20. وَلَقَدْ صَدَّقَ عَلَيْهِمْ إِبْلِيسُ ظَنَّهُۥ فَٱتَّبَعُوهُ إِلَّا فَرِيقًا مِّنَ ٱلْمُؤْمِنِينَ
wa laqad ṣaddaqa ‘alaihim iblīsu ẓannahụ fattaba’ụhu illā farīqam minal-mu`minīn
20. Dan sesungguhnya iblis telah dapat membuktikan kebenaran sangkaannya terhadap mereka lalu mereka mengikutinya, kecuali sebahagian orang-orang yang beriman.
Tafsir :
Pada pembahasan yang telah lalu, penulis telah menceritakan tentang kaum Saba’ yang sebelumnya mereka beriman lalu kafir. Akhirnya Allah ﷻ memberikan hukuman kepada mereka dengan menghancurkan bendungan mereka karena keingkaran mereka kepada Allah ﷻ.
Firman Allah ﷻ,
﴿ وَلَقَدْ صَدَّقَ عَلَيْهِمْ إِبْلِيسُ ظَنَّهُ ﴾
“Dan sesungguhnya iblis telah dapat membuktikan kebenaran sangkaannya terhadap mereka”
Terdapat dua pendapat ulama berkaitan dengan عَلَيْهِمْ “terhadap mereka”. Ada yang mengatakan bahwa maksudnya Iblis telah membuktikan persangkaannya terhadap kaum Saba’. Iblis menduga bahwa dirinya mampu untuk menggoda mereka agar bisa kufur kepada Allah ﷻ, dan ternyata persangkaannya tersebut terbukti. Adapun mayoritas ahli tafsir mengatakan bahwa maksud “mereka” pada ayat ini tidak khusus untuk kaum Saba’ saja, namun hal ini berlaku untuk seluruh umat manusia([1]), dan di antara contohnya adalah kaum Saba’ yang sebelumnya beriman kepada Allah ﷻ, akan tetapi setelahnya mereka kufur kepada Allah ﷻ.
Allah ﷻ ingin menjelaskan bahwa Iblis telah menduga bahwa dia mampu untuk menyesatkan banyak keturunan anak Adam ‘alaihissalam. Sebagaimana Iblis berjanji di hadapan Allah ﷻ,
﴿ لَأُغْوِيَنَّهُمْ أَجْمَعِينَ﴾
“aku akan menyesatkan mereka semuanya.” (QS. Shad: 82)
﴿ لَأَقْعُدَنَّ لَهُمْ صِرَاطَكَ الْمُسْتَقِيمَ . ثُمَّ لَآتِيَنَّهُمْ مِنْ بَيْنِ أَيْدِيهِمْ وَمِنْ خَلْفِهِمْ وَعَنْ أَيْمَانِهِمْ وَعَنْ شَمَائِلِهِمْ وَلَا تَجِدُ أَكْثَرَهُمْ شَاكِرِينَ ﴾
“saya benar-benar akan (menghalang-halangi) mereka dari jalan Engkau yang lurus. kemudian saya akan mendatangi mereka dari muka dan dari belakang mereka, dari kanan dan dari kiri mereka. Dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur (taat).” (QS. Al-A’raf: 16-17)
﴿ قَالَ أَرَأَيْتَكَ هَذَا الَّذِي كَرَّمْتَ عَلَيَّ لَئِنْ أَخَّرْتَنِ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ لَأَحْتَنِكَنَّ ذُرِّيَّتَهُ إِلَّا قَلِيلًا﴾
“Dia (iblis) berkata: “Terangkanlah kepadaku inikah orangnya yang Engkau muliakan atas diriku? Sesungguhnya jika Engkau memberi tangguh kepadaku sampai hari kiamat, niscaya benar-benar akan aku sesatkan keturunannya, kecuali sebahagian kecil”.” (QS. Al-Isra: 62)
Ini semua adalah prasangka Iblis sejak dahulu kala, dan dia tidak mengetahui ilmu gaib. Ternyata prasangkanya tersebut terbukti, oleh karenanya Allah ﷻ berfirman,
﴿ وَلَقَدْ صَدَّقَ عَلَيْهِمْ إِبْلِيسُ ظَنَّهُ ﴾
“Dan sesungguhnya iblis telah dapat membuktikan kebenaran sangkaannya terhadap mereka”
Timbul pertanyaan, mengapa Iblis bisa menyangka bahwa dia bisa menyesatkan anak-anak Adam kecuali sedikit? Hal ini diucapkan setelah dia berhasil menyesatkan Adam ‘alaihissalam. Sehingga dia berprasangka, bahwasanya jika Adam dan Hawa yang mereka berdua adalah nenek moyang manusia bisa dia sesatkan maka terlebih lagi anak-anaknya([2]). Ternyata benar, banyak anak-anak keturunan Adam yang tersesat karena godaan Iblis, Allah ﷻ berfirman,
﴿ فَاتَّبَعُوهُ إِلَّا فَرِيقًا مِنَ الْمُؤْمِنِينَ ﴾
“lalu mereka mengikutinya, kecuali sekelompok orang-orang yang beriman.”
Huruf مِن pada ayat ini disebut dengan huruf min al-bayaniyah([3]), bukan min tab’idhiyah atau parsial. Karena jika kita menafsirkannya dengan min tab’idhiyah maka akan bermakna, “mereka mengikuti Iblis kecuali sebagian kelompok orang-orang yang beriman”. Seakan-akan ada sebagian kaum mukminin yang mengikutinya([4]) dan sebagian lagi yang tidak mengikutinya. Yang benar, huruf min di sini adalah min al-bayaniyah. Jika kita terjemahkan dalam bahasa Indonesia maka artinya “lalu mereka mengikuti Iblis kecuali sekelompok orang yaitu orang-orang yang beriman”. Jadi yang selamat dari godaan Iblis adalah kelompok kaum mukminin.
Intinya Iblis membuktikan kepada Allah ﷻ bahwa dugaannya ternyata benar. Demikianlah kita saksikan banyak orang yang kufur kepada Allah ﷻ. Jika dibandingkan antara non muslim dengan muslimin maka lebih banyak non muslim. Kemudian di antara kaum muslimin juga masih banyak yang melakukan kemaksiatan dan menjadi pengikut Iblis. Hanya segelintir kaum muslimin yang benar-benar bisa bertahan dari godaan-godaan Iblis.
Sebagian ulama juga menyebutkan bahwa di antara hal yang membuat Iblis menduga dia akan berhasil menggoda anak Adam adalah karena Allah ﷻ telah
memberikannya kesempatan hingga hari kiamat. Allah ﷻ berfirman,
﴿ قَالَ أَنْظِرْنِي إِلَى يَوْمِ يُبْعَثُونَ . قَالَ إِنَّكَ مِنَ الْمُنْظَرِينَ﴾
“Iblis menjawab: “Beri tangguhlah saya sampai waktu mereka dibangkitkan”. Allah berfirman: “Sesungguhnya kamu termasuk mereka yang diberi tangguh”.” (QS. Al-A’raf: 14-15)
Allah ﷻ juga telah memberikannya kemampuan untuk menggoda,
﴿ وَاسْتَفْزِزْ مَنِ اسْتَطَعْتَ مِنْهُمْ بِصَوْتِكَ وَأَجْلِبْ عَلَيْهِمْ بِخَيْلِكَ وَرَجِلِكَ وَشَارِكْهُمْ فِي الْأَمْوَالِ وَالْأَوْلَادِ وَعِدْهُمْ وَمَا يَعِدُهُمُ الشَّيْطَانُ إِلَّا غُرُورًا ﴾
“Dan hasunglah siapa yang kamu sanggupi di antara mereka dengan ajakanmu, dan kerahkanlah terhadap mereka pasukan berkuda dan pasukanmu yang berjalan kaki dan berserikatlah dengan mereka pada harta dan anak-anak dan beri janjilah mereka. Dan tidak ada yang dijanjikan oleh setan kepada mereka melainkan tipuan belaka.” (QS. Al-Isra: 64)
Karena Iblis mengetahui manusia memiliki syahwat dan juga dia diberikan kesempatan untuk bisa memasukkan syahwat ke dalam manusia, maka dia menduga akan banyak manusia yang akan menjadi pengikutnya, dan ternyata dugaannya benar. ([5])
Kita memohon keselamatan kepada Allah ﷻ, karena jika Allah ﷻ tidak menyelamatkan kita maka kita tidak akan bisa selamat dari godaan setan. Dilihat dari kemampuan dan pengalamannya dalam menggoda, maka setan adalah musuh yang paling berat. Dia juga adalah musuh yang tidak terlihat serta memiliki pasukan yang sangat banyak. Dia selalu membisik-bisikkan di dalam hati, dan dia banyak memiliki senjata dalam menggoda manusia. Akan tetapi, Allah ﷻ mengatakan tentang tipuan setan,
﴿ إِنَّ كَيْدَ الشَّيْطَانِ كَانَ ضَعِيفًا ﴾
“sesungguhnya tipu daya setan itu adalah lemah.” (QS. An-Nisa: 76)
Tipuan setan sangat lemah bagi orang yang bersandar dan bertawakal kepada Allah ﷻ.
_______________
Footnote :
([1]) Lihat: Tafsir al-Baghawi (3/678)
([2]) Lihat: Tafsir al-Qurthubi (14/293).
([3]) Lihat: Tafsir al-‘Utsaimin, surah Saba’ hlm. 151.
([4]) Jika yang dimaksud adalah mengikuti Iblis dalam kemaksiatan (bukan kekafiran) maka bisa dikatakan tidak ada seorangpun dari kaum mukminin yang selamat dari godaan Iblis. Dengan demikian tidak bisa juga مِنْ dibawakan kepada التَّبْعِيْضِيَّةُ(parsial). Kecuali jika yang dimaksud adalah mengikuti Iblis dalam banyak kemaksiatan sehingga menjadi fasik, maka مِنْ dibawakan kepada التَّبْعِيْضِيَّةُ(parsial), karena memang sebagian orang-orang beriman ada yang fasik (menjadi pengikut Iblis) dan sebagiannya selamat tidak mengikuti Iblis menjadi kaum beriman yang sejati.