46. وَلِمَنْ خَافَ مَقَامَ رَبِّهِۦ جَنَّتَانِ
wa liman khāfa maqāma rabbihī jannatān
46. Dan bagi orang yang takut akan saat menghadap Tuhannya ada dua surga.
Tafsir :
Pada ayat ini Allah menyebutkan kenikmatan-kenikmatan yang didapatkan oleh penghuni surga di dalam surga. Pada ayat sebelumnya Allah telah menjelaskan gambaran-gambaran kondisi orang-orang yang masuk neraka Jahannam dan bagaimana keadaan mereka dihinakan dan disiksa di dalamnya. Setelah itu, Allah menyebutkan hal yang berlawanan dari keadaan tersebut yaitu berupa kenikmatan-kenikmatan di dalam surga. Begitulah diantara metode di dalam Al-Qur’an, biasanya setelah disebutkan ayat-ayat yang menjelaskan tentang penghuni neraka, maka setelahnya akan diikuti dengan ayat-ayat yang menyebutkan tentang penghuni surga atau jika Allah menyebutkan tentang azab neraka, maka setelahnya akan menyebutkan tentang kenikmatan yang ada di surga.([1])
Di dalam ayat ini disebutkan (مَقَامَ رَبِّهِ), sebagaimana yang dijelaskan oleh para ulama asal katanya adalah (القِيَامُ) yang memiliki dua penafsiran.
Pertama, maknanya adalah berdiri. Artinya orang yang takut ketika berdiri di hadapan Allah pada hari kiamat kelak. Dia takut karena pada hari kiamat nanti ia akan disidang oleh Allah Ta’ala dan mempertanggung-jawabkan atas apa saja yang telah ia lakukan, yang pernah ia lihat, yang pernah ia dengar dan yang pernah ia tulis, karena semuanya akan dimintai pertanggung-jawaban oleh Allah. ([2])
Seorang hamba ketika mengingat bahwa suatu hari ia akan berdiri di hadapan Allah. Maka, ia akan takut kepada Allah dan tentunya kekhawatirannya tersebut akan membuatnya takut dan selalu berhati-hati dalam bertindak, berucap, berkata-kata, melihat, mendengar dan menulis ketika di dunia ini. Karena ia tahu bahwa ia akan bertanggung jawab di hadapan Rabbnya untuk mempertanggung jawabkan itu semua pada hari kiamat kelak.
Kedua, maknanya kembali kepada Allah Ta’ala, yaitu القِيَامُ بِشُؤُوْنِ خَلْقِهِ Dia yang mengatur urusan hamba-Nya, mengurus urusan mereka, sebagaimana dalam Firman Allah:
أَفَمَنْ هُوَ قَائِمٌ عَلَى كُلِّ نَفْسٍ بِمَا كَسَبَتْ
“Maka apakah Tuhan yang menjaga setiap jiwa tentang apa yang diperbuatnya”. (QS. Ar-Ra’d: 33)
Ayat ini menunjukkan bahwasanya Allah selalu memperhatikan hamba-hambaNya, Dzat yang mengatur mereka, Maha Melihat atas apa yang mereka lakukan. Dialah Rabb yang memerintahkan malaikat untuk mencatat seluruh amalan hamba sehingga muncul rasa takut dari seorang hamba kepadaNya; karena hamba tersebut mengetahui bahwasanya ia senantiasa diawasi oleh Allah. Oleh karena itu banyak para ulama yang menyebutkan tentang tafsir ayat ini bahwa seorang hamba jika memiliki keinginan untuk bermaksiat, akan tetapi ia takut kepada Allah, kemudian dia meninggalkan perbuatan tersebut. Maka mereka akan mendapatkan dua surga.([3])
Sejatinya bagi seseorang yang hatinya tergerak untuk berbuat maksiat, entah itu keinginan untuk mendengarkan, melihat, mengucapkan, makan atau minum sesuatu yang haram atau bahkan menerima uang/gaji yang haram atau apa saja yang berupa kemaksiatan, maka hendaknya ia mengingat ayat ini:
وَلِمَنْ خَافَ مَقَامَ رَبِّهِ جَنَّتَانِ
“Dan bagi orang yang takut akan kedudukan Rabb nya akan mendapatkan dua surga”.
Artinya jika dia meninggalkan kemaksiatan yang terbetik dalam niatnya itu, maka dia termasuk golongan yang telah disebutkan di dalam ayat ini. Dan ayat ini merupakan dalil bahwa amalan hati merupakan ibadah yang agung. Allah menyebutkan orang mendapatkan kenikmatan surga ini disebabkan satu amalan yakni (الْخَوف) yaitu rasa takut kepada Allah, bukan karena amalan yang lain.
Maka dari itu, hendaknya seseorang tidak hanya memperhatikan amalannya yang baik secara zhahir saja, seperti shalat, membaca Al-Qur`an, puasa dan sebagainya. Akan tetapi juga harus memperhatikan amalannya yang bersifat batin, seperti rasa takut, harapan dan cintanya kepada Allah harus ia pupuk sehingga amalan hati seorang hamba menjadi agung dan mendapat pahala besar di sisi Allah.([4])
Jadi, ayat ini menunjukkan bahwa rasa takut kepada Allah adalah amalan yang agung dan memiliki ganjaran yang amat besar yakni mendapatkan balasan dua surga. Oleh karena itu janganlah seseorang hanya memperhatikan amalan zhahir saja, penampilannya dan kegiatannya sesuai dengan sunnah, akan tetapi ia tidak memperhatikan keadaan hatinya, tidak ada rasa takut kepada Allah, tidak ada rasa harap kepada Allah, cintanya kepada Allah terasa hambar, maka hendaknya seseorang memperhatikan amalan zhahir dan juga amalan batin.
Adapun maksud dua surga, maka para ulama memiliki beberapa penafsiran tentang maksud dua surga yang disebutkan pada ayat ini. Ada yang mengatakan bahwa keduanya adalah surga ‘Adn dan surga Na’im([5]). Ada juga yang mengatakan surga keabadian dan surga kenikmatan. Sebagian ulama ada yang mengatakan surga dari emas dan surga dari perak([6]). Ada juga yang mengatakan bahwa yang dimaksud adalah surga untuk ia sendiri dan yang lain adalah surga untuk dirinya bersama para pelayannya. Dan perlu diketahui bahwa ini semua hanyalah pendapat para ulama tafsir. Intinya adalah orang tersebut memiliki dua surga, tidak satu surga([7]). Adapun bagaimana kaifiyah surga tersebut dan hakikatnya Allah lebih mengetahui tentang semua itu. Oleh karena itu Nabi bersabda:
لَا تَسُبُّوا وَرَقَةَ فَإِنِّي رَأَيْتُ لَهُ جَنَّةً أَوْ جَنَّتَيْنِ
“Jangan kalian cela Waraqah karena sesungguhnya aku melihat baginya sebuah surga atau dua surga”. ([8])
_____________________
Footnote :
([1]) Lihat: Tafsir Al-Qurthubiy 17/176.
([2]) Lihat: Tafsir Ath-Thabariy 23/58.
([3]) Lihat: Tafsir Ath-Thabariy 23/56 dan Al-Kassyaf Li Az-Zamakhsyariy 4/451.
([4]) Lihat: Tafsir Al-Baghawiy 7/451.
([5]) Lihat: Tafsir Ats-Tsa’labiy 9/189.
([6]) Lihat: Tafsir Ath-Thabariy 23/57.
([7]) Lihat: Tafsir Al-Qurthubiy 17/177.
([8]) H.R. Al-Hakim dalam Mustadrak nya no 4211, Imam Adz-Dzahabiy berkata: shahih sesuai syarat Al-Bukhari dan Muslim dan dishahihkan pula oleh Syaikh Al-Albani dalam Shahih Al-Jami’ no 7320.