20. يَحْسَبُونَ ٱلْأَحْزَابَ لَمْ يَذْهَبُوا۟ ۖ وَإِن يَأْتِ ٱلْأَحْزَابُ يَوَدُّوا۟ لَوْ أَنَّهُم بَادُونَ فِى ٱلْأَعْرَابِ يَسْـَٔلُونَ عَنْ أَنۢبَآئِكُمْ ۖ وَلَوْ كَانُوا۟ فِيكُم مَّا قَٰتَلُوٓا۟ إِلَّا قَلِيلًا
yaḥsabụnal-aḥzāba lam yaż-habụ, wa iy ya`til-aḥzābu yawaddụ lau annahum bādụna fil-a’rābi yas`alụna ‘an ambā`ikum, walau kānụ fīkum mā qātalū illā qalīlā
20. Mereka mengira (bahwa) golongan-golongan yang bersekutu itu belum pergi; dan jika golongan-golongan yang bersekutu itu datang kembali, niscaya mereka ingin berada di dusun-dusun bersama-sama orang Arab Badwi, sambil menanya-nanyakan tentang berita-beritamu. Dan sekiranya mereka berada bersama kamu, mereka tidak akan berperang, melainkan sebentar saja.
Tafsir :
Setelah Abu Sufyan dan pasukannya pergi meninggalkan kota Madinah ternyata mereka orang-orang Munafik masih ketakutan. Ini menunjukkan sifat penakut mereka yang luar biasa.
Mereka berangan-angan untuk tidak sedang tinggal di kota Madinah jika pasukan ahzab datang untuk kedua kalinya. Mereka berangan-angan untuk tinggal di pedalaman-pedalaman bersama Arab Badui. Sehingga mereka hanya tinggal menanyakan apa yang sedang menimpa kaum muslimin. Mereka juga berharap keburukan menimpa kaum muslimin.
Seandainya mereka bersama kaum muslimin dalam peperangan maka tidak ada yang ikut peperangan dari mereka kecuali hanya sedikit. Al-Qurthubi berkata, orang-orang munafik meskipun mereka berperang dalam banyak peperangan, maka perang mereka dinilai sedikit oleh Allah ﷻ. Adapun orang-orang beriman meskipun jihad yang mereka ikuti hanya sedikit, akan tetapi akan dinilai banyak di sisi Allah ﷻ. ([1])
_______________
Footnote :
[1] Lihat: Tafsir al-Qurthubi (14/154-155).