120. فَوَسْوَسَ إِلَيْهِ ٱلشَّيْطَٰنُ قَالَ يَٰٓـَٔادَمُ هَلْ أَدُلُّكَ عَلَىٰ شَجَرَةِ ٱلْخُلْدِ وَمُلْكٍ لَّا يَبْلَىٰ
fa waswasa ilaihisy-syaiṭānu qāla yā ādamu hal adulluka ‘alā syajaratil-khuldi wa mulkil lā yablā
120. Kemudian syaitan membisikkan pikiran jahat kepadanya, dengan berkata: “Hai Adam, maukah saya tunjukkan kepada kamu pohon khuldi dan kerajaan yang tidak akan binasa?”
Tafsir:
Perhatikan bagaimana Iblis hanya fokus menggoda Adam ‘Alaihissalam, karena ia tahu bahwa wanita itu akan mengikuti lelakinya. Ia tahu bahwa jika Adam ‘Alaihissalam tergoda, maka Hawa pun akan mengikuti Adam ‘Alaihissalam.([1])
Lihatlah bagaimana Iblis dengan cerdiknya menggoda Adam ‘Alaihissalam dengan cara yang sangat halus, yaitu dengan memposisikan diri seakan dirinya adalah penasehat yang tulus menawarkan saran kebaikan kepada Adam ‘Alaihissalam.
Allah ﷻ berfirman pada ayat lainnya,
﴿وَقَاسَمَهُمَا إِنِّي لَكُمَا لَمِنَ النَّاصِحِينَ﴾
“Dan dia (Iblis) bersumpah kepada keduanya (Adam ‘Alaihissalam dan Hawa), ‘Sesungguhnya aku ini benar-benar menginginkan kebaikan kepada kalian berdua.” (QS. Al-A’raf: 21)
Ketika menyebutkan tentang kenikmatan yang ada di surga, Allah ﷻ hanya menyebutkan nikmat makanan, minuman, pakaian, dan tempat tinggal, namun tidak menyebutkan keabadian. Maka poin keabadian inilah yang menjadi incaran Iblis. Ia pun menawarkan kepada Adam ‘Alaihissalam tawaran yang tidak Allah ﷻ sebutkan kepadanya, yaitu keabadian dan bagaimana cara untuk meraihnya; sehingga Adam ‘Alaihissalam tergiur dengan tawaran tersebut. Seakan-akan Iblis berkata kepada Adam ‘Alaihissalam, “Wahai Adam, kamu dan istrimu saat ini memang bergelimang kenikmatan yang luar biasa. Namun, semua itu tidaklah terlalu berarti jika pada akhirnya kalian akan mati. Jadi, maukah kutunjukkan padamu, bagaimana agar kau bisa menikmati semua ini selamanya?”
Pohon tersebut pada asalnya tidak memiliki nama, akan tetapi Iblis menipu Adam ‘Alaihissalam dengan menyebutnya sebagai pohon keabadian. Dan kenyataannya, setelah Adam dan Hawwa memakan buahnya, bukannya menjadi abadi, keduanya malah diturunkan ke bumi, bersusah-payah hidup di dalamnya, dan akhirnya meninggal dunia. Demikianlah kebiasaan Iblis, menghiasi suatu keburukan dengan sebutan yang indah, agar orang-orang tergiur untuk mencicipinya. Riba yang sangat diharamkan disebut dengan bunga, khamr disebut sebagai minuman rohani, melacurkan diri disebut dengan bekerja seks secara komersial, dan seterusnya.
Kita saksikan bahwa secara logika, Adam ‘Alaihissalam seharusnya tidak lagi tertipu oleh Iblis.
Bukankah Allah ﷻ sudah terlebih dahulu mengatakan kepadanya, “Wahai Adam! Sungguh ini (Iblis) musuh bagimu dan istrimu, maka jangan sekali-kali sampai dia mengeluarkan engkau berdua dari surga, maka engkau akan sengsara!”
Bukankah Adam ‘Alaihissalam juga telah mengetahui bahwa Iblis AS sangat membenci dan iri kepadanya, sehingga ia enggan bersujud menghormatinya?!
Namun demikian, ia tetap saja termakan oleh bujuk rayu Iblis, dan akhirnya diturunkan oleh Allah ﷻ untuk hidup di dunia. Demikianlah, jika Allah telah menakdirkan sesuatu, maka ia pasti akan terjadi. Saudaraku, meskipun segala bentuk sebab dan ikhtiar sudah kita lakukan, namun kita harus sadar bahwa segala sesuatu hanyalah terjadi dengan kehendak-Nya, maka berlapang dadalah, dan jangan pernah lalai dari meminta yang terbaik kepadaNya.
Sebagian ulama menjelaskan bahwa ketika itu Adam ‘Alaihissalam berprasangka baik terhadap Iblis. Ia menyangka bahwasanya Iblis telah menyesali kesalahannya, dan akhirnya kali ini ia benar-benar akan memberikan nasehat yang tulus kepadanya. Inilah kesalahan Adam ‘Alaihissalam, beliau berprasangka baik tidak pada tempatnya.
Adapun bagaimana cara Iblis membisikkan was-was kepada Adam ‘Alaihissalam, maka rincian metodenya tidaklah dijelaskan oleh Allah ﷻ. Sebagian ulama mengatakan bahwa Iblis menggoda Adam ‘Alaihissalam dari pintu surga, sebab Iblis tidak bisa masuk ke dalam Surga. Hanya saja, bisa saja Iblis masuk ke dalam surga dengan izin dari Allah ﷻ dalam rangka menggoda Adam ‘Alaihissalam, sebagaimana Allah ﷻ telah mengizinkan Iblis untuk tetap hidup sampai Hari Kiamat untuk menggoda anak cucu Adam.
______
Footnote:
([1]) Hal ini berbeda dengan versi injil atau perjanjian lama, yang mana yang digoda oleh Iblis adalah Hawa, kemudian Hawa menggoda Adam.