16. إِذْ يَغْشَى ٱلسِّدْرَةَ مَا يَغْشَىٰ
iż yagsyas-sidrata mā yagsyā
16. (Muhammad melihat Jibril) ketika Sidratil Muntaha diliputi oleh sesuatu yang meliputinya.
Tafsir :
Allah tidak menyebutkan apakah itu sesuatu yang meliputi Sidratul Muntaha. Allah menjadikan hal itu mubham (tidak disebutkan). Artinya Nabi melihat sesuatu yang indah yang meliputi Sidratul Muntaha, yang tidak mampu untuk diungkapkan, karena begitu indahnya.([1])
Dalam pendapat salaf seperti Al-Hasan Al-Bashri mengatakan:
غَشِيَهَا نُورُ رَبِّ العالمين
“(Sidratul Muntaha) diliputi oleh cahaya Allah Rabb semesta alam.”([2])
Dan dalam riwayat lain dikatakan:
غَشِيَهَا نُورٌ مِنَ اللَّهِ حَتَّى مَا يَسْتَطِيعُ أَحَدٌ أَنْ يَنْظُرَ إِلَيْهَا
“(Sidratul Muntaha) diliputi oleh cahaya Allah, sehingga seseorang tidak mampu untuk melihatnya.”([3])
Ada juga yang mengatakan:
غَشِيَهَا أَلْوَانٌ، لَا أَدْرِي مَا هِيَ
“(Sidratul Muntaha) itu diliputi oleh warna-warni, yang aku tidak tahu apa warna-warni tersebut.” ([4])
Jadi, semua itu menggambarkan suatu keindahan yang Allah tidak meyebutkannya secara detail.
____________________
Footnote :
([1]) Lihat: At-Tahrir Wa At-Tanwir Li Ibnu ‘Asyur 27/100.
([2]) Tafsir Al-Baghawiy 7/406 dan Tafsir Al-Qurthubiy 17/96.