23. ثُمَّ لَمْ تَكُن فِتْنَتُهُمْ إِلَّآ أَن قَالُوا۟ وَٱللَّهِ رَبِّنَا مَا كُنَّا مُشْرِكِينَ
ṡumma lam takun fitnatuhum illā ang qālụ wallāhi rabbinā mā kunnā musyrikīn
23. Kemudian tiadalah fitnah mereka, kecuali mengatakan: “Demi Allah, Tuhan kami, tiadalah kami mempersekutukan Allah”.
Tafsir :
Perhatikan bagaimana mereka nekad bersumpah atas kedustaan mereka di hadapan Allah ﷻ, padahal mereka tahu bahwa Allah ﷻ Maha Mengetahui segalanya. Demikianlah kaum yang sudah biasa berdusta di dunia, mereka tetap akan bersumpah dengan kebohongan sekalipun di hadapan Tuhan Yang Maha Mengetahui segalanya. [1]
Diriwayatkan pula dari Ibnu ‘Abbas (RA) bahwa ketika menyaksikan ternyata di ada orang-orang dikeluarkan dari Neraka setelah memasukinya, mereka pun mengucapkan sumpah dusta ini, dengan harapan agar mereka selamat dari azab Allah (SWT). Mereka melihat bahwa orang-orang yang dikeluarkan dari Neraka adalah para pendosa yang tidak berbuat kesyirikan. Ketika mengetahui bahwa kesucian dari syirik adalah kunci keselamatan, mereka pun bersumpah dusta bahwa mereka tidak pernah melakukan kesyirikan.
Sebagian ulama juga menyebutkan bahwa kedustaan ini terucap oleh mereka di hadapan Allah (SWT), akibat rasa takut yang luar biasa ketika menyaksikan dahsyatnya siksa yang menanti mereka, sehingga akal sehat mereka pun hilang karenanya. Mereka tahu bahwa Allah (SWT) tidak bisa dibohongi, tetapi akibat rasa takut yang memuncak, serta asa yang telah kandas, mereka pun nekad bersumpah dusta di hadapan Allah ﷻ. Wal ‘iyaadzu billaah. [2]
_____________
Footnote :
[1] Lihat: At-Tahrir wa at-Tanwir, (7/177).
[2] Lihat: At-Tahrir wa at-Tanwir, (7/177).