25. وَرَدَّ ٱللَّهُ ٱلَّذِينَ كَفَرُوا۟ بِغَيْظِهِمْ لَمْ يَنَالُوا۟ خَيْرًا ۚ وَكَفَى ٱللَّهُ ٱلْمُؤْمِنِينَ ٱلْقِتَالَ ۚ وَكَانَ ٱللَّهُ قَوِيًّا عَزِيزًا
wa raddallāhullażīna kafarụ bigaiẓihim lam yanālụ khairā, wa kafallāhul-mu`minīnal-qitāl, wa kānallāhu qawiyyan ‘azīzā
25. Dan Allah menghalau orang-orang yang kafir itu yang keadaan mereka penuh kejengkelan, (lagi) mereka tidak memperoleh keuntungan apapun. Dan Allah menghindarkan orang-orang mukmin dari peperangan. Dan adalah Allah Maha Kuat lagi Maha Perkasa.
Tafsir :
Ayat ini menjelaskan tentang nikmat yang Allah ﷻ berikan kepada orang-orang beriman. Allah ﷻ berfirman,
وَرَدَّ اللَّهُ الَّذِينَ كَفَرُوا بِغَيْظِهِمْ
“Dan Allah menghalau orang-orang kafir itu yang keadaan mereka penuh kejengkelan.”
Allah ﷻ mengembalikan orang-orang kafir ke rumah mereka dengan penuh kejengkelan yang luar biasa.Di antara mereka adalah Abu Sufyan dengan sekutu-sekutunya dari kabilah-kabilah yang ada di sekitar Makkah sebanyak 10.000 pasukan.
Bayangkan, dengan pongahnya mereka datang dengan membawa 10.000 pasukan yang tergabung dari banyak kabilah disertai perlengkapan perang yang sangat lengkap dan satu tujuan, yaitu membumi hanguskan Madinah. Namun, ternyata mereka terkecoh dengan siasat perang orang-orang beriman. Pada saat mereka mendekati Madinah, ternyata di depan mereka terbentang parit yang sangat besar. Mereka berusaha melewatinya hingga berminggu-minggu, sehingga menghabiskan banyak waktu, tenaga dan pikiran mereka. Namun, ternyata mereka tidak mampu melewatinya dan tidak berhasil menyerang Nabi Muhammad ﷺ serta penduduk Madinah.
Akhirnya, Allah ﷻ mengirim angin untuk menghancurkan mereka, sehingga mereka menyerah dan bercerai-berai. Setelah itu, mereka kembali ke rumah mereka dengan kejengkelan yang sangat besar dan dalam keadaan memalukan.([1])
Firman Allah ﷻ,
لَمْ يَنَالُوا خَيْرًا
“Mereka (juga) tidak memperoleh keuntungan apa pun.”
Tidak ada keuntungan sedikitpun yang mereka dapatkan dari peperangan tersebut. Tidak ada dunia ataupun kejayaan yang mereka dapatkan, kecuali rasa jengkel, malu dan penuh kehinaan. Mereka pulang dengan tangan kosong tanpa hasil.([2])
Firman Allah ﷻ,
وَكَفَى اللَّهُ الْمُؤْمِنِينَ الْقِتَالَ وَكَانَ اللَّهُ قَوِيًّا عَزِيزًا
“Cukuplah Allah (yang menolong) menghindarkan orang-orang mukmin dalam peperangan. Dan Allah Mahakuat, Mahaperkasa.”
Allah ﷻ mencukupkan kaum mukminin dari peperangan. Ada dua makna pada ayat ini, yaitu:
- Allah ﷻ memenangkan orang-orang beriman tanpa ada perlawanan.
Allah ﷻ mengirimkan angin dan malaikat untuk menghancurkan sekutu-sekutu musuh. Berdasarkan firman Allah ﷻ,
فَأَرْسَلْنَا عَلَيْهِمْ رِيحًا وَجُنُودًا لَمْ تَرَوْهَا
“Lalu Kami kirimkan kepada mereka angin topan dan bala tentara yang tidak dapat terlihat oleh kalian.” (QS. Al-Ahzab: 9)
- Setelah perang Khandaq, orang-orang Quraisy tidak mampu lagi menyerang kaum mukminin. Bahkan, yang terjadi adalah sebaliknya. ([3])
Oleh karenanya, di antara hal yang menakjubkan dari mukjizat Nabi Muhammad ﷺ adalah ketika sekutu-sekutu musuh melarikan diri, maka beliau ﷺ bersabda,
الآنَ نَغْزُوهُمْ وَلاَ يَغْزُونَنَا
“Sekarang kita yang akan menyerang mereka dan mereka tidak akan menyerang kita lagi.”([4])
Setelah peristiwa tersebut, kaum mukiminin yang selalu menyerang orang-orang kafir untuk memberikan pelajaran kepada kabilah-kabilah yang bersekutu untuk menyerang Madinah. Padahal, ketika Nabi Muhammad ﷺ mengucapkan kata-kata tersebut, pasukan beliau hanya sekitar 3000 orang, sedangkan mereka berjumlah 10.000 orang.
_________________
Footnote :
([1]) Lihat: Tafsir al-Qurthubi, (14/160).
([2]) Lihat: Tafsir Ibnu Katsir, (6/396).