85. يَوْمَ نَحْشُرُ ٱلْمُتَّقِينَ إِلَى ٱلرَّحْمَٰنِ وَفْدًا
yauma naḥsyurul-muttaqīna ilar-raḥmāni wafdā
85. (Ingatlah) hari (ketika) Kami mengumpulkan orang-orang yang takwa kepada Tuhan Yang Maha Pemurah sebagai perutusan yang terhormat
Tafsir:
Kemudian firman Allah,
﴿يَوْمَ نَحْشُرُ الْمُتَّقِينَ إِلَى الرَّحْمَٰنِ وَفْدًا وَنَسُوقُ الْمُجْرِمِينَ إِلَىٰ جَهَنَّمَ وِرْدًا﴾
“(Ingatlah) hari (ketika) Kami mengumpulkan orang-orang yang takwa kepada Tuhan Yang Maha Pemurah sebagai perutusan yang terhormat, dan Kami akan menghalau orang-orang yang durhaka ke neraka Jahannam dalam keadaan dahaga.” (QS. Maryam: 85-86)
Dalam ayat ini Allah ﷻ membuat perbandingan antara orang-orang yang bertakwa dengan orang-orang yang berbuat dosa. Allah ﷻ menegaskan bahwa ketakwaan adalah sarana menuju kemuliaan hakiki, bukan nasab, harta, atau jabatan.
Allah ﷻ memilih nama Ar-Rahman dalam ayat ini untuk menekankan besarnya kadar pemuliaan dan anugerah yang akan Allah ﷻ berikan kepada mereka. Tambah lagi Allah ﷻ menyebut bahwa mereka akan dimuliakan sebagai wafda (وَفْدًا). Sebagian ulama menyatakan bahwa makna wafda adalah mereka akan datang dengan berkendaraan, layaknya utusan terhormat yang datang menemui seorang raja atau penguasa. Beberapa ahli tafsir menyebutkan bahwa kendaraan mereka ketika itu adalah unta surga, kuda surga, atau sejenisnya. Intinya mereka akan dimuliakan seperti delegasi-delegasi yang datang. Sebagian ulama lain menyatakan bahwa wafda bermakna datang dengan kegembiraan, yakni mereka akan mendapatkan kegembiraan berupa anugerah, jamuan, dan karunia yang luar biasa dari Allah ﷻ Sang Maharaja.([1])
Kemudian sebaliknya, Allah ﷻ juga menyebutkan kondisi para hamba yang ingkar ketika itu. Mujrimin. Mereka akan digiring dengan penuh kehinaan dan kerendahan layaknya hewan ternak, menuju neraka Jahannam. Selain itu, mereka juga digiring dalam keadaan wirda (وِرْدًا), yakni sambil berjalan kaki dan dilanda kehausan yang sangat. Orang Arab biasa menyifati sekelompok unta yang datang ke tempat air dalam keadaan kehausan dengan wirda. ([2])
Abu Sa’id Al-Khudri radhiallahu ‘anhu menuturkan bahwa Rasulullah ﷺ pernah bersabda,
إِذَا كَانَ يَوْمُ القِيَامَةِ أَذَّنَ مُؤَذِّنٌ تَتْبَعُ كُلُّ أُمَّةٍ مَا كَانَتْ تَعْبُدُ، فَلاَ يَبْقَى مَنْ كَانَ يَعْبُدُ غَيْرَ اللَّهِ مِنَ الأَصْنَامِ وَالأَنْصَابِ، إِلَّا يَتَسَاقَطُونَ فِي النَّارِ، حَتَّى إِذَا لَمْ يَبْقَ إِلَّا مَنْ كَانَ يَعْبُدُ اللَّهَ بَرٌّ أَوْ فَاجِرٌ، وَغُبَّرَاتُ أَهْلِ الكِتَابِ فَيُدْعَى اليَهُودُ فَيُقَالُ لَهُمْ: مَنْ كُنْتُمْ تَعْبُدُونَ؟ قَالُوا: كُنَّا نَعْبُدُ عُزَيْرَ ابْنَ اللَّهِ فَيُقَالُ لَهُمْ: كَذَبْتُمْ مَا اتَّخَذَ اللَّهُ مِنْ صَاحِبَةٍ وَلاَ وَلَدٍ، فَمَاذَا تَبْغُونَ؟ فَقَالُوا: عَطِشْنَا رَبَّنَا فَاسْقِنَا، فَيُشَارُ أَلاَ تَرِدُونَ فَيُحْشَرُونَ إِلَى النَّارِ كَأَنَّهَا سَرَابٌ يَحْطِمُ بَعْضُهَا بَعْضًا فَيَتَسَاقَطُونَ فِي النَّارِ، ثُمَّ يُدْعَى النَّصَارَى فَيُقَالُ لَهُمْ: مَنْ كُنْتُمْ تَعْبُدُونَ؟ قَالُوا: كُنَّا نَعْبُدُ المَسِيحَ ابْنَ اللَّهِ، فَيُقَالُ لَهُمْ: كَذَبْتُمْ، مَا اتَّخَذَ اللَّهُ مِنْ صَاحِبَةٍ وَلاَ وَلَدٍ، فَيُقَالُ لَهُمْ: مَاذَا تَبْغُونَ؟ فَكَذَلِكَ مِثْلَ الأَوَّلِ حَتَّى إِذَا لَمْ يَبْقَ إِلَّا مَنْ كَانَ يَعْبُدُ اللَّهَ مِنْ بَرٍّ، أَوْ فَاجِرٍ…
“Pada hari kiamat, akan diserukan agar setiap umat mengikuti apa yang mereka sembah. Maka mereka yang menyembah selain Allah, seperti berhala dan patung-patung, pun ketika itu berjatuhan ke Neraka. Hingga yang tersisa hanyalah mereka yang menyembah Allah, baik orang-orang yang saleh maupun orang yang jahat di antara mereka, serta sekelompok kecil dari Ahli Kitab.
Kemudian orang Yahudi pun dipanggil, lalu Allah bertanya kepada mereka: ‘Apa yang kalian sembah?’ Mereka menjawab: ‘Kami menyembah Uzair putra Allah.’ Kemudian dikatakan kepada mereka: ‘Kalian adalah para pendusta! Sungguh Allah tidak pernah beristri atau memiliki anak! Apa yang sekarang kalian inginkan?’ Mereka menjawab: ‘Kami sangat haus ya Rabb, berilah kami minum.’ Maka ditunjukkan kepada mereka suatu tempat yang seakan merupakan sumber air, lalu dikatakan kepada mereka: ‘Tidakkah kalian pergi ke tempat air itu?’ Ketika itulah mereka digiring ke Neraka yang saat itu bak fatamorgana yang saling melahap satu sama lainnya. Mereka berjatuhan ke dalam api Neraka.
Kemudian orang Nasrani pun dipanggil, lalu Allah bertanya kepada mereka: ‘Apa yang kalian sembah?’ Mereka menjawab: ‘Kami menyembah Al-Masih (Yesus/Isa) putra Allah.’ Kemudian dikatakan kepada mereka: ‘Kalian adalah para pendusta! Sungguh Allah tidak pernah beristri atau memiliki anak! Apa yang sekarang kalian inginkan?’ Maka terjadilah seperti apa yang terjadi dengan orang-orang Yahudi.
Hingga tidak tersisa kecuali mereka yang hanya beribadah kepada Allah, baik orang saleh atau pun yang fajir di antara mereka…’ ([3])
Dalam hadits ini juga disebutkan bahwa kehausan yang dahsyat melanda kaum kafir ketika itu. Namun bukannya mendapatkan minuman, mereka malah digiring menuju fatamorgana yang ternyata adalah Neraka yang menyala-nyala. A’aadzanallaahu minannaar.
________
Footnote:
([1]) Lihat: Tafsir Al-Qurthubi 11/151-152