34. إِنَّآ أَرْسَلْنَا عَلَيْهِمْ حَاصِبًا إِلَّآ ءَالَ لُوطٍ ۖ نَّجَّيْنَٰهُم بِسَحَرٍ
innā arsalnā ‘alaihim ḥāṣiban illā āla lụṭ, najjaināhum bisaḥar
34. Sesungguhnya Kami telah menghembuskan kepada mereka angin yang membawa batu-batu (yang menimpa mereka), kecuali keluarga Luth. Mereka Kami selamatkan sebelum fajar menyingsing.
Tafsir :
Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman,
اِنَّآ اَرْسَلْنَا عَلَيْهِمْ حَاصِبًا اِلَّآ اٰلَ لُوْطٍ ۗنَجَّيْنٰهُمْ بِسَحَرٍ نِّعْمَةً مِّنْ عِنْدِنَاۗ كَذٰلِكَ نَجْزِيْ مَنْ شَكَرَ
“Sesungguhnya Kami kirimkan kepada mereka badai yang membawa batu-batu (yang menimpa mereka), kecuali keluarga Luth. Kami selamatkan mereka sebelum fajar menyingsing sebagai nikmat dari Kami. Demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur” (QS. Al-Qomar: 34-35)
حَاصِبًا adalah angin kencang yang disertai dengan batu([1]), dalam ayat yang lain disebutkan tentang sifat batu tersebut,
فَجَعَلْنَا عَالِيَهَا سَافِلَهَا وَأَمْطَرْنَا عَلَيْهِمْ حِجَارَةً مِنْ سِجِّيلٍ
“Maka Kami jadikan bagian atas kota itu terbalik ke bawah dan Kami hujani mereka dengan batu dari tanah yang keras.” QS. Al-Hijr: 74
Di sini Allah subhanahu wa ta’ala menyebutkan bahwa batu tersebut مِنْ سِجِّيلٍ yaitu batu yang keras dan panas yang dilemparkan kepada mereka.
Dalam ayat ini Allah subhanahu wa ta’ala menyebutkan bahwa Allah subhanahu wa ta’ala menyelamatkan keluarga Nabi Luth dari azab tersebut, dan kita tahu bahwasanya keluarga Nabi Luth terdiri dari Nabi Luth, istrinya dan kedua putrinya, dan kita ketahui juga bahwa istri Nabi Luth tidak selamat dari azab tersebut, sebagaimana yang Allah subhanahu wa ta’ala sebutkan dalam firman-Nya,
فَأَنْجَيْنَاهُ وَأَهْلَهُ إِلَّا امْرَأَتَهُ كَانَتْ مِنَ الْغَابِرِينَ
“Kemudian Kami selamatkan dia dan pengikut-pengikutnya kecuali istrinya; dia termasuk orang-orang yang tertinggal (dibinasakan).” QS. Al-A’raf: 83
Namun pada surat al-Qomar (ayat 34) ini Allah tidak menyebtukan “kecuali istrinya Luth yang tidak selamat”. Seakan-akan istrinya Nabi Luth yang kafir bukanlah termasuk keluarga Luth sehingga tidak perlu dikecualikan. Hal ini karena jika ada seseorang yang kafir maka secara syariat tidak dianggap sebagai keluarga([2]), oleh karenanya ketika Nabi Nuh ‘alaihis salaam berbicara kepada Allah tentang putranya yang tenggelam,
وَنَادَىٰ نُوحٌ رَبَّهُ فَقَالَ رَبِّ إِنَّ ابْنِي مِنْ أَهْلِي وَإِنَّ وَعْدَكَ الْحَقُّ وَأَنْتَ أَحْكَمُ الْحَاكِمِينَ
“Dan Nuh berseru kepada Tuhannya sambil berkata: “Ya Tuhanku, sesungguhnya anakku termasuk keluargaku, dan sesungguhnya janji Engkau itulah yang benar. Dan Engkau adalah Hakim yang seadil-adilnya”.” QS. Hud: 45
Maka pada ayat berikutnya Allah subhanahu wa ta’ala menegurnya,
قَالَ يَا نُوحُ إِنَّهُ لَيْسَ مِنْ أَهْلِكَ ۖ إِنَّهُ عَمَلٌ غَيْرُ صَالِحٍ ۖ فَلَا تَسْأَلْنِ مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ ۖ إِنِّي أَعِظُكَ أَنْ تَكُونَ مِنَ الْجَاهِلِينَ
“Allah berfirman: “Hai Nuh, sesungguhnya dia bukanlah termasuk keluargamu (yang dijanjikan akan diselamatkan), sesungguhnya (perbuatan)nya perbuatan yang tidak baik. Sebab itu janganlah kamu memohon kepada-Ku sesuatu yang kamu tidak mengetahui (hakikat)nya. Sesungguhnya Aku memperingatkan kepadamu supaya kamu jangan termasuk orang-orang yang tidak berpengetahuan”.” QS. Hud: 46
Di sini Allah subhanahu wa ta’ala menjelaskan bahwa karena anaknya kafir maka tidak dianggap keluarga Nabi Nuh, maka tatkala Allah subhanahu wa ta’ala menceritakan bahwa yang selamat hanya keluarga Nabi Luth maksudnya adalah Nabi Luth dan kedua putrinya([3]), adapun istrinya maka tidak termasuk karena istrinya tidak dianggap sebagai keluarga dalam syariat, oleh karenanya jika ada salah seorang anggota keluarga kafir maka tidak saling mewarisi dan tidak bisa jadi wali karena sudah tidak dianggap sebagai keluarga secara syariat.
Dalam ayat ini juga Allah subhanahu wa ta’ala menyebutkan bahwasanya Allah subhanahu wa ta’ala menyelamatkan mereka di waktu sahur, jadi siksaan yang turun kepada mereka berupa hujan batu terjadi di waktu pagi, sebagaimana yang Allah subhanahu wa ta’ala firmankan dalam surah yang lain,
قَالُوا يَا لُوطُ إِنَّا رُسُلُ رَبِّكَ لَنْ يَصِلُوا إِلَيْكَ ۖ فَأَسْرِ بِأَهْلِكَ بِقِطْعٍ مِنَ اللَّيْلِ وَلَا يَلْتَفِتْ مِنْكُمْ أَحَدٌ إِلَّا امْرَأَتَكَ ۖ إِنَّهُ مُصِيبُهَا مَا أَصَابَهُمْ ۚ إِنَّ مَوْعِدَهُمُ الصُّبْحُ ۚ أَلَيْسَ الصُّبْحُ بِقَرِيبٍ
“Para utusan (malaikat) berkata: “Hai Luth, sesungguhnya kami adalah utusan-utusan Tuhanmu, sekali-kali mereka tidak akan dapat mengganggu kamu, sebab itu pergilah dengan membawa keluarga dan pengikut-pengikut kamu di akhir malam dan janganlah ada seorangpun di antara kamu yang tertinggal, kecuali istrimu. Sesungguhnya dia akan ditimpa azab yang menimpa mereka karena sesungguhnya saat jatuhnya azab kepada mereka ialah di waktu subuh; bukankah subuh itu sudah dekat?“.” QS. Hud: 81
Ketika Nabi Luth dan kedua putrinya selamat kemudian di pagi hari tiba-tiba siksaan datang, jadi antara selamatnya Nabi Luth dan keluarganya dengan datangnya siksaan tersebut jeda waktunya tidak lama, karena Nabi Luth keluar di waktu sahur (menjelang subuh) dan siksaan datang pada waktu setelahnya yaitu di pagi hari. ([4])
Kisah tentang bagaimana diazabnya kaum Nabi Luth sebagaimana yang dijelaskan dalam ayat-ayat yang lain, yaitu datang beberapa para malaikat yang menjelma menjadi manusia, sebelum mereka mendatangi kaum Nabi Luth mereka datang terlebih dahulu kepada Nabi Ibrahim, dan Nabi Luth adalah keponakannya Nabi Ibrahim, kemudian Nabi Ibrahim menghidangkan sapi yang dipanggang ternyata mereka tidak memakannya dan mereka berkata bahwasanya mereka diutus kepada kaum Nabi Luth. Hal ini sebagaimana Allah subhanahu wa ta’ala firmankan,
وَلَقَدْ جَاءَتْ رُسُلُنَا إِبْرَاهِيمَ بِالْبُشْرَىٰ قَالُوا سَلَامًا ۖ قَالَ سَلَامٌ ۖ فَمَا لَبِثَ أَنْ جَاءَ بِعِجْلٍ حَنِيذٍ فَلَمَّا رَأَىٰ أَيْدِيَهُمْ لَا تَصِلُ إِلَيْهِ نَكِرَهُمْ وَأَوْجَسَ مِنْهُمْ خِيفَةً ۚ قَالُوا لَا تَخَفْ إِنَّا أُرْسِلْنَا إِلَىٰ قَوْمِ لُوطٍ
“Dan sesungguhnya utusan-utusan Kami (malaikat-malaikat) telah datang kepada lbrahim dengan membawa kabar gembira, mereka mengucapkan: “Selamat”. Ibrahim menjawab: “Selamatlah,” maka tidak lama kemudian Ibrahim menyuguhkan daging anak sapi yang dipanggang. Maka tatkala dilihatnya tangan mereka tidak menjamahnya, Ibrahim memandang aneh perbuatan mereka, dan merasa takut kepada mereka. Malaikat itu berkata: “Jangan kamu takut, sesungguhnya kami adalah (malaikat-ma]aikat) yang diutus kepada kaum Luth”.” QS. Hud: 69-70
Kemudian para malaikat tersebut datang kepada Nabi Luth, dan Nabi Luth juga tidak tahu bahwasanya mereka adalah malaikat, sebagaimana yang Allah subhanahu wa ta’ala firmankan,
فَلَمَّا جَاءَ آلَ لُوطٍ الْمُرْسَلُونَ قَالَ إِنَّكُمْ قَوْمٌ مُنْكَرُون
“Maka tatkala para utusan itu datang kepada kaum Luth, beserta pengikut pengikutnya,ia berkata: “Sesungguhnya kamu adalah orang-orang yang tidak dikenal”.” QS. 61-62
Dan Nabi Luth khawatir terhadap mereka, karena malaikat tersebut menjelma sebagai manusia yang tampan sementara kaumnya adalah pelaku homoseksual, seakan-akan ada makanan lezat yang terhidangkan sementara orang-orang satu kampung dalam keadaan kelaparan. Dan Nabi Luth masih belum sadar bahwa tamu-tamunya tersebut adalah malaikat, akhirnya dia segera memasukkan tamu-tamunya tersebut ke dalam rumahnya, karena yang namanya tamu harus diselamatkan. Ternyata istri Nabi Luth berkhianat sebagaimana yang Allah subhanahu wa ta’ala sebutkan dalam Al-Quran,
ضَرَبَ اللّٰهُ مَثَلًا لِّلَّذِيْنَ كَفَرُوا امْرَاَتَ نُوْحٍ وَّامْرَاَتَ لُوْطٍۗ كَانَتَا تَحْتَ عَبْدَيْنِ مِنْ عِبَادِنَا صَالِحَيْنِ فَخَانَتٰهُمَا فَلَمْ يُغْنِيَا عَنْهُمَا مِنَ اللّٰهِ شَيْـًٔا وَّقِيْلَ ادْخُلَا النَّارَ مَعَ الدَّاخِلِيْنَ
“Allah membuat perumpamaan bagi orang-orang kafir, istri Nuh dan istri Lut. Keduanya berada di bawah pengawasan dua orang hamba yang saleh di antara hamba-hamba Kami; lalu kedua istri itu berkhianat kepada kedua suaminya, tetapi kedua suaminya itu tidak dapat membantu mereka sedikit pun dari (siksaan) Allah; dan dikatakan (kepada kedua istri itu), “Masuklah kamu berdua ke neraka bersama orang-orang yang masuk (neraka)”.” QS. At-Tahrim: 10
Disebutkan di sini bahwa istri nabi Nuh dan istri nabi Luth berkhianat kepada suami mereka, di antara penafsiran para ulama bahwa khianatnya istri Nabi Luth yaitu dia melaporkan kepada kaumnya bahwa ada tamu-tamu yang tampan di rumah Nabi Luth, padahal Nabi Luth sudah menyembunyikan tamu-tamunya namun istrinya melaporkan hal tersebut kepada penduduk negeri Sodom bahwa ada tamu yang tampan yang ada di rumah Nabi Luth([5]). Akhirnya mereka datang menuju rumah Nabi Luth karena mengetahui ada laki-laki tampan di dalamnya, bahkan disebutkan bahwa mereka datang dengan bergegas disebabkan nafsu yang luar biasa,
وَجَاءَهُ قَوْمُهُ يُهْرَعُونَ إِلَيْهِ وَمِنْ قَبْلُ كَانُوا يَعْمَلُونَ السَّيِّئَاتِ ۚ قَالَ يَا قَوْمِ هَٰؤُلَاءِ بَنَاتِي هُنَّ أَطْهَرُ لَكُمْ ۖ فَاتَّقُوا اللَّهَ وَلَا تُخْزُونِ فِي ضَيْفِي ۖ أَلَيْسَ مِنْكُمْ رَجُلٌ رَشِيدٌ
“Dan datanglah kepadanya kaumnya dengan bergegas-gegas. Dan sejak dahulu mereka selalu melakukan perbuatan-perbuatan yang keji. Luth berkata: “Hai kaumku, inilah putri-putriku, mereka lebih suci bagi kalian, maka bertakwalah kepada Allah dan janganlah kalian mencemarkan (nama)ku terhadap tamuku ini. Tidak adakah di antara kalian seorang yang berakal?” QS. Hud: 78
Allah subhanahu wa ta’ala berfirman tentang mereka dalam ayat yang lain,
لَعَمْرُكَ إِنَّهُمْ لَفِي سَكْرَتِهِمْ يَعْمَهُونَ
“Demi umurmu, sesungguhnya mereka terombang-ambing di dalam kemabukan (kesesatan)”. QS. Al-Hijr: 72
Ini disebabkan karena syahwat mereka yang menggelora ingin menggauli tamu-tamu lelaki yang tampan tersebut yang ternyata adalah para malaikat. Mereka pun memaksa Nabi Luth hingga Nabi Luth berkata: تُخْزُونِ فِي ضَيْفِي “janganlah kalian mencemarkan (nama)ku terhadap tamuku ini”, dan Nabi Luth juga menawarkan putri-putrinya untuk dinikahi daripada mendatangi tamu-tamu lelaki tersebut, ia berkata: هؤُلاءِ بَناتِي إِنْ كُنْتُمْ فاعِلِينَ “Inilah putri-putriku (kawinlah dengan mereka), jika kamu hendak berbuat (secara yang halal)”, namun mereka menolak dan tetap menginginkan tamu-tamu lelaki tersebut. Nabi Luth masih terus diselimuti rasa cemas karena dia tidak mengetahui bahwa para tamunya tersebut adalah para malaikat.
_______________________
Footnote :
([1]) Lihat: Tafsir Al-Qurthuby 17/143
([2]) Lihat: At-Tahrir wat Tanwir 27/204
([3]) Lihat: Tafsir Al-Alusy 14/90 dan At-Tahrir wat Tanwir 27/204