90. أُو۟لَٰٓئِكَ ٱلَّذِينَ هَدَى ٱللَّهُ ۖ فَبِهُدَىٰهُمُ ٱقْتَدِهْ ۗ قُل لَّآ أَسْـَٔلُكُمْ عَلَيْهِ أَجْرًا ۖ إِنْ هُوَ إِلَّا ذِكْرَىٰ لِلْعَٰلَمِينَ
ulā`ikallażīna hadallāhu fa bihudāhumuqtadih, qul lā as`alukum ‘alaihi ajrā, in huwa illā żikrā lil-‘ālamīn
90. Mereka itulah orang-orang yang telah diberi petunjuk oleh Allah, maka ikutilah petunjuk mereka. Katakanlah: “Aku tidak meminta upah kepadamu dalam menyampaikan (Al-Quran)”. Al-Quran itu tidak lain hanyalah peringatan untuk seluruh ummat.
Tafsir :
Ini merupakan sindiran bagi orang-orang Quraisy bahwasanya bukan hanya Muhammad ﷺ satu-satunya yang membawa risalah untuk menyeru kepada tauhid dan menentang penyembahan berhala. Hal ini juga ditegaskan dalam firman-Nya,
﴿قُلْ مَا كُنتُ بِدْعًا مِّنَ الرُّسُلِ وَمَا أَدْرِي مَا يُفْعَلُ بِي وَلَا بِكُمْۖ إِنْ أَتَّبِعُ إِلَّا مَا يُوحَىٰ إِلَيَّ وَمَا أَنَا إِلَّا نَذِيرٌ مُّبِينٌ﴾
“Katakanlah: “Aku bukanlah rasul yang pertama di antara rasul-rasul dan aku tidak mengetahui apa yang akan diperbuat terhadapku dan tidak (pula) terhadapmu. Aku tidak lain hanyalah mengikuti apa yang diwahyukan kepadaku dan aku tidak lain hanyalah seorang pemberi peringatan yang menjelaskan”. (QS. Al Ahqaf:9)
Ayat ini juga menjelaskan tentang agungnya kedudukan Muhammad ﷺ, sebagai pewaris petunjuk para nabi sebelumnya. Seakan-akan beliau mengumpulkan semua keutamaan yang ada pada nabi-nabi sebelumnya.
Ayat ini juga merupakan dalil bahwasanya syar’u man qablana (syariat umat terdahulu), merupakan syariat bagi kita, selama tidak ada keterangan dari syariat kita yang me-naskh (menghapuskan) syariat tersebut, dan selama ia tidak menyelisihi syariat kita.
Ayat ini juga menjelaskan bahwa di antara kebiasaan para nabi terdahulu, adalah berdakwah tanpa mengharapkan upah dari umat mereka. Hal ini guna menepis sangkaan mereka, bahwa sang nabi mendakwahi mereka hanyalah untuk mencari penghidupan dari dakwah, mencari ketenaran, pengikut, atau kedudukan di tengah mereka.