40. وَيَوْمَ يَحْشُرُهُمْ جَمِيعًا ثُمَّ يَقُولُ لِلْمَلَٰٓئِكَةِ أَهَٰٓؤُلَآءِ إِيَّاكُمْ كَانُوا۟ يَعْبُدُونَ
wa yauma yaḥsyuruhum jamī’an ṡumma yaqụlu lil-malā`ikati a hā`ulā`i iyyākum kānụ ya’budụn
40. Dan (ingatlah) hari (yang di waktu itu) Allah mengumpulkan mereka semuanya kemudian Allah berfirman kepada malaikat: “Apakah mereka ini dahulu menyembah kamu?”.
Tafsir :
Allah ﷻ berfirman,
﴿وَيَوْمَ يَحْشُرُهُمْ جَمِيعًا ثُمَّ يَقُولُ لِلْمَلَائِكَةِ أَهَؤُلَاءِ إِيَّاكُمْ كَانُوا يَعْبُدُونَ قَالُوا سُبْحَانَكَ أَنْتَ وَلِيُّنَا مِنْ دُونِهِمْ بَلْ كَانُوا يَعْبُدُونَ الْجِنَّ أَكْثَرُهُمْ بِهِمْ مُؤْمِنُونَ﴾
“Dan (ingatlah) hari (yang di waktu itu) Allah mengumpulkan mereka semuanya kemudian Allah berfirman kepada malaikat: “Apakah mereka ini dahulu menyembah kamu?”. “Malaikat-malaikat itu menjawab: “Maha Suci Engkau. Engkaulah pelindung kami, bukan mereka; bahkan mereka telah menyembah jin; kebanyakan mereka beriman kepada jin itu”.”(QS. Saba’: 40-41)
Firman Allah ﷻ,
﴿وَيَوْمَ يَحْشُرُهُمْ جَمِيعًا﴾
“Dan (ingatlah) hari (yang di waktu itu) Allah mengumpulkan mereka semuanya.”
Ayat ini menjelaskan bahwasanya Allah ﷻ akan mengumpulkan seluruh manusia. Faedahnya adalah penting bagi kita untuk mengingat hari kebangkitan karena kita semua akan dikumpulkan.
جَمِيعًا dari wazan فَعِيْل bermakna مَفْعُوْل. Sehingga جَمِيع bermakna مَجْمُوْع (yang dikumpulkan) ([1]). Allah ﷻ berfirman,
﴿ قُلْ إِنَّ الْأَوَّلِينَ وَالْآخِرِينَ . لَمَجْمُوعُونَ إِلَى مِيقَاتِ يَوْمٍ مَعْلُومٍ ﴾
“Katakanlah: “Sesungguhnya orang-orang yang terdahulu dan orang-orang yang terkemudian, benar-benar akan dikumpulkan di waktu tertentu pada hari yang dikenal.” (QS. Al-Waqi’ah: 49-50)
Di antaranya akan dikumpulkan antara malaikat dengan orang-orang yang menyembah mereka. Kaum musyrikin Arab memiliki banyak sembahan, ada yang menyembah bermacam-macam berhala, ada yang menyembah jin, dan ada yang menyembah malaikat. Orang-orang yang menyembah malaikat adalah Bani Mulaih dari kabilah Khuza’ah([2]). mereka adalah salah satu kabilah Arab yang menyembah malaikat.
Pada hari kiamat Allah ﷻ akan mengumpulkan para malaikat dengan para penyembah malaikat. Lalu Allah ﷻ bertanya kepada para malaikat,
﴿ أَهَؤُلَاءِ إِيَّاكُمْ كَانُوا يَعْبُدُونَ ﴾
“Apakah mereka ini dahulu menyembah kamu?”.”
Allah ﷻ mempertanyakan hal ini kepada malaikat untuk mempermalukan para penyembah malaikat, karena tentunya para malaikat tidak pernah meminta untuk disembah. Pertanyaan ini sama seperti ketika Allah ﷻ bertanya kepada Nabi Isa ‘alaihissalam,
﴿ أَأَنْتَ قُلْتَ لِلنَّاسِ اتَّخِذُونِي وَأُمِّيَ إِلَهَيْنِ مِنْ دُونِ اللَّهِ ﴾
“Hai Isa putra Maryam, adakah kamu mengatakan kepada manusia: “Jadikanlah aku dan ibuku dua orang tuhan selain Allah?” (QS. Al-Maidah: 116)
Allah ﷻ menanyakan hal ini di hadapan orang-orang Nasrani agar mereka semua tahu bahwasanya Nabi Isa álaihis salam tidak pernah memerintahkan mereka untuk menjadikan beliau sebagai Tuhan yang disembah. Hal ini untuk mempermalukan para penyembah tersebut.
Sebagaimana dalam ayat ini Allah ﷻ bertanya kepada para malaikat apakah benar dahulu orang-orang tersebut menyembah mereka? Maka para malaikat menjawab,
﴿ قَالُوا سُبْحَانَكَ أَنْتَ وَلِيُّنَا مِنْ دُونِهِمْ ﴾
“Malaikat-malaikat itu menjawab: “Maha Suci Engkau. Engkaulah pelindung kami, bukan mereka”.”
Artinya para malaikat membutuhkan beribadah kepada Allah ﷻ. Hal ini sebagaimana firmah Allah :
قُلْ أَغَيْرَ اللَّهِ أَتَّخِذُ وَلِيًّا فَاطِرِ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَهُوَ يُطْعِمُ وَلَا يُطْعَمُ
Katakanlah: “Apakah akan aku jadikan wali (pelindung) selain dari Allah yang menjadikan langit dan bumi, padahal Dia memberi makan dan tidak memberi makan?” (QS Al-Anám : 14)
Maka bagaimana mungkin ketika para malaikat membutuhkan untuk beribadah kepada Allah ﷻ lalu mereka disembah? Tidak mungkin ada الْعَابِدُ (yang menyembah) yang statusnya sekaligus الْمَعْبُوْد (yang disembah). Para malaikat juga mengatakan bahwa mereka tidak ada hubungan dengan para penyembah malaikat. Lalu mereka kembali menjelaskan,
﴿ بَلْ كَانُوا يَعْبُدُونَ الْجِنَّ أَكْثَرُهُمْ بِهِمْ مُؤْمِنُونَ﴾
“bahkan mereka telah menyembah jin; kebanyakan mereka beriman kepada jin itu”.”
Ini merupakan dalil bahwasanya banyak yang menyembah jin, namun mereka menyangka mereka menyembah malaikat. Apa maksud dari mereka menyembah jin yang mereka sangka malaikat? Ada dua penafsiran dari para ahli tafsir:
Pertama: Jin yang menghiasi orang-orang musyrikin untuk menyembah malaikat. Jin mengajarkan orang-orang musyrikin dahulu untuk mengagung-agungkan malaikat, menyembah malaikat, dan mengatakan mereka adalah putri-putri Allah ﷻ.
Sebagaimana pada zaman sekarang jin menghiasi orang-orang untuk menyembah wali-wali dan mayat-mayat. Dia memberikan bisikan kepada mereka bahwa wali-wali dan mayat-mayat tersebut memiliki kemampuan tertentu seperti mengabulkan permintaan dll. Hingga akhirnya mereka menyembah wali-wali dan mayat-mayat tersebut yang hakikatnya mereka telah menyembah jin.
Demikian juga dengan mereka yang menyembah malaikat, sesungguhnya malaikat tidak pernah berkata kepada manusia untuk menyembah malaikat. Akan tetapi, jin telah membisikkan kepada mereka dengan berbagai macam hiasan. Akhirnya manusia menyembah malaikat yang hakikatnya mereka menyembah jin karena mereka taat kepada jin. Hal ini seperti firman Allah ﷻ,
﴿اتَّخَذُوا أَحْبَارَهُمْ وَرُهْبَانَهُمْ أَرْبَابًا مِنْ دُونِ اللَّهِ وَالْمَسِيحَ ابْنَ مَرْيَمَ وَمَا أُمِرُوا إِلَّا لِيَعْبُدُوا إِلَهًا وَاحِدًا لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ سُبْحَانَهُ عَمَّا يُشْرِكُونَ﴾
“Mereka menjadikan orang-orang alimnya dan rahib-rahib mereka sebagai tuhan selain Allah dan (juga mereka mempertuhankan) Al Masih putra Maryam, padahal mereka hanya disuruh menyembah Tuhan yang Esa, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia. Maha suci Allah dari apa yang mereka persekutukan.” (QS. At-Taubah: 31)
Adi bin Hatim ketika mendengar ayat ini berkata, “Kami tidak pernah menyembah pendeta-pendeta dan rahib-rahib.” Maka Nabi Muhammad ﷺ menjawab, “Bukankah mereka mengharamkan apa yang Allah ﷻ halalkan dan menghalalkan apa yang Allah ﷻ haramkan? Adi bin Hatim menjawab, “Iya.” Maka Rasulullah ﷺ bersabda,
فَتِلْكَ عِبَادَتُهُمْ
“Itulah bentuk ibadah kepada mereka.” ([3])
Ketaatan kepada pendeta-pendeta dan rahib-rahib dalam mengharamkan apa yang Allah ﷻ halalkan dan menghalalkan apa yang Allah ﷻ haramkan dianggap sebagai bentuk peribadatan. Hal ini disebut sebagai شِرك الطَّاعَة ‘syirik dalam ketaatan’.
Kedua: para jin menampakkan diri mereka seakan-akan mereka adalah malaikat([4]). Ini adalah di antara tipuan yang dilakukan.
Di antara kemampuan jin adalah dia bisa menjelma. Oleh karenanya, banyak orang tergoda ketika ada jin yang muncul dalam bentuk sebagai wali saleh. Hal ini sebagaimana yang disampaikan oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah, bahwa ada seseorang di negeri yang jauh meminta tolong kepadanya, lalu dia melihat Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah mendatanginya. Mendengar hal itu Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah menjawab,
وَإِنَّمَا ذَلِكَ شَيْطَانٌ تَصَوَّرَ بِصُورَتِي لِيُضِلَّهُمْ لَمَّا أَشْرَكُوا بِاللَّهِ وَدَعَوْا غَيْرَ اللَّهِ
“Itu hanyalah setan yang menjelma dalam bentukku untuk menyesatkan mereka karena telah melakukan kesyirikan dan meminta pertolongan kepada selain Allah ﷻ.” ([5])
Hal ini dikarenakan tidak mungkin ada seseorang berada di dua tempat dalam satu waktu. Jin banyak sekali menjerumuskan orang-orang ke dalam kesyirikan dengan penjelmaan. Di antara jin-jin tersebut ada yang menjelma sebagai orang saleh, dan di antara mereka ada yang menjelma sebagai malaikat. Akhirnya, orang-orang musyrikin terdahulu banyak yang terperdaya dan menyembah jin. Mereka menyangka bahwa yang mereka sembah adalah malaikat. Inilah dua tafsiran tentang maksud dari menyembah malaikat.
Sesungguhnya jin dan setan memiliki banyak trik untuk menjerumuskan seseorang ke dalam kesyirikan.
Di antara faedah dari firman Allah ﷻ وَيَوْمَ يَحْشُرُهُمْ جَمِيعًا “Dan (ingatlah) hari (yang di waktu itu) Allah mengumpulkan mereka semuanya” adalah kita harus selalu ingat dengan hari akhirat([6]). Pada hari tersebut akan terjadi diskusi antara satu kelompok dengan kelompok yang lain. Allah ﷻ juga akan bertanya kepada yang menyembah dan disembah. Sebagaimana yang disebutkan dalam ayat ini, Allah ﷻ mengumpulkan para malaikat dengan orang-orang yang menyembah malaikat. Maka malaikat pun menjelaskan bahwasanya mereka tidak pernah disembah. Tidak mungkin malaikat yang menyembah Allah ﷻ juga disembah. Lalu malaikat menjelaskan bahwa yang menyembah mereka hakikatnya adalah menyembah jin.
Firman Allah ﷻ,
﴿ بَلْ كَانُوا يَعْبُدُونَ الْجِنَّ أَكْثَرُهُمْ بِهِمْ مُؤْمِنُونَ ﴾
“bahkan mereka telah menyembah jin; kebanyakan mereka beriman kepada jin itu”
Mengapa malaikat menggunakan kata أَكْثَرُهُمْ ‘mayoritas mereka’? Padahal yang dimaksud adalah suatu kaum yang seluruhnya menyembah jin. Seharusnya malaikat mengatakan bahwa seluruhnya beriman kepada jin. Syekh Utsaimin rahimahullah menjelaskan bahwasanya malaikat menggunakan kata أَكْثَرُهُمْ karena ternyata mereka ada dua kelompok:
- Kelompok yang benar-benar terjebak dalam syubhat dan akhirnya menyembah jin yang disangka sebagai malaikat. Merekalah yang jumlahnya lebih banyak.
- Kelompok yang hanya sekedar ikut-ikutan. ([7])
Demikianlah kesyirikan yang terjadi di mana-mana. Ada yang benar-benar meyakini kesyirikan tersebut karena syubhat, dan ada yang hanya sekedar ikut-ikutan.
Faedah : Pada konteks ayat ini Allah cukup menyebutkan pertanyaan yang Allah tujukan kepada malaikat, dan tidak menyebutkan pertanyaan yang Allah tujukan kepada sesembahan-sesembahan yang lain, karena jika peribadatan kepada malaikat adalah kebatilan maka bagaimana lagi dengan peribadatan kepada makhluk-makhluk yang lebih rendah dari pada malaikat([8]).
__________________
Footnote :
([1]) Lihat: At-Tahrir wa At-Tanwir 22/221
([2]) Lihat: Tafsir al-Qurthubi (14/309).
([4]) Lihat: Tafsir al-Qurthubi (14/309).
([5]) Al-Jawab ash-Shahih Liman Baddala Din al-Masih (2/322).
([6]) Tafsir al-‘Utsaimin surah Saba’ hlm. 248.