44. وَمَآ ءَاتَيْنَٰهُم مِّن كُتُبٍ يَدْرُسُونَهَا ۖ وَمَآ أَرْسَلْنَآ إِلَيْهِمْ قَبْلَكَ مِن نَّذِيرٍ
wa mā ātaināhum ming kutubiy yadrusụnahā wa mā arsalnā ilaihim qablaka min nażīr
44. Dan Kami tidak pernah memberikan kepada mereka kitab-kitab yang mereka baca dan sekali-kali tidak pernah (pula) mengutus kepada mereka sebelum kamu seorang pemberi peringatanpun.
Tafsir :
Ayat ini pembicaraannya ditujukan kepada kaum musyrikin Arab. Di dalam ayat ini Allah ﷻ menyebutkan dua perkara:
Pertama: Allah ﷻ menjelaskan bahwasanya Allah ﷻ tidak pernah menurunkan kepada Quraisy kitab-kitab suci yang mereka pelajari. Berbeda halnya dengan Bani Israil, Allah ﷻ telah menurunkan kepada mereka kitab Taurat, Zabur, dan Injil.
Kedua: Allah ﷻ tidak pernah mengutus seorang rasul pun kepada orang-orang Quraisy sebelum Nabi Muhammad ﷺ. Berbeda halnya dengan Bani Israil yang Allah ﷻ telah banyak mengutus nabi-nabi kepada mereka sebelum mereka.
Para ulama berbeda pendapat tentang tafsir ayat ini. Secara umum ada dua pendapat :
Pertama: Jika perkaranya demikian, maka orang-orang musyrikin Quraisy tidak berhak untuk mencela Nabi Muhammad ﷺ dan Al-Qur’an. Mengapa mereka tidak berhak untuk mencela Nabi Muhammad ﷺ dan Al-Qur’an? Hal ini dikarenakan mereka tidak memiliki dasar apa pun. Mereka tidak pernah mempelajari kitab suci apa pun dan tidak pernah datang rasul sebelumnya yang memperingatkan mereka. Seandainya celaan itu datang dari Bani Israil maka hal itu mungkin saja bisa dipertimbangkan, karena memiliki kitab dan telah datang rasul kepada mereka.
Kedua: Jika perkaranya demikian, maka seharusnya orang-orang musyrik Quraisy bergembira dengan diutusnya Nabi Muhammad ﷺ kepada mereka. Mengapa mereka harus bergembira? Hal ini dikarenakan sebelumnya tidak ada kitab suci yang diturunkan kepada mereka, kemudian Allah ﷻ memilih salah seorang dari mereka untuk diturunkan kitab suci kepadanya. Juga Allah ﷻ telah mengangkat salah seorang dari kalian menjadi seorang rasul. Seharusnya hal ini membuat mereka gembira, bukan malah mencela Nabi Muhammad ﷺ dan Al-Qur’an. ([1])
Kedua tafsiran ini tidak bertentangan. Oleh karenanya, sebagian ulama mengatakan bolehnya membawa makna ayat ini kepada kedua tafsiran ini. Dari satu sisi mereka tidak berhak mencela Nabi Muhammad ﷺ dan Al-Qur’an. Juga dari sisi yang lainnya seharusnya mereka gembira dengan adanya Nabi Muhammad ﷺ yang akan menyebarkan cahaya di alam semesta dan menaklukkan jazirah Arab.
_______________
Footnote :