64. وَمَا نَتَنَزَّلُ إِلَّا بِأَمْرِ رَبِّكَ ۖ لَهُۥ مَا بَيْنَ أَيْدِينَا وَمَا خَلْفَنَا وَمَا بَيْنَ ذَٰلِكَ ۚ وَمَا كَانَ رَبُّكَ نَسِيًّا
wa mā natanazzalu illā bi`amri rabbik, lahụ mā baina aidīnā wa mā khalfanā wa mā baina żālika wa mā kāna rabbuka nasiyyā
64. Dan tidaklah kami (Jibril) turun, kecuali dengan perintah Tuhanmu. Kepunyaan-Nya-lah apa-apa yang ada di hadapan kita, apa-apa yang ada di belakang kita dan apa-apa yang ada di antara keduanya, dan tidaklah Tuhanmu lupa.
Tafsir:
Ini semua adalah ucapan malaikat Jibril AS. Setelah Nabi Muhammad ﷺ mendengar Surah Maryam yang menyebutkan kisah para nabi, serta kabar keadaan dan kesudahan orang-orang yang datang belakangan, yang mana mereka meninggalkan shalat dan terlena akan syahwat mereka, Nabi ﷺ pun ingin mendengar wahyu lagi, namun ternyata wahyu tidak kunjung turun. Karena kerinduan terhadap wahyu Allah ﷻ, Nabi ﷺ pun meminta agar Jibril AS bisa lebih sering lagi turun membawa wahyu([1]). Jibril AS pun menjelaskan kepada Rasulullah ﷺ bahwa ia tidaklah turun kecuali dengan perintah Allah ﷻ dan bahwa mereka tidak bisa turun semaunya.
Perintah Allah ﷻ yang disebutkan dalam ayat ini dapat ditafsirkan dengan dua makna. Makna yang pertama, maksudnya adalah perintah dan izin Allah ﷻ kepada Jibril AS untuk membawa wahyu kepada Muhammad ﷺ. Makna yang kedua, maksudnya adalah perintah Allah ﷻ kepada Muhammad ﷺ, yakni Jibril AS tidaklah turun kecuali membawa perintah kepada Nabi ﷺ yang terkandung dalam wahyu.
Perlu kita ketahui, bahwa berbeda dengan manusia, para malaikat seluruhnya tidaklah pernah melakukan sesuatu sekehendak mereka. Mereka hanyalah berbuat sesuai dengan perintah dan kehendak Allah Yang Mahakuasa. Jadi dalam urusan apa pun, mulai dari penurunan wahyu, pembagian hujan, penulisan catatan amal, dan seterusnya, mereka melakukannya sesuai apa yang Allah ﷻ perintahkan dan kehendaki. Allah ﷻ berfirman,
﴿يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا قُوا أَنْفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا وَقُودُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ عَلَيْهَا مَلَائِكَةٌ غِلَاظٌ شِدَادٌ لَا يَعْصُونَ اللَّهَ مَا أَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُونَ مَا يُؤْمَرُونَ﴾
“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah ﷻ terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.” (QS. At-Tahrim: 6)
Kemudian para malaikat melanjutkan perkataannya kepada Nabi ﷺ,
﴿لَهُ مَا بَيْنَ أَيْدِينَا وَمَا خَلْفَنَا وَمَا بَيْنَ ذَٰلِكَ﴾
“Kepunyaan-Nya-lah apa-apa yang ada di hadapan kita, apa-apa yang ada di belakang kita dan apa-apa yang ada di antara keduanya”
Para ahli tafsir([2]) menjelaskan bahwa makna ucapan ini mencakup seluruh waktu dan tempat. Yakni, bahwa seluruh waktu yang akan datang, yang telah berlalu, dan yang sekarang kita jalani, serta seluruh tempat yang ada di hadapan kita, di belakang kita, dan yang sedang kita tempati sekarang, seluruhnya hanyalah milik Allah ﷻ. Jibril menjelaskan kepada Nabi Muhammad ﷺ bahwa Allah ﷻ lah yang menguasai seluruh waktu dan tempat tanpa terkecuali, karena memang semuanya adalah hasil ciptaan Allah ﷻ.
Jibril AS kemudian menjelaskan bahwa ketika Allah ﷻ tidak memerintahkan mereka menurunkan wahyu, bukan berarti bahwa Allah ﷻ lupa akan hal itu. Akan tetapi memang Allah ﷻ memerintahkan penurunan wahyu sesuai dengan hikmah-Nya dan kehendak-Nya, karena Dialah Yang Mahatahu dan Maha Bijaksana.([3])
________
Footnote:
([1]) Lihat: Tafsir Ibnu ‘Athiyah 4/24