66. وَلَوْ أَنَّهُمْ أَقَامُوا۟ ٱلتَّوْرَىٰةَ وَٱلْإِنجِيلَ وَمَآ أُنزِلَ إِلَيْهِم مِّن رَّبِّهِمْ لَأَكَلُوا۟ مِن فَوْقِهِمْ وَمِن تَحْتِ أَرْجُلِهِم ۚ مِّنْهُمْ أُمَّةٌ مُّقْتَصِدَةٌ ۖ وَكَثِيرٌ مِّنْهُمْ سَآءَ مَا يَعْمَلُونَ
walau annahum aqāmut-taurāta wal-injīla wa mā unzila ilaihim mir rabbihim la`akalụ min fauqihim wa min taḥti arjulihim, min-hum ummatum muqtaṣidah, wa kaṡīrum min-hum sā`a mā ya’malụn
66. Dan sekiranya mereka sungguh-sungguh menjalankan (hukum) Taurat dan Injil dan (Al Quran) yang diturunkan kepada mereka dari Tuhannya, niscaya mereka akan mendapat makanan dari atas dan dari bawah kaki mereka. Diantara mereka ada golongan yang pertengahan. Dan alangkah buruknya apa yang dikerjakan oleh kebanyakan mereka.
Tafsir :
Sejatinya Tuhan dari orang muslim, Yahudi maupun Nasrani adalah sama, yaitu Allah ﷻ. Oleh karena itu Allahﷻ memerintahkan orang-orang yang beriman untuk mendakwahi mereka kepada kebenaran yang seharusnya disepakati tersebut. Allah ﷻ berfirman,
قُلْ يَاأَهْلَ الْكِتَابِ تَعَالَوْا إِلَى كَلِمَةٍ سَوَاءٍ بَيْنَنَا وَبَيْنَكُمْ أَلَّا نَعْبُدَ إِلَّا اللَّهَ وَلَا نُشْرِكَ بِهِ شَيْئًا
“Katakanlah (Muhammad), ‘Wahai Ahli Kitab! Marilah (kita) menuju pada satu kalimat (pegangan) yang sama antara kami dan kamu, bahwa kita tidak menyembah selain Allah dan kita tidak mempersekutukan-Nya dengan sesuatu pun.’” (QS Ali ‘Imran: 64)
Firman Allah (niscaya mereka akan mendapat makanan dari atas mereka dan dari bawah kaki mereka) Allah ﷻ menyebutkan bahwa seandainya orang-orang Yahudi dan Nasrani menegakkan Taurat, Injil dan mereka menjalankan Quran, maka mereka akan mendapatkan banyak kenikmatan dari Allah ﷻ dari atas mereka dan dari bawah mereka. Maksudnya adalah rezeki yang Allah ﷻ turunkan dari langit dan rezeki yang datang dari bawah mereka berupa tumbuh-tumbuhan yang banyak.([1])
Pada ayat ini Allah ﷻ hanya menyebutkan dua golongan dari Ahli Kitab (Di antara mereka ada sekelompok yang jujur dan taat. Dan banyak di antara mereka sangat buruk apa yang mereka kerjakan). Hal ini berbeda dengan umat Islam, yang diberikan keistimewaan oleh Allah ﷻ dengan dibagi menjadi tiga golongan. Allah ﷻ berfirman dalam surah surah Fathir,
ثُمَّ أَوْرَثْنَا الْكِتَابَ الَّذِينَ اصْطَفَيْنَا مِنْ عِبَادِنَا فَمِنْهُمْ ظَالِمٌ لِنَفْسِهِ وَمِنْهُمْ مُقْتَصِدٌ وَمِنْهُمْ سَابِقٌ بِالْخَيْرَاتِ بِإِذْنِ اللَّهِ
“Kemudian Kitab itu Kami wariskan kepada orang-orang yang Kami pilih di antara hamba-hamba Kami, lalu di antara mereka ada yang menzalimi diri sendiri, ada yang pertengahan, dan ada (pula) yang lebih dahulu berbuat kebaikan dengan izin Allah.” (QS Fatir: 32)
Tiga golongan dari umat Islam yang Allah ﷻ sebutkan bahwa mereka akan masuk surga adalah:
- Golongan orang yang banyak melakukan dosa, tetapi mereka masuk ke dalam surga.
Allah ﷻ menyebutkan golongan ظَالِمٌ لِنَفْسِهِ “yang menzalimi diri sendiri” terlebih dahulu, untuk menunjukkan kasih sayang Allah ﷻ terhadap mereka. Mereka paling banyak jumlahnya karena banyak melakukan dosa. Namun, Allah ﷻ mengampuninya dan memasukkan mereka ke dalam surga.
- Golongan pertengahan.
Para ulama menjelaskan bahwa مُقْتَصِدٌ “yang pertengahan” adalah orang yang menjalankan yang wajib-wajib saja, meninggalkan yang haram, mengerjakan sebagian yang sunah serta meninggalkan sebagian hal yang makruh.([2])
- Golongan yang semangat dalam melakukan kebajikan.
Golongan ini adalah mereka yang semangat dalam melakukan segala kebaikan dan berlomba-lomba di dalamnya. Mereka bersemangat dan berlomba-lomba dalam berderma, membangun masjid, menuntut ilmu, berdakwah, menghidupkan sunah dan berbagai kebaikan lainnya.
Adapun Ahli kitab maka tidak demikian. Dalam ayat ini Allah ﷻ hanya membagi mereka menjadi dua golongan, yaitu: مُقْتَصِدٌ “yang pertengahan” dan ظَالِمٌ لِنَفْسِهِ “yang menzalimi diri sendiri”.
Ibnu ‘Asyur dan Al-Qurthubi menukilkan sebagian pendapat bahwa maksud “yang pertengahan” di sini adalah golongan yang tidak mengolok-olok dan menyakiti kaum muslimin meskipun mereka tidak beriman sebagaimana halnya iman kaum muslimin. Ketidaksukaan golongan ini terhadap kaum muslimin masih sebatas dalam hati. Sedangkan golongan yang kedua, maka mereka membenci dengan hati dan dengan melakukan perbuatan yang buruk kepada kaum muslimin. Adapun golongan سَابِقٌ بِالْخَيْرَاتِ “yang berlomba dalam kebaikan” dari mereka, maka hanya terkhususkan bagi sebagian yang sangat kecil dari mereka yang telah masuk ke dalam Islam, seperti ‘Abdullah bin Salam.([3])
_________________
Footnote :
([1]) Lihat: Tafsir Ibnu Katsir, vol. III, hlm. 148.
([2]) Lihat: Tafsir Ibnu Katsir, vol. VI, hlm. 546.
([3]) Tafsir Al-Qurthubi, vol. VI, 242-243, dan Al-Tahrir wat-Tanwir, vol. VI, hlm. 253-254.