24. فَنَادَىٰهَا مِن تَحْتِهَآ أَلَّا تَحْزَنِى قَدْ جَعَلَ رَبُّكِ تَحْتَكِ سَرِيًّا
fa nādāhā min taḥtihā allā taḥzanī qad ja’ala rabbuki taḥtaki sariyyā
24. Maka Jibril menyerunya dari tempat yang rendah: “Janganlah kamu bersedih hati, sesungguhnya Tuhanmu telah menjadikan anak sungai di bawahmu.
Tafsir:
Kemudian firman Allah ﷻ,
﴿فَنَادَاهَا مِنْ تَحْتِهَا أَلَّا تَحْزَنِي قَدْ جَعَلَ رَبُّكِ تَحْتَكِ سَرِيًّا وَهُزِّي إِلَيْكِ بِجِذْعِ النَّخْلَةِ تُسَاقِطْ عَلَيْكِ رُطَبًا جَنِيًّا فَكُلِي وَاشْرَبِي وَقَرِّي عَيْنًا ۖ فَإِمَّا تَرَيِنَّ مِنَ الْبَشَرِ أَحَدًا فَقُولِي إِنِّي نَذَرْتُ لِلرَّحْمَٰنِ صَوْمًا فَلَنْ أُكَلِّمَ الْيَوْمَ إِنْسِيًّا﴾
“Maka dia pun menyerunya dari tempat yang rendah: “Janganlah kamu bersedih hati, sesungguhnya Tuhanmu telah menjadikan anak sungai di bawahmu. Dan goyanglah pangkal pohon kurma itu ke arahmu, niscaya pohon itu akan menggugurkan buah kurma yang masak kepadamu. maka makan, minum dan bersenang hatilah kamu. Jika kamu melihat seorang manusia, maka katakanlah: “Sesungguhnya aku telah bernazar berpuasa untuk Tuhan Yang Maha Pemurah, maka aku tidak akan berbicara dengan seorang manusiapun pada hari ini. ” (QS. Maryam: 24-26)
Siapakah yang menyeru Maryam?
Sebagian ulama berpendapat bahwa yang dimaksud adalah Jibril AS, dan ada pula yang berpendapat bahwa yang dimaksud adalah bayi Isa ‘alaihissalam([1]). Pendapat kedua inilah yang didukung oleh Syaikh Asy-Syinqithi dalam kitabnya Adhwaa’ al-Bayaan, karena dhomir (kata ganti) tersebut kembali kepada lafal yang paling dekat penyebutannya sebelumnya, yaitu Isa bin Maryam. Sehingga arti dari ayat ini adalah:
“Maka Isa bin Maryam menyerunya dari tempat yang rendah: “Janganlah kamu bersedih hati, sesungguhnya Tuhanmu telah menjadikan anak sungai di bawahmu. Dan goyanglah pangkal pohon kurma itu ke arahmu, niscaya pohon itu akan menggugurkan buah kurma yang masak kepadamu. maka makan, minum dan bersenang hatilah kamu. Jika kamu melihat seorang manusia, maka katakanlah: “Sesungguhnya aku telah bernazar berpuasa untuk Tuhan Yang Maha Pemurah, maka aku tidak akan berbicara dengan seorang manusiapun pada hari ini”
Allah ﷻ menampakkan mukjizat kepada Maryam untuk menghibur hatinya, yaitu dengan kemampuan bayi Isa ‘alaihissalam untuk berbicara, terpancarnya air yang segar di hadapannya, serta pangkal kurma yang dijadikan tempat bersandar Maryam yang berbuah rutob([2]) yang sangat ranum, padahal tampaknya ia sudah mustahil untuk berbuah, karena Allah ﷻ menyebutnya dengan (جِذْعِ النَّخْلَةِ), bukan (النَّخْلَةِ). Ini menunjukkan bahwa pohon kurma tersebut bukanlah pohon yang utuh, melainkan hanya pangkalnya saja.
Seakan Allah ﷻ ingin menenangkan Maryam, bahwa sebagaimana Allah ﷻ Mahakuasa membuat pohon kurma yang hanya tinggal pangkalnya ini bisa berbuah dengan ranumnya, maka demikian pula Allah ﷻ Mahakuasa membuat engkau mengandung tanpa adanya proses biologis.
Selain itu, ruthab adalah buah kurma yang masih lembut dan rawan pecah jika terjatuh. Namun demikian ia berjatuhan kepada Maryam dalam keadaan utuh dan sempurna. Ini adalah kemudahan lain yang Allah ﷻ berikan kepada Maryam.
Perhatikan pula bagaimana Allah ﷻ tetap memerintahkan Maryam untuk menggoyangkan pangkal pohon kurma, padahal ia sedang dalam kondisi sulit dan lemah setelah melahirkan. Kalau mau kita renungkan, lelaki yang segar bugar saja tidak mampu menggugurkan kurma dari pohonnya hanya dengan menggoyangkannya. Ini adalah pengajaran dari Allah ﷻ bahwa meskipun rezeki telah terjamin, namun untuk mendapatkannya seorang hamba tetap harus melakukan sebab([3]). Seorang yang hanya bersantai-santai dengan berdalih bahwa rezekinya telah dicatat, sejatinya adalah seorang yang sangat jahil. Jika dikatakan kepadanya, “Jangan makan! Bukankah jika Allah ﷻ telah menakdirkan kamu kenyang maka kamu akan kenyang tanpa harus makan?”, apakah dia akan menerimanya?!
Apakah Maryam seorang nabi wanita?
Ibnu Hazm RH berpendapat bahwa Maryam adalah seorang nabi wanita. Namun yang benar –wallahu a’lam– adalah bahwa nabi harus dari kalangan lelaki. Sebagaimana firman Allah ﷻ,
﴿وَمَا أَرْسَلْنَا مِنْ قَبْلِكَ إِلَّا رِجَالًا نُوحِي إِلَيْهِمْ ۚ فَاسْأَلُوا أَهْلَ الذِّكْرِ إِنْ كُنْتُمْ لَا تَعْلَمُونَ﴾
“Dan Kami tidak mengutus sebelum kamu kecuali orang-orang lelaki yang Kami beri wahyu kepada mereka; maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan jika kamu tidak mengetahui.” (QS. An-Nahl: 43)
Tidaklah bisa menyatakan kenabian Maryam hanya berdasarkan fakta bahwa Jibril AS telah berbicara kepadanya, karena seseorang hanya dapat dikatakan sebagai nabi jika Jibril berbicara kepadanya dengan membawa syariat, bukan sekedar berbicara menyampaikan sesuatu. Banyak dikisahkan bahwa malaikat sempat mendatangi beberapa orang dan berbicara kepada mereka, namun itu tidak serta-merta menjadikan mereka berstatus nabi.
_______
Footnote:
([1]) Lihat: Adhwaa’ul Bayaan 3/393