهُمَّ إِنِّيْ أَسْأَلُكَ عِلْمًا نَافِعًا، وَرِزْقًا طَيِّبًا، وَعَمَلاً مُتَقَبَّلاً
Allahumma inni asaluka ‘ilman naafi’an wa rizkqon toyyiban wa amalan mutaqobbala.
Artinya : “Ya Allah, sungguh aku memohon kepada-Mu ilmu yang bermanfaat, rizki yang baik, dan amal yang diterima.” (Dibaca 1x setelah shalat subuh) ([3])
اللَّهُمَّ بِكَ أَصْبَحْنَا وَبِكَ أَمْسَيْنَا، وَبِكَ نَحْيَا وَبِكَ نَمُوتُ، وَإِلَيْكَ النُّشُوْرُ
Allahumma bika ashbahnaa, wa bika amsainaa, wa bika nahyaa, wa bika namuutu wa ilaikannusyuur
Artinya : “Ya Allah, dengan Engkaulah kami memasuki waktu pagi, dan dengan Engkaulah kami memasuki waktu sore. Dengan Engkaulah kami hidup dan dengan Engkaulah kami mati. Dan kepada-Mu kami dibangkitkan.”(Dibaca 1x) ([4])
أَصْبَحْنَا وَأَصْبَحَ الْمُلْكُ لِلَّهِ، وَالْحَمْدُ لِلَّهِ، لاَ إِلَـهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرُ. رَبِّ أَسْأَلُكَ خَيْرَ مَا فِيْ هَذَا الْيَوْمِ وَخَيْرَ مَا بَعْدَهُ، وَأَعُوْذُ بِكَ مِنْ شَرِّ مَا فِيْ هَذَا الْيَوْمِ وَشَرِّ مَا بَعْدَهُ، رَبِّ أَعُوْذُ بِكَ مِنَ الْكَسَلِ وَسُوْءِ الْكِبَرِ، رَبِّ أَعُوْذُ بِكَ مِنْ عَذَابٍ فِي النَّارِ وَعَذَابٍ فِي الْقَبْرِ
Ashbahnaa wa ashbahalmulku lillah, walhamdulillah, laa ilaha illallahu wahdahu laa syariikalah, lahulmulku walahulhamdu, wahuwa ‘ala kuli syai in qodiir. Robbi asaluka khoiro maa fii hadzaal yaum wa khoiro maa ba’dahu, wa a’uudzubika min syarri maa fii hadzal yaum wa syarri maa ba’dahu. Robbi a’uudzubika minal kasali wa suu il kibar. Robbi a’uudzubika min ‘adzaabin fiinnaari wa ‘adzaabin filqobr
Artinya : “Kami telah memasuki waktu pagi dan kerajaan hanya milik Allah, segala puji bagi Allah. Tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) kecuali Allah Yang Maha Esa, tiada sekutu bagi-Nya. Bagi-Nya kerajaan dan bagi-Nya pujian. Dia-lah Yang Maha Kuasa atas segala sesuatu. Ya Rabb, aku mohon kepada-Mu kebaikan di hari ini dan kebaikan sesudahnya. Aku berlindung kepada-Mu dari kejahatan hari ini dan kejahatan sesudahnya. Ya Rabb, aku berlindung kepada-Mu dari kemalasan dan kejelekan di hari tua. Ya Rabb ku! Aku berlindung kepada-Mu dari siksaan di Neraka dan kubur.” (Dibaca 1x) ([5])
اَللَّهُمَّ أَنْتَ رَبِّيْ لاَ إِلَـهَ إِلاَّ أَنْتَ، خَلَقْتَنِيْ وَأَنَا عَبْدُكَ، وَأَنَا عَلَى عَهْدِكَ وَوَعْدِكَ مَا اسْتَطَعْتُ، أَعُوْذُ بِكَ مِنْ شَرِّ مَا صَنَعْتُ، أَبُوْءُ لَكَ بِنِعْمَتِكَ عَلَيَّ، وَأَبُوْءُ بِذَنْبِيْ فَاغْفِرْ لِيْ فَإِنَّهُ لاَ يَغْفِرُ الذُّنُوْبَ إِلاَّ أَنْتَ
Allahumma anta robbii laa ilaha illa anta, kholaqtanii wa anaa ‘abduka, wa anaa ‘ala ‘ahdika, wawa’dika mastatho’tu. A’uudzubika min syarri maa shona’tu, abuu u laka bini’matika ‘alayya, wa abuu u bidzanbi faghfirlii, fainnahu laa yaghfirudz dzunuuba illa anta
Catatan : jika yang membaca dzikir adalah wanita maka lafal عَبْدُكَ lebih baik diganti dengan أَمَتُكَ (amatuka), dan jika tidak diganti juga tidak mengapa ([6])
Artinya : “Ya Allah! Engkau adalah Rabb ku, tidak ada Ilah yang berhak disembah kecuali Engkau, Engkaulah yang menciptakanku. Aku adalah hamba-Mu. Aku akan setia pada perjanjianku dengan-Mu semampuku. Aku berlindung kepada-Mu dari kejelekan yang aku perbuat. Aku mengakui nikmat-Mu kepadaku dan aku mengakui memikul dosaku. Karena itu, ampunilah aku, sesungguhnya tiada yang mengampuni dosa kecuali Engkau.”(dibaca 1x) ([7])
اَللَّهُمَّ إِنِّيْ أَسْأَلُكَ الْعَافِيَةَ فِي الدُّنْيَا وَاْلآخِرَةِ، اَللَّهُمَّ إِنِّيْ أَسْأَلُكَ الْعَفْوَ وَالْعَافِيَةَ فِي دِيْنِيْ وَدُنْيَايَ وَأَهْلِيْ وَمَالِيْ. اللَّهُمَّ اسْتُرْ عَوْرَاتِى وَآمِنْ رَوْعَاتِى,اَللَّهُمَّ احْفَظْنِيْ مِنْ بَيْنِ يَدَيَّ، وَمِنْ خَلْفِيْ، وَعَنْ يَمِيْنِيْ وَعَنْ شِمَالِيْ، وَمِنْ فَوْقِيْ، وَأَعُوْذُ بِعَظَمَتِكَ أَنْ أُغْتَالَ مِنْ تَحْتِيْ
Allahumma inni asaluka al’aafiyata fiiddunyaa wal akhiroh, Allahumma innii asalukal’afwa wal’aafiyata fii diinii wa dunyaaya wa ahlii wa maalii, Allahummastur ‘aurootii wa aamin rou’aatii, Allahummahfadznii minbainii yadayya, wamin kholfihii, wa ‘anyamiinii, wa’ansyimaalii, wamin fauqii, wa a’uudzubi’adzhomatika an ughtaala min tahtii
Artinya : “Ya Allah! Sesungguhnya aku mohon keselamatan di dunia dan akhirat. Ya Allah, sesungguhnya aku mohon kepada-Mu ampunan dan keselamatan dalam agamaku, (kehidupan) duniaku, keluargaku dan hartaku. Ya Allah, tutupilah auratku dan berilah ketenteraman dihatiku. Ya Allah! Peliharalah aku dari arah depan, belakang, kanan, kiri dan atasku. Aku berlindung dengan kebesaran-Mu, agar aku tidak mendapat bahaya dari bawahku.” (Dibaca 1x) ([8])
- اَللَّهُمَّ عَافِنِيْ فِيْ بَدَنِيْ، اَللَّهُمَّ عَافِنِيْ فِيْ سَمْعِيْ، اَللَّهُمَّ عَافِنِيْ فِيْ بَصَرِيْ، لاَ إِلَـهَ إِلاَّ أَنْتَ، اَللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوْذُ بِكَ مِنَ الْكُفْرِ وَالْفَقْرِ، اَللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوْذُ بِكَ مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ، لاَ إِلَـهَ إِلاَّ أَنْتَ
Allahumma ‘aafinii fii badanii, Allahumma ‘aafinii fii sam’ii, Allahumma ‘aafinii fii bashorii, Laa ilaaha illa anta. Allahumma innii a’uudzubika minal kufri wal faqr, Allahumma innii a’uudzubika min’adzabilqobr, Laa ilaha illa anta
“Ya Allah, berilah keselematan pada badanku. Ya Allah, berilah keselamatan pada pendengaranku. Ya Allah berilah keselamatan pada penglihatanku, tiada Ilah (yang berhak disembah) kecuali Engkau. Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari kekufuran dan kefakiran. Aku berlindung kepada-Mu dari siksa kubur, tiada Ilah (yang berhak disembah) kecuali Engkau.” (Dibaca 3x).” ([9])
- اَللَّهُمَّ فَاطِرَ السَّمَاوَاتِ وَاْلأَرْضِ، عَالِمَ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ رَبَّ كُلِّ شَيْءٍ وَمَلِيْكَهُ، أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَـهَ إِلاَّ أَنْتَ، أَعُوْذُ بِكَ مِنْ شَرِّ نَفْسِيْ، وَمِنْ شَرِّ الشَّيْطَانِ وَشِرْكِهِ، وَأَنْ أَقْتَرِفَ عَلَى نَفْسِيْ سُوْءًا أَوْ أَجُرُّهُ إِلَى مُسْلِمٍ
Allahumma faatirossamaawaati wal ard,’aalimal ghoibi wasysyahaadati robbi kulli syai in wamaliikah. Asyhadu alla ilaha illa anta, a’uudzubika min syarri nafsii, wamin syarrisysyaithoni wa syirkih, wa an aqtarifa ‘ala nafsii suuan au ajurruhu ila muslim
Artinya : “Ya Allah! Rabb Pencipta langit dan bumi, Yang Maha Mengetahui yang ghaib dan yang nampak, Rabb segala sesuatu dan Pemiliknya. Aku bersaksi bahwa tidak ada Ilah yang berhak disembah kecuali Engkau. Aku berlindung kepada-Mu dari kejahatan diriku, dan setan dan kesyirikannya, atau aku menjalankan kejelekan terhadap diriku atau mendorong orang Islam kepadanya. ” (Dibaca1x) ([10])
- بِسْمِ اللَّهِ الَّذِى لاَ يَضُرُّ مَعَ اسْمِهِ شَىْءٌ فِى الأَرْضِ وَلاَ فِى السَّمَاءِ وَهُوَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ
Bismillahi laa yadhurru ma’asmihi syai un fil ardi wa laa fiissamaai wahuwassamii’ul ‘aliim
Artinya : “Dengan nama Allah yang dengan nama-Nya segala sesuatu di bumi dan langit tidak akan berbahaya, dan Dia-lah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (Dibaca 3x). ([11])
- يَا حَيُّ يَا قَيُّوْمُ بِرَحْمَتِكَ أَسْتَغِيْثُ، أَصْلِحْ لِيْ شَأْنِيْ كُلَّهُ وَلاَ تَكِلْنِيْ إِلَى نَفْسِيْ طَرْفَةَ عَيْنٍ
Yaa hayyu yaa qoyyumu birohmatika astaghiitsu, ashlih lii sya’nii kullahu walaa takilnii ilaa nafsii thorfata ‘ain.
Artinya : “Wahai Tuhan Yang Maha Hidup, wahai Tuhan Yang Maha Tegak, dengan rahmat-Mu aku minta pertolongan-Mu, perbaikilah segala urusanku dan jangan Engkau limpahkan aku kepada diriku walau sekejap mata.” (Dibaca 1x) ([12])
- سُبْحَانَ اللهِ وَبِحَمْدِهِ
Subhanallahi wabihamdihi.
Artinya : “Maha Suci Allah dan aku memuji-Nya” (Dibaca 100x) ([13])
- سُبْحَانَ اللهِ وَبِحَمْدِهِ: عَدَدَ خَلْقِهِ، وَرِضَا نَفْسِهِ، وَزِنَةَ عَرْشِهِ وَمِدَادَ كَلِمَاتِهِ
Subhanallah wa bihamdih ‘adada khalqihi wa ridho nafsihi wa zinata ‘arsyihi wa midada kalimaatih
Artinya : “Maha Suci Allah, aku memuji-Nya sebanyak makhluk-Nya, sejauh keridhoan-Nya, seberat timbangan ‘arsy-Nya dan sebanyak tinta tulisan kalimat-Nya.” (Dibaca 3x) ([14])
- لاَ إِلَـهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرُ
Laa ilaaha illallahu wahdahu laa syariikalah, lahul mulku walahul hamdu wahuwa ‘alaa kulli syaiin qodiir.
Artinya : “Tidak ada Ilah yang berhak untuk diibadahi selain Allah Yang Maha Esa, tidak ada sekutu bagi-Nya. Milik-Nya lah kerajaan dan segala pujian. Dia Maha kuasa atas segala sesuatu.” (Dibaca 1x) ([15]), (Atau dibaca 10 x)([16]), (Atau dibaca 100 x)([17]), (Atau dibaca lebih dari 100 x)([18])
- أسْتَغْفِرُ اللهَ
Astaghfirullah
Artinya : “Aku memohon ampun kepada Allah.” (Dibaca setiap hari 100x) ([19])
Ini adalah lafal yang paling singkat dalam beristghfar, dan boleh beristighfar dengan lafal-lafal yang lainnya yang diajarkan oleh Nabi. Seperti :
أَسْتَغْفِرُ اللهَ وَأَتُوبُ إِلَيْهِ
Astaghfirullah wa atuubu ilaihi
Artinya : Aku memohon maghiroh Allah dan aku bertaubat kepadaNya([20])
رَبِّ اغْفِرْ لي وتُبْ عليَّ إِنَّكَ أَنْتَ التَّوَّابُ الرَّحِيْمُ
Robbighfirli watub ‘alaiyya innak antat tawwaburrahiim
Artinya : Ya Rabbku ampunilah aku dan bimbinglah aku untuk bertaubat (atau terimalah taubatku) sesungguhnya Engkau adalah Maha penerima taubat dan Maha Rahmat([21])
- اللَّهُ لا إِلَهَ إِلا هُوَ الْحَيُّ الْقَيُّومُ لا تَأْخُذُهُ سِنَةٌ وَلا نَوْمٌ لَهُ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الأرْضِ مَنْ ذَا الَّذِي يَشْفَعُ عِنْدَهُ إِلا بِإِذْنِهِ يَعْلَمُ مَا بَيْنَ أَيْدِيهِمْ وَمَا خَلْفَهُمْ وَلا يُحِيطُونَ بِشَيْءٍ مِنْ عِلْمِهِ إِلا بِمَا شَاءَ وَسِعَ كُرْسِيُّهُ السَّمَاوَاتِ وَالأرْضَ وَلا يَئُودُهُ حِفْظُهُمَا وَهُوَ الْعَلِيُّ الْعَظِيمُ
Allahulaa ilahaaillahuwal hayyul qoyyuum, laa ta khudzuhu sinatuwwalaanauum, lahu maa fissamaawaati wamaa fil ard, man dzalladzii yasy fa’u ‘indahu illaa bi idznih, ya’lamumaa bayna aydiihim wamaa khulfahum, walaa yuhiithuuna bisyai immin ‘ilmihi illa bimaasyaa, wa si’a kursiyyuhussamaawaati wal ard, walaa yauudhuhu hifdzhuhuma wahuwal ‘aliyyul ‘adzhiim
Artinya : “Allah, tidak ada Ilah (yang berhak disembah) melainkan Dia Yang Hidup kekal lagi terus menerus mengurus (makhluk-Nya); tidak mengantuk dan tidak tidur. Kepunyaan-Nya apa yang di langit dan di bumi. Siapakah yang dapat memberi syafa’at di sisi Allah tanpa izin-Nya. Allah mengetahui apa-apa yang di hadapan mereka dan di belakang mereka, dan mereka tidak mengetahui apa-apa dari ilmu Allah melainkan apa yang dikehendaki-Nya. Kursi Allah meliputi langit dan bumi. Dan Allah tidak merasa berat memelihara keduanya, dan Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar.” (QS. Al-Baqarah: 255) (Dibaca 1x) ([22])
- بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ : قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ (1) اللَّهُ الصَّمَدُ (2) لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُولَدْ (3) وَلَمْ يَكُنْ لَهُ كُفُوًا أَحَدٌ (4)
Bismillahirrohmaanirrohiim, Qul huwallahu ahad, Allahush shomad, Lam yalid walam yuulad, Walam yakullahu kufuwan ahad
Artinya : “Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.”
“Katakanlah: Dialah Allah, Yang Maha Esa. Allah adalah Ilah yang bergantung kepada- Nya segala urusan. Dia tidak beranak dan tiada pula diperanakkan, dan tidak ada seorang pun yang setara dengan Dia.”(QS. Al-Ikhlash: 1-4) (dibaca 3x) ([23])
- بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ : قُلْ أَعُوذُ بِرَبِّ الْفَلَقِ (1) مِنْ شَرِّ مَا خَلَقَ (2) وَمِنْ شَرِّ غَاسِقٍ إِذَا وَقَبَ (3) وَمِنْ شَرِّ النَّفَّاثَاتِ فِي الْعُقَدِ (4) وَمِنْ شَرِّ حَاسِدٍ إِذَا حَسَدَ (5(
Bismillahirrohmaanirrohiim, Qul a’uudzu birobbil falaq, Min syarri maa kholaq, Wamin syarri ghoosiqin idzaa waqob, Wamin syarrinnaffaatsaati fil ‘uqod, Wamin syarri haasidin idzaa hasad
Artinya : “Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang”
“Aku berlindung kepada Rabb yang menguasai Subuh, dari kejahatan makhluk-Nya, dan dari kejahatan malam apabila telah gelap gulita, dan dari kejahatan-kejahatan wanita tukang sihir yang menghembus pada buhul-buhul, dan dari kejahatan orang yang dengki apabila ia dengki.”(QS. Al-Falaq: 1-5) (dibaca 3x) ([24])
- بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ: قُلْ أَعُوذُ بِرَبِّ النَّاسِ (1) مَلِكِ النَّاسِ (2) إِلَهِ النَّاسِ (3) مِنْ شَرِّ الْوَسْوَاسِ الْخَنَّاسِ (4) الَّذِي يُوَسْوِسُ فِي صُدُورِ النَّاسِ (5) مِنَ الْجِنَّةِ وَالنَّاسِ (6)
Bismillahirrohmaanirrohiim, Qul a’uudzu birobbinnaas, Malikinnaas, Ilaahinnaas, Min syarril waswaasil khonnaas, Alladzii yuwaswisu fii shuduurinnaas, Minal jinnati wannaas
Artinya : “Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.”
“Katakanlah: Aku berlindung kepada Rabb manusia. Raja manusia. Sembahan manusia, dari kejahatan (bisikan) syaitan yang biasa bersembunyi, yang membisikkan (kejahatan) ke dalam dada manusia, dari jin dan manusia.” (QS. An-Naas: 1-6) (Dibaca 3x) ([25])
Peringatan :
Jika seseorang telah selesai membaca dzikir pagi, maka boleh baginya untuk melanjutkan berdzikir dengan dzikir-dzikir yang mutlaq (bebas). Dan yang paling afdol adalah membaca al-Qur’an karena al-Qur’an adalah firman Allah. Setelah itu silahkan ia bebas untuk bertasbih, bertahlil, bertahmid, bertakbir, beristighfar, bersholawat kepada Nabi, dan dzikir-dzikir lainnya, tanpa ada batasan bilangan tertentu.
________________________________________________
FOOTNOTE:
([1] ) HR Ahmad no 15360, An-Nasai di Al-Kubro no 9743 dan ‘Amal al-Yaum wa al-Lailah no 1, dishahihkan oleh Al-Albani dan para pentahqiq al-Musnad.
Kandungannya :
(Di waktu pagi kami berada di atas fitrah Islam) : Sungguh indah tatkala seorang muslim membuka paginya dengan memuji Allah, mengakui betapa mulianya dirinya tatkala di pagi hari ia berada di atas fitrah Islam yang masih murni di atas tauhid dan tidak terkotori oleh kesyirikan. Lihatlah betapa banyak manusia yang membuka paginya dengan ritual kesyirikan, dengan menyembah selain Allah atau memberikan sesajen kepada jin.
(Di atas kalimat ikhlas) : Yaitu kalimat tauhid laa ilaahaa illallahu. Ini adalah kalimat yang paling agung, karenanya Allah mengutus para Rasul, karenanya Allah menurunkan kitab-kitab suci, dan karenanya terpecahlah manusia menjadi mukmin dan kafir. Barangsiapa yang berada di atas kalimat ikhlas ini berarti dia berada di atas nikmat yang terbesar.
(di atas agama Nabi kita Muhammad) Demikian juga merupakan kenikmatan yang terbesar adalah seseorang berada di atas agama Nabi Muhammad yaitu agama yang sempurna yang lengkap dari segala sisi. Dialah agama Islam yang merupakan agama penutup yang paling sempurna dan mencakup seluruh bangsa manusia dan berlaku di seluruh zaman.
(dan di atas agama ayah kami Ibrahim, yang berdiri di atas jalan yang lurus, muslim dan tidak tergolong orang-orang musyrik) yaitu agama Ibrahim yang dengan kedua tangannya menghancurkan berhala-berhala simbol kesyirikan, seorang diri berjuang melawan seluruh penduduk negerinya demi menegakkan tauhid.
([2] ) HR. Ahmad 18967 dan At-Tirmidzi 3389, dan dinyatakan oleh para pentahqiq al-Musnad : Shahih li ghoirihi.
Keutamaannya : Nabi berkata :
إِلَّا كَانَ حَقًّا عَلَى اللهِ أَنْ يُرْضِيَهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ
“Kecuali wajib bagi Allah untuk membuatnya ridho pada hari kiamat”
Hal ini karena terdapat kaidah “Balasan sesuai dengan perbuatan”. Tatkala ia ridho dengan menjadikan Allah sebagai Tuhannya maka Allahpun pada hari kiamat menjadikan ia ridho yaitu dengan memberikan kepadanya pahala yang besar (Tuhfatul Ahwadzi 9/235)
Telah datang dalam hadits yang lain tentang keutamaan berdzikir menggunakan dzikir ini dengan dzikir mutlaq, yaitu tidak terikat dengan waktu pagi dan petang. Nabi bersabda :
من قال: رَضِيتُ بالله رباً، وبالاسلام ديناً، وبمحمد رسولاً؛ وجبت له الجنة”
“Barangsiapa yang berkata : Aku ridho Allah sebagai Rabku, Islam sebagai agamaku, dan Muhammad sebagai rasulku, maka wajib baginya masuk surga” (HR Abu Dawud no 1368 dari Abu Sa’id Al-Khudri dan dishahihkan oleh Al-Albani)
Kandungannya :
Orang yang mengucapkan dzikir ini dengan penuh keyakinan maka ia akan merasakan manisnya Iman. Nabi bersabda :
ذَاقَ طَعْمَ الْإِيمَانِ مَنْ رَضِيَ بِاللهِ رَبًّا، وَبِالْإِسْلَامِ دِينًا، وَبِمُحَمَّدٍ رَسُولًا
“Telah merasakan manisnya iman orang yang ridho/suka Allah sebagai Rabbnya, Islam sebagai agamanya dan Muhammad sebagai Rasul” (HR Muslim no 34)
Makna “ridho terhadap sesuatu” yaitu qonaah dan merasa cukup serta puas dengan sesuatu tersebut sehingga tidak perlu mencari yang lainnya lagi (lihat Al-Minhaaj Syarah Shahih Muslim 2/2)
Maksud dari dzikir ini adalah aku tidak perlu mencari tuhan dan sesembahan lain selain Allah. Sungguh Allah semata yang disembah karena hanya Dia-lah yang telah memberikan segala karunia yang aku rasakan. Aku juga tidak perlu mencari agama yang lain, karena Islam sudah cukup bagiku, sempurna dan indah aturan-aturannya, mencakup seluruh aspek kehidupan. Tidak seperti agama-agama yang lain, tidak sempurna aturan-aturannya, sering kontradiktif (saling bertentangan), dan tidak mencakup seluruh aspek kehidupan. Dan aku ridho Muhammad sebagai Rasul-ku, aku tunduk kepada seluruh keputusan dan pernyataannya, semuanya aku yakini kebenarannya tanpa keraguan sedikitpun.
([3] ) HR Ibnu As-Sunni di ‘Amal al-yaum wa al-lailah no 54, dari Ummu Salamah dan dihasankan oleh pentahqiq kitab ‘Amal al-yaum wa al-lailah yaitu dengan lafal :
كَانَ إِذَا أَصْبَحَ قَالَ: «اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ عِلْمًا نَافِعًا، وَرِزْقًا طَيِّبًا، وَعَمَلًا مُتَقَبَّلًا»
Nabi kalau di pagi hari beliau berkata : Allahumma inni asaluka ‘ilman naafi’an…
Lafal ini umum menunjukan bolehnya dzikir ini dibaca kapan saja yang penting di pagi hari.
Namun telah datang riwayat dari Ummu Salamah yang menunjukan bahwa dzikir ini dibaca setelah shalat subuh. Lafalnya sebagai berikut :
كَانَ يَقُولُ إِذَا صَلَّى الصُّبْحَ حِينَ يُسَلِّمُ
Nabi mengucapkannya setelah shalat subuh yaitu setelah salam (HR Ahmad no 26602 dan Ibnu Majah No 925, pada sanadnya ada perawi yang mubham yaitu maula Ummu Salamah, namun hadits ini banyak jalannya sehingga dihasankan oleh oleh Ibnu Hajar dalam Nataaijul Afkaar fi Takhriij Ahaadiits Al-Adzkaar 2/312 dan dishahihkan oleh Al-Albani)
Kandungannya :
Dzikir ini mengajarkan untuk bersandar kepada Allah dalam menghadapi kegiatan harian. Karena seorang muslim tujuannya dalam kehidupan dunia adalah untuk beramal shalih, dan ia tidak akan bisa beramal shalih dengan baik kecuali ia juga mencari rizki untuk menyambung hidupnya dan keluarganya. Maka hendaknya ia meminta bimbingan kepada Allah agar dimudahkan dalam beramal shalih dan memperoleh rizki yang halal. Namun sebelum itu semua, ia terlebih dahulu meminta kepada Allah ilmu yang bermanfaat, karena dengan ilmu yang bermanfaat inilah ia bisa membedakan mana amal yang sholih dan mana amal yang buruk, mana rizki yang halal dan mana rizki yang haram.
([4] ) HR. at-Tirmidzi no.3391 dan dishahihkan oleh Al-Albani.
Kandungannya :
(Ya Allah, dengan Engkaulah kami memasuki waktu pagi) yaitu : Karena Engkau Ya Allah kami memasuki waktu pagi dalam kondisi di bawah penjagaan-Mu, bergelimang dalam karunia-Mu, tersibukan dengan berdzikir kepada-Mu, memohon pertolongan dengan nama-Mu, di bawah bimbingan-Mu, bergerak dengan kekuatan dari-Mu, dan bertindak dengan kehendak-Mu.
(Dengan Engkaulah kami hidup dan dengan Engkaulah kami mati) yaitu Engkau-lah yang menghidupkan kami kembali (dari tidur kami) dan Engkau-lah yang mematikan kami (menidurkan kami), demikianlah berlanjut kondisi kami dalam setiap waktu dan setiap kondisi.
(Dan kepada-Mu kami dibangkitkan) yaitu kami hanya kepada-Mu bukan kepada selain-Mu. (Lihat : Tuhfatul Ahwadzi 9/236)
Kandungannya :
Dzikir ini berisikan doa yang dibuka dengan pujian terhadap Allah. Pengakuan sebagai bentuk bersyukur bisa berada di pagi hari dengan karunia Allah, seraya mengakui bahwa seluruh kerajaan alam semesta dan segala kenikmatan hanyalah dari Allah, sehingga segala pujian hanya milik Allah. Tidak ada yang berhak disembah melainkan Allah semata, dan Dialah yang maha kuasa atas segala sesuatu.
Setelah memuji Allah lalu memohon kepadaNya :
(aku mohon kepada-Mu kebaikan di hari ini dan kebaikan sesudahnya), yaitu segala kebaikan yang Engkau kehendaki terjadi hari ini untuk orang-orang shalih, baik kebaikan yang nampak maupun yang batin (tersembunyi), demikian juga hari-hari setelah hari ini
(Aku berlindung kepada-Mu dari kejahatan hari ini dan kejahatan sesudahnya), yaitu segala keburukan yang Engkau kehendaki untuk terjadi pada hari ini maupun pada hari-hari setelahnya, baik keburukan yang nampak maupun yang tersembunyi.
(Ya Rabb, aku berlindung kepada-Mu dari kemalasan(. Kemalasan berbeda dengan ketidakmampuan, orang yang malas pada hakikatnya ia mampu dan memiliki kekuatan, hanya saja jiwanya enggan untuk melaksanakannya.
(dan kejelekan di hari tua), yaitu segala perkara-perkara buruk yang muncul di hari tua, seperti pikun, cepat emosi, sifat yang kekanak-kanakan, dan lain-lain.
([6]) Meskipun dengan lafal yang pertama pun tidak mengapa, sehingga lelaki maupun wanita lafalnya sama. Akan tetapi yang lebih baik adalah dengan mengganti lafalnya tersebut.
Adapun jika lafalnya tetap maka lafal عَبْدٌ bisa digunakan untuk lelaki maupun wanita sebagaimana lafal الزَّوْجُ, yang bisa untuk suami maupun istri. Akan tetapi yang terbaik adalah dirubah. (Lihat penjelasan Ibnu Taimiyyah di Majmuu’ al-Fataawaa 22/488)
Keutamaannya : Dzikir ini dinamakan oleh Nabi dengan “Sayyidul Istighfar” yaitu pemimpin doa istighfar, karena sayyid maknannya adalah yang mengguli lainnya. Maka dzikir ini mengungguli lafal-lafal dzikir istghfar yang lainnya, jadi dzikir inilah yang terbaik. Hal ini karena kandungannya dibuka dengan pujian terhadap Allah, pengakuan sebagai sorang hamba, pengakuan dosa dan ketidak mampuan, dan ditutup dengan pengakuan bahwa tidak ada yang bisa mengampuni kecuali Allah. Dzikir ini menggabungkan antara penyebutan sifat-sifat Allah dengan sifat-sifat tertinggi dengan pengakuan terhadap kondisi hamba yang terendah dan terhina (Hasyiat As-Sindi ‘ala sunan An-Nasaai 8/280)
Barangsiapa yang membaca dzikir in di siang hari dalam kondisi yakin lalu meninggal sebelum sore hari maka ia termasuk penduduk surga.
Kandungannya :
(Aku akan setia pada perjanjianku dengan-Mu semampuku) yaitu janjiku untuk beriman kepadaMu, untuk taat dalam menjalankan segala perintahMu dan menjauhi laranganMu, dengan semaksimal kemampuanku
(Aku berlindung kepada-Mu dari kejelekan yang aku perbuat) yaitu aku berlindung dari akibat maksiat yang aku lakukan, aku mengetahui bahwa maksiat pasti mendatangkan akibat buruk di dunia maupun di akhirat, namun aku berlindung kepadaMu dari akibat buruk tersebut
(Aku mengakui nikmat-Mu kepadaku) yaitu aku mengakui bahwa seluruh kenikmatan dan seluruh kelebihan yang aku miliki berasal dariMu, aku tidak ujub dengan nikmat tersebut, semua kenikmatan tersebut adalah murni dariMu
(dan aku mengakui memikul dosaku). Diantara dosaku adalah aku tidak mampu untuk mensyukuri seluruh nikmat tersebut karena begitu banyaknya. (Umdatul Qoori 22/279). Al-Khotthobi berkata :
بَاءَ فُلاَنٌ بِذَنْبِهِ إِذَا احْتَمَلَهُ كُرْهاً لاَ يَسْتَطِيْعُ دَفْعَهُ عَنْ نَفْسِهِ
“Orang Arab berkata : “Si fulan mengakui memikul dosanya” yaitu jika ia memikulnya dalam kondisi ia membencinya, hanya saja ia tidak mampu untuk menolak hal tersebut dari dirinya” (Ma’aalim As-Sunan 4/145). Ini menjelaskan betapa banyak dosa yang kita lakukan dalam kondisi kita sadar bahwa itu merupakan dosa, dan kita benci terjerumus dalam dosa tersebut, akan tetapi kita tidak mampu untuk melepaskan diri dari dosa tersebut.
(Karena itu, ampunilah aku) yaitu ampuni seluruh dosaku dengan rahmatMu yang luas, rahmatMu kepadaku yang melebihi kasih sayang ibuku kepadaku. Dosa sebesar apapun, sebanyak apapun, meskipun dilakukan berulang-ulang, maka tidak ada yang sulit untuk Engkau ampuni jika telah bertaubat, karena Engkau adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
([8] ) HR. Abu Daud no.5074, Ibnu Majah no.3871 dan dishahihkan oleh Al-Albani
Kandungannya :
Doa ini sangat penting karena meminta keselamatan di dunia dan akhirat, yaitu agar diselamatkan dari segala keburukan di dunia, dari penyakit-penyakit, malapetaka, dan bencana, serta keburukan yang berkaitan dengan diri, keluarga, maupun harta. Demikian juga keselamatan dari segala keburukan yang berkaitan dengan agama, bahkan segala keburukan di akhirat. Karenanya Nabi bersabda :
سَلُوا الله العَفْوَ والعافيةَ، فإنَّ أحداً لَم يُعْطَ بعد اليَقين خَيراً من العافية
“Mintalah kepada Allah ampunan dan keselamatan, karena tidaklah seseorang diberikan setelah keyakinan sesuatu yang lebih baik dari keselamatan” (HR At-Tirmidzi no 3558 dan dashahihkan oleh Al-Albani dalam Shahih al-Jaami’ no 3632)
(Ya Allah, tutupilah auratku) yaitu tutupilah auratku, kekuranganku, aibku, dan segala hal yang tidak baik untuk terungkap dariku.
Doa ini hendaknya diperhatikan oleh para wanita, mengingat di zaman fitnah seperti ini betapa banyak wanita muslimah yang membuka sebagian auratnya. tatkala banyak wanita muslimah yang membuka sebagian aurotnya jadilah hal ini seperti hal yang biasa, sehingga memancing para wanita yang lain untuk bermudah-mudahan dalam membuka aurot mereka.
(dan berilah ketenteraman dihatiku) yaitu jauhkanlah aku dari segala yang menakutkan diriku.
(Ya Allah! Peliharalah aku dari arah depan, belakang, kanan…) yaitu perlindungan dari gangguan yang datang menyerang dari enam arah tersebut. Baik gangguan berupa bencana secara fisik, maupun gangguan yang tidak kalah bahayanya yaitu godaan syaitan yang menggoda dari segala.
([9] ) HR. Abu Daud no. 5090, Ahmad dalam Musnadnya no. 20430, al-Bukhari dalam al-Adabul Mufrod no.701, dan dihasankan (hasan lighoirihi) oleh Al-Albani, Syu’aib Al-Arna’uth dan para pentahqiq al-Musnad karena mutabaah dan syawahid.
Kandungannya :
(Ya Allah, berilah keselematan pada badanku) yaitu memohon kepada Allah agar menyelamatkan badan dari penyakit dan gangguan agar seseorang bisa kuat menjalankan ketaatan kepada Allah dan untuk menolong agamaNya.
(Ya Allah, berilah keselamatan pada pendengaranku. Ya Allah berilah keselamatan pada penglihatanku). Lalu disebutkan secara khusus pendengaran dan penglihatan (padahal keduanya termasuk bagian dari badan) karena keduanya adalah sarana untuk mengenali dalil-dalil akal maupun naqli. Dengan mata, seseorang bisa melihat keagungan Allah pada ciptaannya, dan dengan pendengaran, seseorang bisa mendengar ayat-ayat Allah yang diturunkan oleh Allah. Doa ini mirip dengan doa Nabi yang lain :
اللَّهُمَّ مَتِّعْنَا بِأَسْمَاعِنَا وَأَبْصَارِنَا وَقُوَّتِنَا
“Ya Allah, berilah kenikmatan kepada pendengaran kami, penglihatan kami, dan kekuatan kami” (Dihasankan oleh Al-Albani dalam takhriij Al-Kalim At-Toyyib no 226) (lihat Faidul Qodiir 2/135)
Diantara keselamatan pada pendengaran dan penglihatan adalah keselamatan dari maksiat, agar pendengaran tidak digunakan untuk mendengar kemaksiatan dan penglihatan tidak digunakan untuk melihat hal-hal yang dilarang oleh Allah.
([10] ) HR. Ahmad no 51, Abu Daud no.5067 dan At-Tirmidzi no.3392 dan dishahihkan oleh Al-Albani dan para pentahqiq al-Musnad.
Kandungannya :
Doa agung ini dibuka dengan pujian-pujian yang indah kepada Allah dengan tawassul melalui rububiyah Allah dan uluhiyyahnya, lalu meminta perlindungan kepada Allah.
(Rabb Pencipta langit dan bumi) yang menciptakan dari tidak ada menjadi ada, dan menciptakan tanpa ada contoh sebelumnya.
(Yang Maha Mengetahui yang ghaib dan yang nampak) bagi Allah yang ghaib maupun yang nampak sama saja, yang terang-terangan maupun yang tersembunyi di sisi Allah sama saja.
(Rabb segala sesuatu dan Pemiliknya) sehingga tidak ada sesuatupun yang keluar dari penciptaan dan kepemilikan Allah, termasuk Iblis dan pasukannya.
Setelah bertawassul dengan rububiyah Allah lalu bertawassul dengan uluhiyahNya (Aku bersaksi bahwa tidak ada Ilah yang berhak disembah kecuali Engkau)
Setelah memuji-Nya baru mulai berdoa memohon perlindungan-Nya :
(Aku berlindung kepada-Mu dari kejahatan diriku), betapa seringnya kita hanya melihat kejahatan orang lain dan lupa bahwasanya diri kita juga bisa menjadi sumber kejahatan.
(dan dari setan dan kesyirikannya) yaitu perlindungan dari godaan syaitan yang sangat berat karena syaitan adalah musuh yang tidak terlihat sementara ia terus menggoda tiada henti-hentinya dan mendatangi manusia dari segala arah. Dan diantara godaan syaitan yang sangat berbahaya adalah seruannya kepada kesyirikan.
Dan diriwayatkan pula dengan lafadz وَشَرَكِهِ wa syarokihi (dari jeratan-jeratannya) : artinya berlindung dari jeratan dan tali-tali perangkap yang dipasang oleh Syaitan (lihat Mirqootul Mafaatiih 4/1659), karena jeratan syaitan untuk memangsa dan menangkap anak-anak Adam sangat banyak dan bervariasi.
Doa ini merupakan bentuk perlindungan yang paling lengkap yang berkaitan dengan sumber keburukan, baik sumber keburukan internal yaitu kejahatan jiwa, ataupun sumber keburukan eksternal yaitu dari syaitan berupa jeratan-jeratan dan perangkapnya. Demikian juga akibat sumber kejahatan tersebut ada dua, yaitu menimbulkan kemudorotan kepada diri sendiri atau kepada orang lain (lihat Badaa’i al-Fawaid, karya Ibnul Qoyyim 2/209)
([11] ) HR. Abu Daud no.5088, At-Tirmidzi no.3388, Ibnu Majah no.3869 dan dishahihkan oleh Al-Albani
Kandungannya :
(Dengan nama Allah), yaitu aku menyebut nama Allah dengan mengagungkannya dan mengharapkan keberkahannya. Dengan menyebut nama-Mu aku berlindung dari seluruh bahaya yang ada di langit maupun di bumi.
(yang dengan nama-Nya maka segala sesuatu di bumi dan langit tidak akan berbahaya), karena segala sesuatu di tanganNya.
([12] ) HR. An-Nasa’i dalam ‘Amalul Yaum wal Lailah no.575, al-Hakim dalam Mustadrak(1/545), dan dishahihkan oleh Al-Albani, lihat Shahih At-Targhib wa Tarhib no.661
Kandungannya :
(Wahai Tuhan Yang Maha Hidup), yaitu Allah kehidupannya azali dan abadi, berbeda dengan makhluk yang kehidupannya diawali dengan ketiadaan, atau sebagian makhluk (seperti penghuni surga dan neraka) mereka hidup kekal abadi akan tetapi keabadian mereka tidak dengan sendirinya melainkan karena diabadikan oleh Allah dengan kekuasaanNya.
(wahai Tuhan Yang Maha Tegak) yaitu Allah Maha Tegak berdiri sendiri dan tidak membutuhkan sama sekali kepada makhluknya, dan sekaligus Allah menegakkan yang lainnya. Yaitu makhluk hanya bisa tegak berdiri apabila ditegakkan oleh Allah, dan mereka tidak bisa berdiri sendiri.
Dua nama ini Al-Hayyu al-Qoyyuum merupakan ismullah al-a’dzom (nama Allah yang termulia). Karena nama Al-Hayyu mencakup seluruh sifat-sifat sempurna Allah, karena seluruh sifat-sifat sempurna Allah merupakan konsekuensi dari sifat Maha Hidup. Tidak ada kelemahan pada suatu dzat kecuali karena lemahnya dan tidak sempurnanya sifat hayat (hidup)nya. Adapun Al-Qoyyum maka ini mengandung kesempurnaan sifat Maha Kaya Allah, Maha tidak perlunya Allah kepada yang lain, dan menunjukan Maha Kuasa nya Allah, karena tidak ada makhluk yang bisa berdiri kecuali jika ditegakkan/diberdirikan oleh Allah (Lihat Badaai’ul Fawaaid 2/184)
(dengan rahmat-Mu) yang meliputi segala sesuatu (aku minta pertolongan-Mu)
(perbaikilah segala urusanku) yaitu umum mencakup urusan dunia maupun akhirat. (jangan Engkau limpahkan aku kepada diriku walau sekejap mata) karena (1) diriku lemah tidak mampu untuk memenuhi kebutuhanku, (2) bahkan jiwaku terkadang menjadi musuh terbesar dibandingkan musuh-musuhku yang lain, dan (3) diriku tidak mengetahui apa yang baik bagiku dan apa yang buruk. Bisa jadi aku menerjang suatu perkara yang aku sangka baik ternyata justru mendatangkan kemudorotan. (Mirqootul Mafaatiih 4/1697)
Kandungannya :
Makna tasbih adalah mensucikan Allah dari segala kekurangan dan aib, serta segala persangkaan yang rusak tentang Allah. Dan secara Bahasa tasbih artinya menjauhkan (Mu’jam maqooyyis al-Lughoh 3/125). Jadi tasbih secara istilah artinya menjauhkan hati dan pikiran dari persangkaan bahwa Allah memiliki kekurangan atau ada keburukan yang disandarkan kepada Allah. Diantaranya menjauhkan/mensucikan Allah dari segala kekurangan yang dituduhkan oleh kaum musyrikin dan ateis.
At-tasbih (mensucikan Allah) melazimkan at-ta’dziim (pengagungan) terhadap Allah, dan pengagungan terhadap Allah melazimkan penetapan pujian-pujian kepada Allah (lihat Majmuu’ Al-Fataawa 16/125)
Jadi makna سُبْحَانَ اللهِ وَبِحَمْدِهِ adalah aku mensucikan Allah dari segala kekurangan sembari memujinya atas sifat-sifatNya yang tinggi dan karuniaNya yang tiada terhingga.
Kandungannya :
(sebanyak makhluk-Nya…dst) maksudnya adalah Allah berhak untuk ditasbih sejumlah tersebut, bukan maksudnya seorang hamba memuji Allah sejumlah bilangan tersebut, karena amal dan perbuatan seorang hamba sangat terbatas. (Majmuu’ Al-Fataawaa 33/12). maksud dari bilangan tersebut yaitu Allah berhak untuk ditasbih tanpa batas. Karena (sebanyak makhluk-Nya), sementara jumlah makhluk yang ada ditambah yang akan diciptakan Allah tiada penghujungnya. Demikian pula (sejauh keridoan-Nya) sementara sifat Maha Ridlo Allah tiada batasnya. Jika karunia-Nya, keberkahan-Nya, pahala-Nya, dan kebaikan-Nya tanpa batas, sedangkan semua itu adalah buah dari sifat ridho-Nya maka bagaimana lagi dengan sifat ridho itu sendiri?.
(seberat timbangan ‘arsy-Nya) dan ‘arsy adalah makhluk Allah yang paling berat, maksudnya jika seandainya ada yang lebih berat lagi dari ‘arsy maka itulah yang menimbang tasbih. (sebanyak tinta tulisan kalimat-Nya) dan kita tahu bahwa kalimat Allah tiada penghujungnya, demikian pula seandainya ada tinta yang digunakan untuk menulis Allah tentu tiada penghujungnya juga. (lihat al-Manaar al-Muniif, karya Ibnul Qoyyim hal 37)
([15] ) Dari sahabat Abu ‘Ayyaasy : HR. Abu Daud no. 5077, An-Nasa’i dalam ‘Amalul Yaum wal Lailah no. 27 dan dishahihkan oleh Al-Albani
Keutamaannya : Sebagaimana sabda Nabi :
كَانَ لَهُ عِدْلَ رَقَبَةٍ مِنْ وَلَدِ إِسْمَاعِيلَ، وَكُتِبَ لَهُ عَشْرُ حَسَنَاتٍ، وَحُطَّ عَنْهُ عَشْرُ سَيِّئَاتٍ، وَرُفِعَ لَهُ عَشْرُ دَرَجَاتٍ، وَكَانَ فِي حِرْزٍ مِنَ الشَّيْطَانِ حَتَّى يُمْسِيَ
“Seperti pahala memerdekakan seorang budak dari keturunan Isma’il, dicatat baginya 10 kebaikan, dihapuskan darinya 10 keburukan, diangkat 10 derajat, dan ia senantiasa dalam penjagaan dari syaitan hingga petang”
Kandungannya :
Ini adalah dzikir terbaik yang diucapkan oleh Nabi Muhammad dan para nabi sebelumnya. Nabi bersabda :
وَخَيْرُ مَا قُلْتُ أَنَا وَالنَّبِيُّونَ مِنْ قَبْلِي: لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيكَ لَهُ، لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الحَمْدُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ
“Sebaik-baik yang aku dan para nabi sebelumku ucapkan adalah : Laa ilaah illallah wahdahu laa syariika lahu….dst” (HR At-Tirmidzi no 3585 dan dihasankan Al-Albani)
Karena kalimat tauhid inilah Allah menciptakan manusia dan jin, serta menciptakan langit dan bumi. Karena kalimat inilah Allah mengutus para rasul dan menurunkan kitab-kitab suci. Barangsiapa yang merealisasikan kalimat ini dalam kehidupannya maka ia adalah orang yang bahagia di dunia lebih-lebih di akhirat.
([16] ) HR Ahmad no 8719 dari sahabat Abu Huroiroh dan dishahihkan oleh Al-Albani (lihat As-Shahihah 6/134 no 2563)
Keutamaannya : Nabi bersabda :
مَنْ قَالَهَا عَشْرَ مَرَّاتٍ حِينَ يُصْبِحُ، كُتِبَ لَهُ بِهَا مِائَةُ حَسَنَةٍ، وَمُحِيَ عَنْهُ بِهَا مِائَةُ سَيِّئَةٍ، وَكَانَتْ لَهُ عَدْلَ رَقَبَةٍ، وَحُفِظَ بِهَا يَوْمَئِذٍ حَتَّى يُمْسِيَ، وَمَنْ قَالَ مِثْلَ ذَلِكَ حِينَ يُمْسِي، كَانَ لَهُ مِثْلُ ذَلِكَ
“Barangsiapa yang mengucapkannya 10 kali tatkala pagi, maka dicatat baginya 100 kebaikan dan dihapuskan darinya 100 keburukan, seperti membebaskan seorang budak, dan -dengan dzikir tersebut- ia dijaga pada hari itu hingga petang hari. Barangsiapa yang mengucapkannya di petang hari maka seperti itu juga pahalanya”
([17] ) Diriwayatkan dari 2 sahabat :
Dari sahabat Abu Huroiroh : HR Al-Bukhari no 3293 dan Muslim no 2691
Dan dari sahabat Abdullah bin ‘Amr bin al-‘Aash : HR. Ahmad no 6740, An-Nasaa’i dalam As-Sunan Al-Kubro no 10335 dan Amalul yaum wal Lailah no 575, At-Thobroni di Ad-Du’a no 333, Ibnu As-Sunni di Amalul yaum wal Lailah no 75, dan sanadnya dishahihkan oleh para pentahqiq al-Musnad
Keutamannya :
Bagi yang membacanya 100 kali maka pahalanya sebagaimana sabda Nabi :
كَانَتْ لَهُ عَدْلَ عَشْرِ رِقَابٍ، وَكُتِبَتْ لَهُ مِائَةُ حَسَنَةٍ، وَمُحِيَتْ عَنْهُ مِائَةُ سَيِّئَةٍ، وَكَانَتْ لَهُ حِرْزًا مِنَ الشَّيْطَانِ يَوْمَهُ ذَلِكَ حَتَّى يُمْسِيَ
Pahalanya seperti memerdekakan 10 budak, dicatat baginya 100 kebaikan, dihapuskan darinya 100 keburukan, dan ia dalam penjagaan dari syaitan pada hari itu hingga petang
([18] ) Karena di akhir hadits Nabi berkata :
وَلَمْ يَأْتِ أَحَدٌ بِأَفْضَلَ مِمَّا جَاءَ بِهِ، إِلَّا أَحَدٌ عَمِلَ أَكْثَرَ مِنْ ذَلِكَ
“Dan tidak ada seorangpun yang bisa beramal lebih baik dari yang ia amalkan (yaitu yang berdzikir 100 kali-pen) kecuali seseorang yang beramal lebih dari itu (HR Al-Bukhari no 3293 dan Muslim no 2691).
An-Nawawi berkata,
فِيهِ دَلِيلٌ عَلَى أَنَّهُ لَوْ قَالَ هَذَا التَّهْلِيلَ أَكْثَرَ مِنْ مِائَةِ مَرَّةٍ فِي الْيَوْمِ كان له هذا الأجر المذكور فى الحديث على المائة ويكون له ثواب آخر على الزيادة وليس هذا من الحدود التى نهى عن اعتدائها وَمُجَاوَزَةُ أَعْدَادِهَا
“Ini merupakan dalil bahwasanya jika ia mengucapkan dzikir ini lebih dari 100 kali dalam sehari maka ia mendapatkan pahala tersebut dalam hadits -bagi yang membacanya 100 kali- dan ia juga memperoleh pahala yang lain karena tambahan dzikirnya. Dan bilangan 100 bukanlah termasuk yang dilarang untuk melebihinya” (Al-Minhaaj Syarh Shahih Muslim 17/17)
([19] ) Hal ini berdasarkan sabda Nabi :
مَا أَصْبَحْتُ غَدَاةً قَطُّ إِلَّا اسْتَغْفَرَتُ اللَّهُ فِيهَا مِائَةَ مَرَّةٍ
“Tidaklah aku di pagi hari kecuali aku memohon ampunan kepada Allah di pagi hari tersebut 100 kali” (HR An-Nasai di As-Sunan Al-Kubro no 10202 dan di Amalul yaum wal Lailah no 441, At-Thobroni di Ad-Du’a no 1809 dan al-Mu’jam al-Awshoth no 3737, dishahihkan oleh Al-Albani dalam As-Shahihah 4/130 no 1600)
Kandungannya :
Al-istighfaar artinya permohonan untuk menutup dosa sekaligus menjaga dari akibat buruk dosa. Ibnu Rojab al-Hanbali berkata :
وَالِاسْتِغْفَارُ: طَلَبُ الْمَغْفِرَةِ، وَالْمَغْفِرَةُ: هِيَ وِقَايَةُ شَرِّ الذُّنُوبِ مَعَ سِتْرِهَا
“Istighfar adalah memohon maghfiroh, dan maghfiroh adalah menjaga dari akibat buruknya dosa disertai dengan tertutupnya dosa” (Jaami al-‘Uluum wa al-Hikam 2/407)
Jadi istighfar bukan hanya meminta agar dosa kita tertutup saja. Ibnul Qoyyim berkata tentang istighfar:
طَلَبَ الْمَغْفِرَةِ مِنَ اللَّهِ، وَهُوَ مَحْوُ الذَّنْبِ، وَإِزَالَةُ أَثَرِهِ، وَوِقَايَةُ شَرِّهِ، لَا كَمَا ظَنَّهُ بَعْضُ النَّاسِ أَنَّهَا السَّتْرُ، فَإِنَّ اللَّهَ يَسْتُرُ عَلَى مَنْ يَغْفِرُ لَهُ وَمَنْ لَا يَغْفِرُ لَهُ … وَحَقِيقَتُهَا وِقَايَةُ شَرِّ الذَّنْبِ، وَمِنْهُ الْمِغْفَرُ، لِمَا يَقِي الرَّأْسَ مِنَ الْأَذَى، وَالسَّتْرُ لَازِمٌ لِهَذَا الْمَعْنَى، وَإِلَّا فَالْعِمَامَةُ لَا تُسَمَّى مِغْفَرًا، وَلَا الْقُبَّعُ وَنَحْوُهُ مَعَ سَتْرِهِ، فَلَا بُدَّ فِي لَفْظِ الْمِغْفَرِ مِنَ الْوِقَايَةِ
“Yakni memohon maghfiroh dari Allah, yaitu terhapusnya dosa dan menghilangkan dampak/bekas dosa tersebut, serta perlindungan dari (akibat) buruk dosa tersebut. Tidak sebagaimana persangkaan sebagian orang bahwasanya maghfiroh maknanya hanyalah as-sitr (terutupnya dosa). Karena Allah menutup dosa (tidak membongkarnya) bagi orang yang meminta maghfiroh dan orang yang tidak meminta maghfiroh… dan hakikat maghfiroh adalah perlindungan dari keburukan dosa, diantara makna ini adalah al-mighfar (yaitu penutup kepala yang digunakan oleh prajurit perang-pen) karena fungsinya melindungi kepala dari gangguan. Adapun tertutupnya kepala maka itu merupakan kelaziman dari pelindung. Karenanya sorban dan songkok tidak dinamakan mighfar meskipun menutup, maka maghfiroh harus mengandung makna perlindungan/penjagaan” (Madaarijus Saalikiin 1/314-315)
([21] ) HR Abu Dawud no 1516 dan dishahikan oleh Al-Albani
([22] ) Diriwayatkan dari dua sahabat :
- Abu Huroiroh : HR An-Nasai di As-Sunan Al-Kubro no 7963 dan Amalul Yaum wal Lailah no 958 dan dishahihkan oleh Al-Albani dalam As-Shahihah 7/480 no 3162, tentang kisah Syaitan yang ditangkap oleh Abu Huroiroh tatkala mencuri harta sedekah. Lalu syaitan berkata kepadanya :
آيَة الْكُرْسِيّ إقرأها عِنْد كل صباح وَمَسَاء
“Ayatul Kursiy, bacalah setiap pagi dan petang”
- Ubay bin Ka’ab : tentang kisah Jin yang mencuri kurma milik Ubay bin Ka’ab. Lalu jin tersebut ditangkap oleh beliau, dan Jin tersebut berkata tentang ayatul Kursiy :
مَنْ قَالَهَا حِينَ يُمْسِي أُجِيرَ مِنَّا حَتَّى يُصْبِحَ، وَمَنْ قَالَهَا حِينَ يُصْبِحُ أُجِيرَ مِنَّا حَتَّى يُمْسِيَ
“Barangsiapa yang membacanya tatkala petang maka ia akan dilindungi dari kami (golongan jin) hingga subuh. Dan barangsiapa yang membacanya tatkala pagi maka ia akan dilindungi dari kami hingga petang”.
Lalu Ubay bin Ka’ab bertanya kepada Nabi tentang perkataan jin tersebut, lalu Nabi berkata : صَدَقَ الْخَبِيثُ “Telah benar makhluk buruk tersebut” (lihat takhrijnya secara detail oleh Al-Albani di as-Shahihah 7/738 no 3245, dan hadits ini dishahihkan oleh Al-Albani)
Kandungannya :
Ayat kursi -sebagaimana sabda Nabi- adalah ayat teragung di al-Qur’an (HR Muslim no 810) karena topik ayat ini khusus untuk tauhid, dan mencakup ketiga tauhid, ar-Rububiyyah, al-Uluhiyyah, dan al-Asmaa’ wa as-Shifaat.
Oleh karenanya banyak dalil yang memotivasi untuk membaca ayatul Kursiy berulang-ulang, di waktu pagi, petang, setelah sholat 5 waktu, dan tatkala hendak tidur.
([23] ) HR Abu Dawud no 5082 dan At-Tirmidzi no. 3575, dan dihasankan oleh Al-Albani.
Keutamaannya : Barangsiapa yang membaca ketiga surat tersebut (Qul huwallahu ahad…, qul a’uudzu birabbil falaq…, dan qul a’uudzu birabbinnaas…) sebanyak tiga kali di waktu pagi dan tiga kali di waktu petang maka sebagaimana kata Nabi :
تَكْفِيْكَ مِن كُلِّ شَيْءٍ
“Ketiga surat ini akan mencukupkan engkau dari segala sesuatu”, yaitu menolak segala keburukan.
Kandungan surat al-Ikhlash :
Surat ini dinamakan dengan surat al-Ikhlash (pemurnian), karena surat ini murni khusus untuk berbicara tentang ke-esa-an Allah. Oleh karena itu, surat ini bernilai sepertiga al-Qur’an, karena al-Qur’an isinya ada tiga bagian : (1) Tentang hukum (2) tentang kisah, dan (3) Tentang at-Tauhid. Sehingga surat al-Ikhlash isinya adalah sepertiga al-Qur’an.
Surat ini membantah semua keyakinan yang mencoreng ke-esa-an Allah. Jadi surat ini berisi syarat sesuatu sebagai “Tuhan”. Harus tidak punya anak, tidak boleh dilahirkan, dan tidak boleh ada sesuatu yang setara dengannya. Karena apabila Allah melahirkan berarti yang dilahirkan akan seperti Allah, sehingga akan hilang ke-esa-an Allah. Dan jika Nabi Isa adalah anak Allah maka sifat bapaknya tentu seperti sifat sang anak, sehingga melazimkan Allah juga seperti Isa, yang lemah dan akan mati.
([24] ) HR Abu Dawud no 5082 dan At-Tirmidzi no. 3575, dan dihasankan oleh Al-Albani
Kandungan surat al-Falaq :
Surat al-Falaq berisi permohonan perlindungan kepada Allah dari segala gangguan makhlukNya, termasuk gangguan-gangguan yang tidak kelihatan, seperti sihir dan hasad. Justru gangguan yang tidak kelihatan ini yang sangat berbahaya karena seseorang sering tidak menduga dan tidak siap menghadapinya, berbeda dengan gangguan yang terlihat. Demikian juga meminta perlindungan dari kejahatan malam, karena di malam hari adalah waktu seseorang sering lalai, sementara banyak penjahat yang bertindak di malam hari, begitu pula penyihir, bahkan banyak binatang buas yang menyerang di malam hari.
([25] ) HR Abu Dawud no 5082 dan At-Tirmidzi no. 3575, dan dihasankan oleh Al-Albani
Kandungan surat An-Naas
Surat ini berisi permintaan perlindungan kepada Allah khusus terutama dari gangguan syaitan yang membisikan keburukan ke hati manusia. Terlebih lagi syaitan mengalir dalam tubuh manusia seperti aliran darah. Demikian juga meminta perlindungan dari bisikan yang dihembuskan oleh manusia yang jahat.