32. وَمَا ٱلْحَيَوٰةُ ٱلدُّنْيَآ إِلَّا لَعِبٌ وَلَهْوٌ ۖ وَلَلدَّارُ ٱلْءَاخِرَةُ خَيْرٌ لِّلَّذِينَ يَتَّقُونَ ۗ أَفَلَا تَعْقِلُونَ
wa mal-ḥayātud-dun-yā illā la’ibuw wa lahw, wa lad-dārul-ākhiratu khairul lillażīna yattaqụn, a fa lā ta’qilụn
32. Dan tiadalah kehidupan dunia ini, selain dari main-main dan senda gurau belaka. Dan sungguh kampung akhirat itu lebih baik bagi orang-orang yang bertakwa. Maka tidakkah kamu memahaminya?
Tafsir :
Kehidupan dunia adalah kehidupan yang sedang kita jalani saat ini. Akar kata (دُنْيَا) dalam Bahasa Arab adalah (دُنُوٌّ), yang memiliki dua makna, yaitu dekat atau rendah, dan memang demikianlah sifat kehidupan dunia ini.
Dunia ini dekat, yakni fana dan cepat sekali usai, sehingga Allah ﷻ menyebutnya sebagai permainan dan senda gurau belaka, karena permainan dan senda gurau biasanya hanya sebentar, tidak lama.([1]) Fakta ini dapat disaksikan oleh kita semua, bagaimana dunia ini berlalu begitu cepat, dari mulai masa kecil, remaja, tua, berjalan dengan cepat tanpa terasa. Perubahan-perubahan pun terlihat jelas di hadapan mata kita, bahwa dahulunya kita melihat teman-teman kita yang dahulunya terlihat muda, tiba-tiba uban pun telah memenuhi rambut mereka. Begitu pun dengan anak-anak kita, seakan baru kemarin dilahirkan, tiba-tiba mereka tumbuh menjadi remaja dan dewasa.
Dunia ini juga rendah, yakni tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan Akhirat.([2]) Rasulullah ﷺ bersabda,
لَوْ كَانَتْ الدُّنْيَا تَعْدِلُ عِنْدَ اللَّهِ جَنَاحَ بَعُوضَةٍ؛ مَا سَقَى كَافِرًا مِنْهَا شَرْبَةَ مَاءٍ
“Andaikan dunia ini di sisi Allah senilai dengan sayap seekor nyamuk, niscaya Allah tidak akan memberikan seteguk air pun untuk orang kafir.”([3])
Ini menunjukkan bahwa nilai dunia sangatlah rendah di sisi Allah ﷻ.
Hadits-hadits yang semakna dengan hadits di atas sangat banyak, di antaranya adalah sabda Rasulullah ﷺ,
ومَوْضِعُ سَوْطِ أَحَدِكُمْ مِنَ الجنَّةِ خَيْرٌ من الدُّنْيا وما عَلَيْها
“Dan tempat cemeti kalian lebih baik dari dunia dan seiisinya.”([4])
Begitu juga sabda Rasulullah ﷺ,
رَكْعَتَا الفَجْرِ خَيْرٌ مِنَ الدُّنْيَا وَما فِيهَا
“Dua rakaat qabliyyah subuh lebih baik dari dunia dan seisinya.”([5])
Benar, pahala dua rakaat qabliyyah subuh itu lebih baik dari dunia dan seisinya. Hal ini karena pahala akan kekal di akhirat, adapun dunia tidak kekal (bersifat sementara), dan sesuatu yang kekal tidak bisa dibandingkan dengan sesuatu yang tidak kekal, walau selama apa pun ia bereksistensi. Seseorang yang menjadi raja dunia, maka kenikmatan tersebut hanya bisa ia rasakan selama ia hidup, yaitu 60, 70, atau bahkan 100 tahun saja. Belum lagi berbagai kesedihan, kegalauan, kekhawatiran, dan semisalnya yang membayanginya setiap saat. Adapun ganjaran dari 2 rakaat qabliyyah Subuh adalah ganjaran yang kekal di Akhirat, ganjaran yang tidak akan pernah hilang. Maka sangat pantaslah jika dikatakan oleh Rasulullah ﷺ bahwa dua rakaat qabliyyah Subuh lebih baik dari dunia dan seisinya.
Beberapa hal tentang perbandingan antara dunia dan akhirat:
- Dunia adalah sementara, adapun akhirat adalah kekal.
- Kenikmatan dunia tidak sempurna, sebesar dan senikmat apa pun kenikmatan dunia pasti mengandung sisi kekurangan. Sedangkan kenikmatan Akhirat, segala sesuatu tentangnya adalah kesempurnaan mutlak.
- Kenikmatan dunia harus diraih dengan perjuangan dan keletihan, minimal adalah dengan menunggu, tidak tersedia setiap saat. Adapun kenikmatan Akhirat maka diraih dengan instan, tanpa perjuangan dan keletihan.
- Kenikmatan dunia bisa mendatangkan kebosanan. Kebosanan tersebut bisa timbul karena kenikmatannya yang dirasakan hanya itu-itu saja, atau karena sudah tidak bisa dinikmati lagi, seperti halnya orang yang telah kenyang maka ia tidak bisa lagi merasakan kenikmatan makanan yang lezat. Adapun kenikmatan Surga maka tidak mendatangkan kebosanan. Penduduk surga makan bukan karena lapar, minum bukan karena haus, namun karena untuk berlezat-lezat.
Dari sini penulis ingin mengajak para pembaca sekalian untuk merenungkan ayat di atas bahwasanya kehidupan dunia hanyalah main-main dan senda gurau, artinya kehidupan dunia hanyalah sebentar.
Meskipun sifat asli dunia adalah fana dan hina, namun ia bisa menjadi bernilai di sisi Allah ﷻ jika kita memperuntukkanya untuk keridaan-Nya, yaitu dengan menyedekahkannya di jalan Allah ﷻ. Harta yang kita sedekahkan akan menjadi aset Akhirat yang akan kita rasakan manfaat besarnya di Akhirat kelak.
_______________
Footnote :
([1]) Lihat: Tafsir Ibnu Utsaimin surah al-An’am (hlm. 166).
([2]) Lihat: Tafsir Ibnu Utsaimin surah al-An’am (hlm. 166).
([3]) HR. Tirmidzi No. 23220 dan dinyatakan sahih oleh al-Albani dalam Silsilah ash-Shahihah No. 686.