135. قُلْ يَٰقَوْمِ ٱعْمَلُوا۟ عَلَىٰ مَكَانَتِكُمْ إِنِّى عَامِلٌ ۖ فَسَوْفَ تَعْلَمُونَ مَن تَكُونُ لَهُۥ عَٰقِبَةُ ٱلدَّارِ ۗ إِنَّهُۥ لَا يُفْلِحُ ٱلظَّٰلِمُونَ
qul yā qaumi’malụ ‘alā makānatikum innī ‘āmil, fa saufa ta’lamụna man takụnu lahụ ‘āqibatud-dār, innahụ lā yufliḥuẓ-ẓālimụn
135. Katakanlah: “Hai kaumku, berbuatlah sepenuh kemampuanmu, sesungguhnya akupun berbuat (pula). Kelak kamu akan mengetahui, siapakah (di antara kita) yang akan memperoleh hasil yang baik di dunia ini. Sesungguhnya orang-orang yang zalim itu tidak akan mendapatkan keberuntungan.
Tafsir :
Ini merupakan ancaman dari Nabi Muhammad ﷺ kepada kaum Quraisy. Bahwasanya mereka bebas melakukan apa saja, akan tetapi kelak mereka akan memetik hasilnya. Ini juga seperti firman Allah ﷻ lainnya,
﴿اعْمَلُوا مَا شِئْتُمْ إِنَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ بَصِيرٌ﴾
“Perbuatlah apa yang kamu kehendaki; Sesungguhnya Dia Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.” (QS. Fussilat: 40)
Kata مَكَانَة dalam ayat ini memiliki dua makna, yaitu:([1])
Pertama: Kedudukan. Yakni, jika kalian wahai kaum kafir Quraisy merasa telah memiliki kedudukan yang kokoh, maka silakan lakukan apa yang ingin kalian lakukan.
Kedua: Tempat menetap. Yakni, jika kalian wahai kaum kafir Quraisy bersikeras untuk tetap melakukan kesyirikan, maka silahkan. Begitu juga diriku, akan tetap selalu mendakwahkan tauhid. Sungguh kelak kita akan mengetahui bersama, siapakah di antara kita yang akan mendapatkan kesudahan yang baik di dunia ini, dan kemudian di Akhirat.
Ayat ini bukanlah izin atau perintah dari Allah ﷻ kepada mereka untuk melakukan kesyirikan. Melainkan ini adalah ancaman keras, yang seharusnya mereka tersadarkan olehnya. Dalam ayat lainnya, Allah ﷻ juga memberikan peringatan semakna,
﴿فَمَن شَاءَ فَلْيُؤْمِن وَمَن شَاءَ فَلْيَكْفُرْ﴾
“maka barang siapa yang ingin (beriman) hendaklah ia beriman, dan barang siapa yang ingin (kafir) biarlah ia kafir”.” (QS. Al-Kahfi: 29)
Setelah berbagai hujah dan mukjizat diberikan kepada mereka dengan cara dan metode terbaik, mereka tetap keras kepala dan bersikukuh pada kekafiran dan kesyirikan. Karenanya, akhirnya Allah ﷻ pun menurunkan kepada Rasul-Nya ﷺ ayat ini
﴿قُلْ يَاقَوْمِ اعْمَلُوا عَلَىٰ مَكَانَتِكُمْ إِنِّي عَامِلٌۖ فَسَوْفَ تَعْلَمُونَ مَن تَكُونُ لَهُ عَاقِبَةُ الدَّارِۗ إِنَّهُ لَا يُفْلِحُ الظَّالِمُونَ﴾
“Katakanlah: “Hai kaumku, berbuatlah sepenuh kemampuanmu, sesungguhnya akupun berbuat (pula). Kelak kamu akan mengetahui, siapakah (di antara kita) yang akan memperoleh hasil yang baik di dunia ini. Sesungguhnya orang-orang yang zalim itu tidak akan mendapatkan keberuntungan.”
Dalam ayat ini seakan-akan Allah ﷻ memberi hiburan kepada Nabi Muhammad ﷺ, bahwa kaumnya tetap tidak beriman bukanlah karena kekurangan dan cacat pada metode dakwah beliau ﷺ, melainkan disebabkan kepandiran mereka. Ibnu Abbas (RA) berkata,
مَنْ أَرَادَ أَنْ يَعْلَمَ جَهْلَ الْعَرَبِ فَلْيَقْرَأْ مَا فَوْقَ الثَّلَاثِينَ وَالْمِائَةِ مِنْ سُورَةِ الْأَنْعَامِ إِلَى قَوْلِهِ: قَدْ خَسِرَ الَّذِينَ قَتَلُوا أَوْلادَهُمْ سَفَهاً بِغَيْرِ عِلْمٍ
“Barang siapa yang ingin mengetahui kebodohan kaum musyrikin Arab, maka hendaknya dia membaca surah Al-Maidah ayat 130 ke atas, hingga ayat 140.” ([2])
Pada ayat-ayat berikut, Allah ﷻ akan menyebutkan beberapa kepandiran kaum musyrikin Quraisy, dan Arab secara umum.
________________
Footnote :