24. فَقَالُوٓا۟ أَبَشَرًا مِّنَّا وَٰحِدًا نَّتَّبِعُهُۥٓ إِنَّآ إِذًا لَّفِى ضَلَٰلٍ وَسُعُرٍ
fa qālū abasyaram minnā wāḥidan nattabi’uhū innā iżal lafī ḍalāliw wa su’ur
24. Maka mereka berkata: “Bagaimana kita akan mengikuti seorang manusia (biasa) di antara kita?” Sesungguhnya kalau kita begitu benar-benar berada dalam keadaan sesat dan gila”.
Tafsir :
Kaum Tsamud mencari dalih agar mereka tidak mengikuti Nabi Shalih ‘alaihissalam, yaitu mereka tidak mau mengikuti satu orang yang mengajak mereka. Maka kita katakan bahwa masalahnya bukan pada jumlah orang, akan tetapi masalahnya adalah apakah mereka berada di atas kebenaran atau tidak? Dan kita tahu bahwa kebenaran tidaklah diukur dengan jumlah pengikut, karena bisa jadi kebenaran dibawa oleh satu atau dua orang. Oleh karenanya dalam suatu hadits disebutkan,
وَالنَّبِيُّ لَيْسَ مَعَهُ أَحَدٌ
“Dan (terlihat) seorang Nabi yang tidak memiliki pengikut satu orang pun.”([1])
Lihatlah bagaimana seorang Nabi yang tidak memiliki pengikut, namun dia di atas kebenaran. Namun demikianlah kaum Tsamud yang mencari dalih untuk tidak beriman kepada Nabi Shalih ‘alaihissalam karena mengatakan bahwa mereka tidak mau percaya kepada satu orang saja. Bahkan mereka membuat propaganda bahwa mengikuti Nabi Shalih ‘alaihissalam adalah tanda kegilaan dan kebodohan, padahal Nabi Shalih ‘alaihissalam membawa kebenaran untuk menyuruh mereka kepada tauhid dengan dalil yang sangat logis.
______________________
Footnote :