49. إِنَّا كُلَّ شَىْءٍ خَلَقْنَٰهُ بِقَدَرٍ
innā kulla syai`in khalaqnāhu biqadar
49. Sesungguhnya Kami menciptakan segala sesuatu menurut ukuran.
Tafsir :
Ayat ini berbicara tentang masalah takdir, seakan-akan Allah subhanahu wa ta’ala mengingatkan mereka orang-orang kafir: “kalian yang sekarang memaki-maki Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan mengganggu kaum muslimin di Makkah suatu saat kalian akan kalah dan diseret di neraka jahannam selama-lamanya, dan semua ini telah ditakdirkan dan tidak akan luput janji Allah subhanahu wa ta’ala”. ([1])
Pertanyaan:
Apakah doa bisa mengubah takdir misalnya yang berkaitan dengan rezeki, jodoh, atau yang lainnya?
Jawabannya:
Takdir yang ada di al-lauh al-mahfuzh tidak akan bisa berubah, adapun tugas seorang hamba hanyalah berdoa dan doa tersebut tidak akan mengubah apa yang telah ditakdirkan untuknya di al-lauh al-mahfuzh, karena dia tidak mengetahui apa yang ditakdirkan untuknya, jika dia berdoa meminta sesuatu kemudian mendapatkan apa yang dia minta maka itu adalah takdirnya dan jika dia tidak mendapatkannya maka itu juga adalah takdirnya. Adapun hadits yang berbunyi,
وَلَا يَرُدُّ الْقَدَرَ إِلَّا الدُّعَاءُ
“Dan tidak ada yang bisa menolak takdir kecuali doa” ([2])
Maka terdapat beberapa penafsiran ulama di antaranya:
Pertama: bahwa doa adalah sebab yang sangat kuat, dan ini seperti sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,
فَلَوْ أَنَّ شَيْئًا سَبَقَ الْقَدَرَ لَسَبَقَتْهُ الْعَيْنُ
“jika ada sesuatu yang mendahului takdir maka ‘ain akan mendahuluinya.” ([3])
Dan ini hanya sekedar mubalaghoh atau hiperbola dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk menunjukkan betapa kuatnya pengaruh ‘ain (mata jahat) hingga Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan “jika ada sesuatu yang mendahului takdir maka ‘ain akan mendahuluinya” akan tetapi hakikatnya ‘ain tidak bisa mendahului takdir, dan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam hanya ingin menjelaskan betapa kuat pengaruh ‘ain terhadap terjadinya suatu perkara. Begitu juga doa ketika Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan “Dan tidak ada yang bisa menolak takdir kecuali doa” ini hanya untuk menjelaskan bahwa doa memiliki pengaruh yang sangat kuat terhadap terjadinya perkara.
Kedua: dan tafsiran kedua ini lebih dipilih sebagian ulama, yaitu merubah catatan takdir yang dicatat oleh malaikat, karena catatan takdir yang dicatat oleh malaikat bisa diubah sebagaimana yang Allah subhanahu wa ta’ala firmankan dalam surah Ar-Ra’d,
يَمْحُو اللَّهُ مَا يَشَاءُ وَيُثْبِتُ ۖ وَعِنْدَهُ أُمُّ الْكِتَابِ
“Allah menghapuskan apa yang Dia kehendaki dan menetapkan (apa yang Dia kehendaki), dan di sisi-Nya-lah terdapat Ummul-Kitab (Lauh mahfuzh).” QS. Ar-Ra’d: 39
Maksudnya seseorang ketika berada di dalam janin, maka ada malaikat yang mencatat takdirnya, misalnya malaikat mencatat takdir seseorang bahwa orang tersebut usianya hanya sampai 40 tahun dan rezekinya hingga dia meninggal adalah 2 milyar, ternyata ketika dia telah dewasa dia berbakti kepada kedua orang tuanya, menyambung silaturahmi, dan dia berdoa kepada Allah subhanahu wa ta’ala, maka Allah subhanahu wa ta’ala kemudian memerintahkan malaikat untuk mengubah catatan takdir tersebut dari takdirnya yang dicatat oleh malaikat bahwa usianya hanya 40 tahun menjadi 80 tahun dan yang sebelumnya ditakdirkan rezekinya 2 milyar menjadi 6 milyar, dan semua perubahan ini telah dicatat di al-lauh al-mahfuzh. Jadi maksud dari hadits tersebut adalah untuk seseorang berusaha karena sebab yang paling kuat untuk mendapatkan hasil adalah doa, karena ini banyak yang dilalaikan oleh orang yang kebanyakan mereka menjadikan doa sebagai alternatif terakhir, jika mereka telah berusaha kemudian tidak mampu baru mereka berdoa. Dan ini salah, karena sebab utama untuk meraih keberhasilan adalah dengan berdoa baru kita berusaha, karena semuanya ada di tangan Allah subhanahu wa ta’ala.
_________________
Footnote :
([1]) Lihat: At-Tahrir wat tanwir 27/215
([2]) HR. Ahmad no 22386, dikatakan oleh Syu’aib Al-Arnauth bahwa hadits ini hasan lighoirih