68. قُلْنَا لَا تَخَفْ إِنَّكَ أَنتَ ٱلْأَعْلَىٰ
qulnā lā takhaf innaka antal-a’lā
68. Kami berkata: “janganlah kamu takut, sesungguhnya kamulah yang paling unggul (menang).
Tafsir:
Ketika Nabi Musa ‘Alaihissalam dalam kondisi demikian, Allah ﷻ berfirman,
﴿قُلْنَا لَا تَخَفْ اِنَّكَ اَنْتَ الْاَعْلٰى، وَاَلْقِ مَا فِيْ يَمِيْنِكَ تَلْقَفْ مَا صَنَعُوْاۗ اِنَّمَا صَنَعُوْا كَيْدُ سٰحِرٍۗ وَلَا يُفْلِحُ السّٰحِرُ حَيْثُ اَتٰى﴾
“Kami berfirman, “Jangan takut! Sungguh, engkaulah yang unggul (menang). Dan lemparkan apa yang ada di tangan kananmu, niscaya ia akan menelan apa yang mereka buat. Apa yang mereka buat itu hanyalah tipu daya penyihir (belaka). Dan tidak akan menang penyihir itu, dari mana pun ia datang.” (QS. Thaha: 68-69)
Allah ﷻ tidak mengatakan “lemparkanlah tongkatmu” akan tetapi “lemparkanlah apa yang di tangan kananmu”, sebagaimana ketika Allah ﷻ sebelumnya bertanya kepada Nabi Musa ‘Alaihissalam,
﴿وَمَا تِلْكَ بِيَمِيْنِكَ يٰمُوْسٰى﴾
”Dan apakah yang ada di tangan kananmu, wahai Musa?” (QS. Thaha: 17)
Kita sudah bahas sebelumnya, bahwa momen yang terjadi di Bukit Thursina itu adalah ajang pelatihan untuk Nabi Musa ‘Alaihissalam, sebelum beliau akan menghadapi segala tipu daya Fir’aun. Dengan mengatakan “lemparkanlah apa yang ada di tangan kananmu, hai Musa!”, seakan Allah ﷻ hendak mengingatkan beliau kembali tentang memori indah tersebut, ketika beliau pertama kali berbicara dengan Allah ﷻ, ketika beliau AS pertama kali berlatih dengan mukjizat tongkatnya tersebut. Allah ﷻ hendak menguatkan mental Nabi Musa ‘Alaihissalam melalui memori indah nan berharga tersebut. Subhaanallaah!([1])
Nabi Musa ‘Alaihissalam pun melempar tongkatnya, yang tiba-tiba berubah menjadi ular besar yang bergerak dengan cepat melahap habis ular-ular palsu para penyihir. Para penyihir pun kalah telak, dan mereka pun seketika beriman kepada Nabi Musa ‘Alaihissalam.
_______
Footnote: