Jamaáh haji dan Umroh bolehkan sholat sunnah rawatib?
Jawab:
Kondisi seorang musafir tatkala sholat ada dua :
Pertama : Dia melakukan sholat qosor (dan qosor adalah yang disunnahkan bagi musafir). Maka dalam kondisi ini yang disyaria’tkan adalah meninggalkan sholat sunnah rowatib, kecuali 2 raka’at sebelum fajar.
Adapun sholat witir, sholat sunnah mutlaq, sholat-sholat sunnah yang ada sebabnya seperti sholat sunnah wudu, sholat dua raka’at setelah thowaf, sholat duha, dan sholat tahajjud maka tetap disyari’atkan. (Lihat fatwa Syaikh Bin Baaz rahimahullah 11/391)
Kedua : Jika dia sholat bermakmum kepada imam yang sholatnya sempurna (4 raka’at), sebagaimana kondisi para jama’ah haji dan umroh yang biasanya bermakmum di masjid Nabawi dan Masjidil Harom. Maka yang lebih afdol adalah mereka tetap melaksanakan sholat-sholat sunnah rawatib karena kondisi sholatnya seperti sholatnya orang yang muqim.
Asy-Syaikh Bin Baaz rahimahullah pernah ditanya :
هَلْ عَلَى الْمُسَافِرِ سُنَّةُ الرَّاتِبَةِ إِذَا صَلَّى مَعَ الَّذِيْنَ يُتِمُّوْنَ؟
Apakah seorang musafir hendaknya melakukan sholat sunnah rowatib jika ia sholat bersama orang-orang yang sholatnya sempurna (4 raka’at-pen)?
Maka beliau menjawab :
ج : إِذَا صَلَّى مَعَ الْمُتِمِّيْنَ فَالأَفْضَلُ أَنْ يَأْتِيَ بِالرَّاتِبَةِ لِأَنَّهُ صَارَ لَهُ حُكْمُ الْمُقِيْمِيْنَ فَيُصَلِّي الرَّاتِبَةَ، وَإِنْ تَرَكَ فَلاَ بَأْسَ، لَكِنْ إِذَا أَتَمَّ فَالأَفْضَلُ أَنْ يَأْتِيَ بِالرَّاتِبَةِ، وَإِنْ قَصَرَ فَالأَفْضَلُ تَرْكُ الرَّاتِبَةِ لِلظُّهْرِ وَالْعِشَاءِ، أَمَّا الْفَجْرُ فَإِنَّ سُنَّتَهَا ثَابِتَةٌ فِي السَّفَرِ وَالْحَضْرِ ، وَهَكَذَا الْوِتْرُ الْمُسَافِرُ يُوْتِرُ وَيُصَلِّي سُنَّةَ الْفَجْرِ، أَمَّا سُنَّةُ الْمَغْرِبِ وَسُنَّةُ الظُّهْرِ وَسُنَّةُ الْعِشَاءِ فَالأَفْضَلُ تَرْكُهَا لِلْمُسَافِرِيْنَ إِذَا قَصَرُوا
Jika ia sholat bersama orang-orang yang sholatnya sempurna maka yang lebih afdol adalah ia melakukan sholat sunnah rowatib, karena jadilah baginya hukum orang-orang yang muqim, maka ia melaksakana sholat sunnah rawatib. Dan jika ia tinggalkan maka tidak mengapa, akan tetapi jika ia sholatnya sempurna maka yang lebih afdol adalah ia sholat sunnah rawatib. Jika ia sholatnya qosor maka yang terbaik adalah meninggalkan sholat rawatib dzuhur, (maghrib-pen) dan isya. Adapun sholat dua rakaat sebelum subuh maka tetap dikerjakan dalam safar dan tidak safar. Demikian juga sholat witir bagi musafir, ia kerjakan sholat witir dan ia kerjakan sholat sunnah dua raka’at sebelum subuh. Adapun sunnah rawatib magrib, dzuhur, dan isya, maka yang lebih afdol adalah meninggalkannya bagi para musafir jika mereka sholatnya qosor. (Fatawaa Nuur álaa ad-Darb, Ibnu Baaz 10/381-382)