10. إِذْ جَآءُوكُم مِّن فَوْقِكُمْ وَمِنْ أَسْفَلَ مِنكُمْ وَإِذْ زَاغَتِ ٱلْأَبْصَٰرُ وَبَلَغَتِ ٱلْقُلُوبُ ٱلْحَنَاجِرَ وَتَظُنُّونَ بِٱللَّهِ ٱلظُّنُونَا۠
iż jā`ụkum min fauqikum wa min asfala mingkum wa iż zāgatil-abṣāru wa balagatil-qulụbul-ḥanājira wa taẓunnụna billāhiẓ-ẓunụnā
10. (Yaitu) ketika mereka datang kepadamu dari atas dan dari bawahmu, dan ketika tidak tetap lagi penglihatan(mu) dan hatimu naik menyesak sampai ke tenggorokan dan kamu menyangka terhadap Allah dengan bermacam-macam purbasangka.
Tafsir :
Firman Allah ﷻ,
إِذْ جَاءُوكُمْ مِنْ فَوْقِكُمْ وَمِنْ أَسْفَلَ مِنْكُمْ وَإِذْ زَاغَتِ الأبْصَارُ وَبَلَغَتِ الْقُلُوبُ الْحَنَاجِرَ وَتَظُنُّونَ بِاللَّهِ الظُّنُونَا * هُنَالِكَ ابْتُلِيَ الْمُؤْمِنُونَ وَزُلْزِلُوا زِلْزَالا شَدِيدًا
(Yaitu) ketika mereka datang kepadamu dari atas dan dari bawahmu, dan ketika tidak tetap lagi penglihatan(mu) dan hatimu naik menyesak sampai ke tenggorokan dan kamu menyangka terhadap Allah dengan bermacam-macam purbasangka. Disitulah diuji orang-orang mukmin dan diguncangkan (hatinya) dengan guncangan yang sangat. (QS. Al-Ahzab:10-11)
Para ulama berbeda pendapat terkait makna “datang dari atas dan bawah” :
Pendapat pertama: Yang di maksud dengan dari atas (barat) adalah pasukan Qurays dan yang datang dari bawah (timur) adalah pasukan Ghatafan dll. Pendapat ini merupakan pendapat beberapa ahli tafsir seperti, at-Thabari, al-Qurthubi, as-Sa’di dan syeikh al-Utsaimin.([1])
Pendapat kedua: Al-Alusi berpendapat bahwa maksud ungkapan tersebut adalah الإِحِاطَةُ بِكُم yakni bahwa pasukan tersebut mengepung dari segala penjuru. Pendapat ini merupakan pendapat yang cukup kuat karena saat itu yang menyerang mereka bukan hanya pasukan dari kabilah Qurays dan Ghatafan saja, namun ada juga pasukan dari arah selatan Madinah yaitu kabilah Bani Quraizah yang berkhianat dengan membatalkan perjanjian damai dengan kaum muslimin, sehingga kaum muslimin saat itu dikepung dari segala sisi.([2])
Adapun yang dimaksud dengan وَإِذْ زَاغَتِ الأبْصَارُ pandangan yang tidak tetap (miring) para ulama juga berbeda pendapat; Jumhur ulama menyatakan bahwa maksudnya saat itu pandangan mereka hilang sama sekali dan hanya terfokus kepada musuh saja karena kondisi mereka yang saat itu terkepung. Adapun pendapat kedua yang dipilih oleh Thahir bin ‘Asyur bahwa pandangan mereka tidak fokus karena saking takutnya.
Makna وَبَلَغَتِ الْقُلُوبُ الْحَنَاجِرَ “dan hatimu naik menyesak sampai ke tenggorokan” juga terdapat padanya dua pendapat dari kalangan ulama; ada yang menafsirkan dengan makna hakiki yaitu bahwa hati atau jantung mereka saat itu naik ke atas karena saking takutnya mereka saat itu. Adapun pendapat Jumhur ulama mereka berpendapat bahwa ungkapan tersebut merupakan uslub dalam bahasa Arab untuk mengungkapkan sesuatu keadaan dan kondisi yang menakutkan, seperti ungkapan seseorang ketika dalam kondisi yang menjadikan detak jantungnya berdegup kencang misalnya kemudian ia mengatakan bahwa seakan-akan jantungnya ingin lepas atau “jantung copot”.
Firman-Nya, وَتَظُنُّونَ بِاللَّهِ الظُّنُونَا “Dan kalian menyangka terhadap Allah dengan bermacam-macam purbasangka” maksud ‘kalian’ pada ayat ini mencakup orang-orang mukmin dan munafik yang bergabung dalam pasukan kaum mukminin. Adapun perasaan kaum mukminin saat itu sebagaimana digambarkan oleh Allah dalam firman-Nya,
وَلَمَّا رَأَى الْمُؤْمِنُونَ الْأَحْزابَ قالُوا هَذَا مَا وَعَدَنَا اللَّهُ وَرَسُولُهُ وَصَدَقَ اللَّهُ وَرَسُولُهُ وَما زادَهُمْ إِلاَّ إِيماناً وَتَسْلِيماً
“Dan ketika orang-orang mukmin melihat golongan-golongan (yang bersekutu) itu, mereka berkata, “Inilah yang dijanjikan Allah dan Rasul-Nya kepada kita.” Dan benarlah Allah dan Rasul-Nya. Dan yang demikian itu menambah keimanan dan keislaman mereka.” (QS. Al-Ahzab: 22)
Adapun orang-orang munafik maka prasangka mereka terhadap Allah dan Rasul-Nya adalah prasangka yang buruk. Mereka berputus asa bahwa saat itu pasukan kaum muslimin pasti akan hancur karena dikepung dari segala penjuru terlebih lagi dari dalam kota Madinah kabilah Bani Quraizah berkhianat.
Saat itu orang-orang yang beriman diuji dengan 5 ujian yang berat. Seandainya saja mereka diuji dengan satu ujian saja maka sudah cukup untuk menghancurkan mental suatu kaum. Ujian tersebut adalah :
- Kepungan pasukan Qurays
- Kepungan pasukan Ghathafan
- Pengkhianatan Bani Quraizah
- Jumlah pasukan yang sangat banyak sekitar 10.000 pasukan
- Musim dingin dan kelaparan
Dalam hal ini Syeikh Utsaimin mengatakan bahwa kita tidak dapat menggambarkan rasa takut yang mereka alami saat itu kecuali jika kita dalam posisi mereka([3]). Demikianlah ujian yang dialami orang-orang yang beriman saat itu, sungguh ujian merupakan sunatullah. Allah ﷻ juga telah menguji umat-umat sebelum datangnya Islam sebagaimana dalam firman-Nya,
أَمْ حَسِبْتُمْ أَنْ تَدْخُلُوا الْجَنَّةَ وَلَمَّا يَأْتِكُمْ مَثَلُ الَّذِينَ خَلَوْا مِنْ قَبْلِكُمْ مَسَّتْهُمُ الْبَأْسَاءُ وَالضَّرَّاءُ وَزُلْزِلُوا حَتَّى يَقُولَ الرَّسُولُ وَالَّذِينَ آمَنُوا مَعَهُ مَتَى نَصْرُ اللَّهِ أَلَا إِنَّ نَصْرَ اللَّهِ قَرِيبٌ
“Ataukah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum datang kepadamu (cobaan) seperti (yang dialami) orang-orang terdahulu sebelum kamu. Mereka ditimpa kemelaratan, penderitaan dan diguncang (dengan berbagai cobaan), sehingga Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya berkata, “Kapankah datang pertolongan Allah?” Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu dekat.” (QS. Al-Baqarah:214)
Allah ﷻ juga berfirman,
أَحَسِبَ النَّاسُ أَنْ يُتْرَكُوا أَنْ يَقُولُوا آمَنَّا وَهُمْ لَا يُفْتَنُونَ * وَلَقَدْ فَتَنَّا الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ فَلَيَعْلَمَنَّ اللَّهُ الَّذِينَ صَدَقُوا وَلَيَعْلَمَنَّ الْكاذِبِينَ
Apakah manusia mengira bahwa mereka akan dibiarkan hanya dengan mengatakan, “Kami telah beriman,” dan mereka tidak diuji? (QS. Al-‘Ankabut: 2)
________________
Footnote :
([1]) Lihat: Tafsir at-Thabari (20/217), Tafsir al-Qurthubi (14/144), Tafsir as-Sa’di hlm. 559, Tafsir al-Utsaimin surat Al-Ahzab hlm. 100