92. وَهَٰذَا كِتَٰبٌ أَنزَلْنَٰهُ مُبَارَكٌ مُّصَدِّقُ ٱلَّذِى بَيْنَ يَدَيْهِ وَلِتُنذِرَ أُمَّ ٱلْقُرَىٰ وَمَنْ حَوْلَهَا ۚ وَٱلَّذِينَ يُؤْمِنُونَ بِٱلْءَاخِرَةِ يُؤْمِنُونَ بِهِۦ ۖ وَهُمْ عَلَىٰ صَلَاتِهِمْ يُحَافِظُونَ
wa hāżā kitābun anzalnāhu mubārakum muṣaddiqullażī baina yadaihi wa litunżira ummal-qurā wa man ḥaulahā, wallażīna yu`minụna bil-ākhirati yu`minụna bihī wa hum ‘alā ṣalātihim yuḥāfiẓụn
92. Dan ini (Al Quran) adalah kitab yang telah Kami turunkan yang diberkahi; membenarkan kitab-kitab yang (diturunkan) sebelumnya dan agar kamu memberi peringatan kepada (penduduk) Ummul Qura (Mekah) dan orang-orang yang di luar lingkungannya. Orang-orang yang beriman kepada adanya kehidupan akhirat tentu beriman kepadanya (Al Quran) dan mereka selalu memelihara sembahyangnya.
Tafsir :
Sungguh Al-Qur’an ini mubaarak, yakni mengandung keberkahan yang melimpah. Oleh karenanya orang yang ingin mendapatkan keberkahan dalam hidupnya, hendaknya ia mengisi hari-harinya dengan bacaan Al-Qur’an.
Ibnu ‘Asyur (RH), salah seorang ulama dan ahli tafsir kontemporer, pernah menyatakan bahwa meskipun beliau telah mempelajari sekian banyak ilmu, namun beliau tidak pernah mendapati kadar keberkahan seperti apa yang beliau dapati saat mempelajari dan mengajarkan Al-Qur’an.
Ibnu Taimiyah (RH) juga pernah mengungkapkan penyesalan beliau, karena merasa kurang dalam mencurahkan waktu untuk Al-Qur’an. Memang Ibnu Taimiyyah (RH) tidak memiliki karya khusus dalam tafsir, namun jika dikumpulkan dari berbagai karya beliau, penafsiran Al-Qur’an oleh beliau (RH) dapat mencapai 6 jilid.
Al-Qur’an penuh dengan keberkahan. Setiap lafal dan hurufnya mengandung keberkahan. Orang yang menyibukkan diri dengan Al-Qur’an, pasti -dengan izin Allah ﷻ- ia akan mendapatkan banyak keberkahan([1]).
Demikianlah para ulama. Mereka sudah mengabdikan seluruh hidup mereka untuk agama, namun tetap saja mereka merasa belum maksimal memperuntukkan waktu dan usaha mereka untuk Al-Qur’an. Lalu, bagaimana lagi dengan kita?! Karenanya wahai saudaraku, hendaknya setiap kita selalu memastikan agar tiada hari yang berlalu begitu saja tanpa membaca dan menghayati Al-Qur’an. Jangan sampai ternyata hidup kita sangat jauh dari keberkahan Al-Qur’an, namun kita tidak menyadarinya.
Dalam ayat ini Allah ﷻ menyatakan bahwa Al-Qur’an berisi pembenaran terhadap kitab-kitab suci sebelumnya. Yakni, kandungannya terkait pokok-pokok agam, sesuai dengan kitab-kitab suci yang telah diturunkan Allah kepada para rasul sebelumnya, seperti Taurat dan Injil. Di antara contohnya adalah, bahwa Al-Qur’an membenarkan apa yang disebutkan dalam kitab-kitab suci terdahulu berupa kedatangan rasul terakhir, yaitu Nabi Muhammad ﷻ.
Yang dimaksud dengan Ummul Qura, adalah kota Makkah, yang merupakan kota yang paling agung di dunia. Dahulu bangsa Arab hidup secara nomaden, sesuai dengan ketersediaan air dan makanan di suatu lokasi. Selain itu, mereka (Arab Hijaz) juga biasa tinggal dengan tenda-tenda, bukan bangunan rumah permanen. Kota Mekkah adalah lokasi pertama yang mereka jadikan sebagai komunitas hunian permanen, dan darinya kemudian muncullah komunitas hunian permanen lainnya di kota-kota lain. Oleh karena inilah kota Mekkah disebut sebagai Ummul Qura, yang berarti ibukota, atau pusat segala kota.([2])
Ayat ini mengesankan bahwa Al-Qur’an adalah peringatan bagi penduduk kota Mekkah dan yang berada di sekelilingnya saja, karena memang konteksnya sedang membantah kaum musyrikin Arab. Namun sejatinya, Al-Qur’an adalah peringatan bagi seluruh manusia dan jin yang termasuk umat Muhammad ﷺ. Allah ﷻ berfirman,
﴿تَبَارَكَ الَّذِي نَزَّلَ الْفُرْقَانَ عَلَىٰ عَبْدِهِ لِيَكُونَ لِلْعَالَمِينَ نَذِيرًا﴾
“Maha suci Allah yang telah menurunkan Al Furqaan (Al Quran) kepada hamba-Nya, agar dia menjadi pemberi peringatan kepada seluruh alam, (QS. Al Furqan:1)
Ayat ini juga menyebutkan bahwa salah satu konsekuensi bagi mereka yang percaya terhadap kehidupan Akhirat, adalah mereka juga percaya dengan Al-Qur’an, serta senantiasa menjaga shalat mereka.
_______________
Footnote :