78. فَلَمَّا رَءَا ٱلشَّمْسَ بَازِغَةً قَالَ هَٰذَا رَبِّى هَٰذَآ أَكْبَرُ ۖ فَلَمَّآ أَفَلَتْ قَالَ يَٰقَوْمِ إِنِّى بَرِىٓءٌ مِّمَّا تُشْرِكُونَ
fa lammā ra`asy-syamsa bāzigatang qāla hāżā rabbī hāżā akbar, fa lammā afalat qāla yā qaumi innī barī`um mimmā tusyrikụn
78. Kemudian tatkala ia melihat matahari terbit, dia berkata: “Inilah Tuhanku, ini yang lebih besar”. Maka tatkala matahari itu terbenam, dia berkata: “Hai kaumku, sesungguhnya aku berlepas diri dari apa yang kamu persekutukan.
Tafsir :
Penggalan akhir di ayat ini, yaitu “Wahai kaumku! Sungguh, aku berlepas diri dari apa yang kamu persekutukan.”, juga jelas sekali menunjukkan bahwa ketika Nabi Ibrahim ‘Alaihissalam adalah seorang mukmin nan muwahhid, dan bahwa ketika itu beliau ‘Alaihissalam sedang mendebat suatu kaum yang melakukan kesyirikan, dan sama sekali bukan sedang dalam proses pencarian Tuhan.