82. ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ وَلَمْ يَلْبِسُوٓا۟ إِيمَٰنَهُم بِظُلْمٍ أُو۟لَٰٓئِكَ لَهُمُ ٱلْأَمْنُ وَهُم مُّهْتَدُونَ
allażīna āmanụ wa lam yalbisū īmānahum biẓulmin ulā`ika lahumul-amnu wa hum muhtadụn
82. Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan iman mereka dengan kezaliman (syirik), mereka itulah yang mendapat keamanan dan mereka itu adalah orang-orang yang mendapat petunjuk.
Tafsir :
Yang dimaksud dengan kezaliman dalam ayat ini, adalah kesyirikan([1]).
Semakin jauh seseorang dari kesyirikan, maka semakin dekat ia dengan keamanan, ketenteraman, dan taufik dari Allah ﷻ. Semakin baik keikhlasan seorang hamba, maka akan semakin besar kadar ketenteraman, kebahagiaan, dan hidayah yang ia rasakan.
Ini berlaku baik di dunia maupun di akhirat. Barang siapa semakin bertauhid, maka hatinya semakin tenteram. Bagaimana pun keadaannya di dunia, hatinya akan selalu tentram dalam dekapan tauhid. Dia akan selalu merasa nyaman dengan menyerahkan segala urusannya kepada Tuhan semesta alam. Hati yang amat jauh dari ketergantungan terhadap makhluk, serta selalu mengaitkan segala asanya kepada Allah ﷻ, bagaimana mungkin ia akan gelisah dan cemas?! Renungkanlah hal ini wahai diri! Mari koreksi kembali hati dan keimanan kita!
Para ulama menyatakan bahwa hidayah yang Allah ﷻ janjikan kepada mereka yang beriman dengan baik serta jauh dari kesyirikan, mencakup hidayah di dunia dan di Akhirat([2]).
_______________
Footnote :