5. ٱلشَّمْسُ وَٱلْقَمَرُ بِحُسْبَانٍ
asy-syamsu wal-qamaru biḥusbān
5. Matahari dan bulan (beredar) menurut perhitungan.
Tafsir :
Lafadz (حُسْبَانٌ) pada ayat ini memiliki dua makna. Pertama, sesuatu yang berputar pada porosnya, sebagian ulama menggambarkan seperti (حُسْبَانِ الرَّحَى) alat penggilingan yang berputar pada tempatnya ketika menggiling biji-bijian. Artinya matahari dan bulan beredar sesuai dengan garis edar (orbit) nya. Apabila ditinjau dari ilmu fisika, maka hal ini adalah benar. Kedua, bulat. Maksudnya matahari dan bulan itu bulat. Dan seluruh benda-benda langit itu bulat, tidak datar dan diantaranya adalah bumi. ([1])
Bumi adalah salah satu benda langit yang berbentuk bulat. Ini merupakan pendapat yang dikuatkan oleh Ibnu Taimiyyah bahwa bumi itu bulat, berdasarkan ijma’ ulama yang beliau sebutkan. ([2])
Adapun ayat yang menjelaskan bahwa Allah menjadikan bumi sebagai hamparan, seperti:
وَإِلَى الْأَرْضِ كَيْفَ سُطِحَتْ
“Dan bumi bagaimana ia dihamparkan?” (Al-Ghaasyiyah: 20)
Dan firman Allah,
وَالْأَرْضَ مَدَدْنَاهَا وَأَلْقَيْنَا فِيهَا رَوَاسِيَ وَأَنْبَتْنَا فِيهَا مِنْ كُلِّ شَيْءٍ مَوْزُونٍ
“Dan Kami telah menghamparkan bumi dan menjadikan padanya gunung-gunung dan Kami tumbuhkan padanya segala sesuatu menurut ukuran” (QS. Al-Hijr: 19).
Maksudnya adalah bumi jika dilihat merupakan sebuah hamparan atau dataran yang luas. Allah berfirman tentang apa yang dilihat oleh seseorang dihadapannya bahwa bumi merupakan hamparan, sehingga mudah untuk didirikan bangunan, bercocok tanam, sesekali dihiasi dengan gunung atau sungai. Jadi, secara umum bumi itu terhampar dan datar sehingga layak untuk ditempati. ([3])
Terdapat perdebatan tentang bentuk bumi, apakah bulat atau datar. Berdasarkan pendapat yang kuat oleh para ulama, mereka mengatakan bahwa bumi itu bulat. Karena diantara dalil yang mereka sebutkan adalah sebuah perumpamaan apabila seseorang melihat pergerakan matahari dari waktu terbit hingga terbenam, maka ukurannya konstan dan tidak banyak berubah. Berbeda dengan orang-orang yang berpendapat bahwa bumi itu datar, mereka beralasan karena jarak matahari itu dekat. Tidak seperti yang dibayangkan oleh Ahli fisika yang mengatakan bahwa jarak antara bumi dengan matahari adalah 150 juta tahun.
Sejatinya alasan mereka tidak masuk akal. Karena, jika jarak antara matahari dengan bumi dekat, tentu perubahan bentuk dan ukuran matahari ketika terbit dan tenggelam sangat siginfikan. Artinya bentuk dan ukurannya akan berubah. Padahal, secara logika jika seseorang melihat benda yang dekat dengannya, kemudian menjauh, maka benda tersebut akan terlihat mengecil.
Seperti halnya ketika seseorang yang melihat pesawat. Ketika datang dari jauh, maka dia terlihat kecil. Lalu, ketika mendekat di atasnya, maka terlihat semakin besar. Dan ketika semakin pergi jauh, maka semakin kecil dan menghilang. Akan tetapi, apabila seseorang melihat benda yang sangat jauh, maka ukurannya tetap/konstan, seperti bintang dan benda-benda langit lainnya yang jaraknya sangat jauh. Inilah diantara dalil sederhana bahwa bumi itu bulat.
Demikian juga, contoh yang lain seperti Burj Al-Khalifa yang berada di Dubai, yang tingginya 828 meter. Disebutkan bahwa orang-orang yang mendirikan shalat maghrib disana, mendapati waktu maghrib pada tiga waktu. Alasannya, karena orang-orang yang tinggal di bagian bawah pada tempat tersebut mendapati waktu maghrib terlebih dahulu, kemudian bagian tengah, kemudian bagian atas dan seterusnya. Disamping itu, mereka juga mengatakan bahwa di Burj Al-Khalifa seseorang dapat melihat matahari tenggelam dua atau tiga kali. Hal ini menunjukkan bahwa ketika seseorang berada di tempat yang tinggi, maka dia masih mampu untuk melihat matahari yang sedang tenggelam, begitu juga seterusnya.
Seandainya bumi itu datar, sedangkan matahari telah terbenam, maka ketika seseorang naik atau turun pada suatu tempat yang tinggi atau bagaimanapun keadaannya, hasilnya tidak akan berubah yaitu matahari tidak akan terlihat.
Demikian juga benda-benda langit yang kita lihat semuanya berbentuk bulat, matahari, rembulan, bintang, dan planet-planet. Maka semestinya bumi juga demikian bentuknya sama dengan benda-benda langit lainnya.
Itulah perbedaan pendapat mengenai bumi itu bulat atau datar. Dan juga penuturan beberapa pendapat yang kuat dari beberapa ulama dan ahli tafsir. Wallahu a’lam
Adapun pendapat lain mengatakan bahwa maksud dari (حُسْبَانٌ) adalah hitungan. Maksudnya matahari, rembulan dan bintang-bintang yang lain berjalan dengan hitungan yang sudah ditentukan. Dengan adanya matahari dan rembulan, maka manusia bisa menghitung tahun, bulan dan hari. Seandainya, dalam setahun penuh waktunya adalah siang terus menerus, maka manusia akan bingung, sudah berapa tahun umurnya? Begitu juga halnya, jika dalam setahun penuh waktunya adalah malam saja dan tidak ada siang, bulan tidak pernah muncul maupun tenggelam, maka manusia tidak akan pernah tahu bagaimana menghitung hari, bulan ataupun tahun. ([4])
Maka diantara nikmat Allah adalah Dia menjadikan siang dan malam, matahari dan bulan. Dengan matahari ataupun bulan, manusia dapat menghitung waktu-waktu penting yang berkaitan dengan ibadah, begitu juga dengan hal-hal penting lainnya. Sebagaimana firman Allah:
لِتَعْلَمُوْا عَدَدَ السِّنِيْنَ وَالْحِسَابَۗ مَا خَلَقَ اللّٰهُ ذٰلِكَ اِلَّا بِالْحَقِّۗ يُفَصِّلُ الْاٰيٰتِ لِقَوْمٍ يَّعْلَمُوْنَ
“Agar kamu mengetahui bilangan tahun, dan perhitungan (waktu). Allah tidak menciptakan demikian itu melainkan dengan benar. Dia menjelaskan tanda-tanda (kebesaran-Nya) kepada orang-orang yang mengetahui.” (QS. Yunus: 5)
Maksudnya adalah agar kalian mampu menghitung hari, bulan, tahun dan hal yang lainnya.([5])
__________________
Footnote :
([1]) Lihat: Tafsir Ath-Thabariy 22/11 dan Tafsir Ibnu ‘Athiyyah 5/224.
([2]) Lihat: Bayan Talbis Al-Jahmiyyah fii Ta’sisi Bida’ihim Al-Kalamiyyah Li Ibni Taimiyyah 4/6 dan Majmu’ Al-Fatawa Li Ibni Taimiyyah 6/586.
([3]) Lihat: Tafsir Al-Qurthubiy 10/12 dan Tafsir Ibnu Katsir 4/529.