13. ۞ وَلَهُۥ مَا سَكَنَ فِى ٱلَّيْلِ وَٱلنَّهَارِ ۚ وَهُوَ ٱلسَّمِيعُ ٱلْعَلِيمُ
wa lahụ mā sakana fil-laili wan-nahār, wa huwas-samī’ul-‘alīm
13. Dan kepunyaan Allah-lah segala yang ada pada malam dan siang. Dan Dialah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.
Tafsir :
Ada tiga pendapat tentang tafsir dari kata سَكَنَ.
Pertama, bermakna tenang (tidak bergerak). Jadi maknanya adalah, milik Allah ﷻ lah segala apa yang tenang nan tidak bergerak, baik di waktu malam dan siang hari. Allah ﷻ mengkhususkan penyebutan makhluk-Nya yang tak bergerak, karena ia lebih banyak dari pada makhluk-Nya yang bergerak. Selain itu, jika segala sesuatu yang tenang saja Allah ﷻ mengetahuinya dan memilikinya, maka terlebih lagi segala sesuatu yang bergerak. Pendapat ini cukup kuat di kalangan para ahli tafsir.[1]
Kedua, bermakna مُسْتَقِرٌّ, yakni tinggal atau menetap. Pendapat ini juga cukup kuat. Artinya adalah semua yang ada di alam semesta, karena semua makhluk berada, tinggal, dan menetap di dalam alam semesta, dan tidak ada satu makhluk pun yang tinggal di luar alam semesta.
Ketiga, bermakna مُسْتَخْفٍ, yakni yang tersembunyi[2]. Artinya semua yang tersembunyi pun milik Allah ﷻ dan Allah ﷻ mengetahui segala sesuatu tentangnya.
Oleh karenanya, setelah itu Allah ﷻ berfirman,
﴿وَهُوَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ﴾
“Dan Dialah Yang Maha Mendengar, Maha Mengetahui.”
Ini menjadi dalil bahwasanya yang berhak menjadi Tuhan dan berhak untuk disembah hanyalah Allah ﷻ. Seakan-akan Allah ﷻ berkata kepada orang-orang kafir, “Adapun yang kalian sembah selain Allah ﷻ, baik itu nabi, malaikat ataupun jin sekalipun, apakah mereka memiliki alam semesta?” Jawabannya adalah tidak.
Jika ditanyakan kepada mereka, “Apakah mereka semua tahu apa yang bergerak dan tidak bergerak atau tersembunyi di alam semesta ini?” Jawabannya mereka tidak tahu. Adapun Allah ﷻ Maha Mendengar, Maha Mengetahui, Allah ﷻ mengetahui apa pun yang ada di alam semesta ini. Jangankan yang bergerak, yang diam pun Allah ﷻ mengetahuinya.
Inilah di antara contoh bahwa rububiyyah dan asma’ washshifaat Allah ﷻ melazimkan uluhiyyah-Nya. Allah ﷻ menyebutkan bukti-bukti rububiyyah-Nya dan juga salah satu asma’ washshifaat-Nya, untuk menegaskan uluhiyyah-Nya, yakni bahwa sejatinya Dia-lah satu-satunya yang berhak untuk disembah.
_________________
Footnote :
[1] Lihat: Tafsir Al-Qurthubi (6/396).
[2] Lihat: At-Tahrir wa at-Tanwir (7/155).