6. وَٱلنَّجْمُ وَٱلشَّجَرُ يَسْجُدَانِ
wan-najmu wasy-syajaru yasjudān
6. Dan tumbuh-tumbuhan dan pohon-pohonan kedua-duanya tunduk kepada-Nya.
Tafsir :
Para ulama bersepakat, bahwa yang dimaksud dengan (الشَّجَرُ) adalah pohon-pohon yang memiliki batang, seperti pohon durian, mangga dan sebagainya. Namun, para ahli tafsir berbeda pendapat tentang makna dari (النَّجْمُ). Ada dua pendapat.
Pertama, artinya adalah tumbuhan-tumbuhan yang tidak memiliki batang, seperti kangkung, sayur-mayur. Artinya Allah menjelaskan tentang pohon-pohon, baik yang memiliki batang atau tidak, semuanya tunduk dan sujud kepada Allah.
Kedua, artinya adalah benda langit, yaitu bintang-bintang([1]). Pendapat yang kedua ini merupakan pendapat yang dikuatkan oleh Ibnu Katsir([2]). Artinya Allah ingin menjelaskan bahwa semua makhluk yang ada di bumi maupun di langit sujud kepada Allah. Dan Dia menggandengkan bintang dengan pohon pada ayat-ayat yang lain, seperti firman Allah:
اَلَمْ تَرَ اَنَّ اللّٰهَ يَسْجُدُ لَهُ مَنْ فِى السَّمٰوٰتِ وَمَنْ فِى الْاَرْضِ وَالشَّمْسُ وَالْقَمَرُ وَالنُّجُوْمُ وَالْجِبَالُ وَالشَّجَرُ وَالدَّوَاۤبُّ وَكَثِيْرٌ مِّنَ النَّاسِۗ وَكَثِيْرٌ حَقَّ عَلَيْهِ الْعَذَابُۗ وَمَنْ يُّهِنِ اللّٰهُ فَمَا لَهُ مِنْ مُّكْرِمٍۗ اِنَّ اللّٰهَ يَفْعَلُ مَا يَشَاۤءُ
“Tidakkah engkau tahu bahwa siapa yang ada di langit dan siapa yang ada di bumi bersujud kepada Allah, juga matahari, bulan, bintang, gunung-gunung, pohon-pohon, hewan-hewan yang melata dan banyak di antara manusia? Tetapi banyak (manusia) yang pantas mendapatkan azab. Barangsiapa dihinakan Allah, tidak seorang pun yang akan memuliakannya. Sungguh, Allah berbuat apa saja yang Dia kehendaki.” (QS. Al-Hajj: 18)
Di dalam ayat ini Allah menggandengkan antara bintang dan pohon. Jika ada yang bertanya, bagaimana cara pohon bersujud?
Para ahli tafsir dalam menjelaskan ayat seperti ini terbagi menjadi dua pendapat.
Pertama, sebagian ulama ada yang membawakan kepada makna majazi. Maksudnya adalah mereka tunduk dibawah aturan Allah. Pohon-pohon itu tumbuh atau mati atas kehendak Allah. Bintang-bintang yang beredar pada orbitnya, matahari yang terbit dan terbenam, semuanya atas kehendak Allah. Demikian juga dengan matahari dan bulan, tidak ada yang keluar dari perintah Allah. Matahari ketika beredar pada orbitnya adalah sesuatu yang berjalan sesuai dengan aturanNya.
Kedua, sebagian ulama menafsirkannya dengan makna hakiki. Artinya matahari, bulan, bintang-bintang dan pepohonan benar-benar sujud kepada Allah. Adapun bagaimana cara sujudnya, maka masing-masing memiliki cara sendiri sesuai dengan cara makhluk-makhluk tersebut, tidak seperti manusia ketika sujud([3]). Sujud secara bahasa artinya adalah (الخُضُوع) yaitu tunduk. Akan tetapi, ketundukan tersebut untuk umat islam diungkapkan dengan sujud yang sebagaimana sabda Nabi,
أُمِرْتُ أَنْ أَسْجُدَ عَلَى سَبْعَةِ أَعْظُمٍ عَلَى الجَبْهَةِ، وَأَشَارَ بِيَدِهِ عَلَى أَنْفِهِ وَاليَدَيْنِ وَالرُّكْبَتَيْنِ وَأَطْرَافِ القَدَمَيْنِ
“Aku diperintahkan untuk sujud diatas tujuh tulang; yaitu kening dan menunjuk kepada hidungnya, kedua tangan, kedua lutut dan kedua kaki.” ([4])
Adapun untuk Bani Isra’il, ketika mereka diperintahkan untuk sujud, maka sujud mereka terkadang bermakna ruku’. Seperti dalam firman Allah:
وَّادْخُلُوا الْبَابَ سُجَّدًا
“Dan masukilah pintu gerbangnya sambil sujud (membungkuk).” (QS. Al-Baqarah: 58)
Maksudnya adalah mereka diperintahkan untuk memasuki gerbang palestina dalam keadaan sujud, maksudnya adalah ruku’. Karena dengan ruku’ mereka masih bisa untuk berjalan dan memasuki gerbang tersebut. ([5])
Adapun sujudnya pohon maka sebagimana yang dikatakan oleh sebagian ahli yaitu maksud dari pepohonan ketika sujud adalah dengan berubah bayangannya ke kanan maupun ke kiri, sebagaimana dalam firman Allah:
أَوَلَمْ يَرَوْا إِلٰى مَا خَلَقَ اللّٰهُ مِنْ شَيْءٍ يَّتَفَيَّؤُا ظِلٰلُهُ عَنِ الْيَمِيْنِ وَالشَّمَاۤىِٕلِ سُجَّدًا لِّلّٰهِ وَهُمْ دَاخِرُوْنَ
“Dan apakah mereka tidak memperhatikan suatu benda yang diciptakan Allah, bayang-bayangnya berbolak-balik ke kanan dan ke kiri, dalam keadaan sujud kepada Allah, dan mereka (bersikap) rendah hati.” (QS. An-Nahl: 48)
Adapun matahari, bulan dan bintang-bintang ketika sujud, para ahli tafsir menerangkan bahwa bintang-bintang ketika hendak terbenam, maka itulah keadaan dimana makhluk-makhluk tersebut sujud.
Intinya, manusia tidak pernah tahu persis bagaimana makhluk-makhluk tersebut sujud. Namun, Allah telah mengabarkan bahwa mereka sujud kepada Allah dan masing-masing makhluk tersebut sujud sesuai dengan cara makhluk itu sendiri.([6])
_________________
Footnote :
([1]) Lihat: Tafsir Ibnu ‘Athiyyah 5/224.
([2]) Lihat: Tafsir Ibnu Katsir 7/489.
([3]) Lihat: Jami’ Ar-Rasa’il Li Ibni Taimiyyah 1/41, Tafsir Ath-Thabariy 22/13 dan Tafsir Al-Mawardiy 5/424.