5. وَبُسَّتِ ٱلْجِبَالُ بَسًّا
wa bussatil-jibālu bassā
5. dan gunung-gunung dihancur luluhkan seluluh-luluhnya.
Tafsir :
Kata بَسًّا diambil dari يُبَسُّ الدَّقِيقُ yaitu tepung yang dihancur-hancurkan sehalus-halusnya. Tepung yang hancur tersebut disebut dengan sawiq. Para Ahli Tafsir mengatakan bahwa ada sejenis makanan sawiq yang namanya adalah الْبَسِيسَةُ Al-Basisah, yaitu tepung yang sudah dihancurkan dengan sehalus-halusnya, kemudian dicampur minyak lalu dimakan([1]). Artinya adalah gunung pada hari kiamat akan dihancurkan sehancur-hancurnya, sampai gunung tersebut menjadi halus seperti tepung.
Sebagaimana kita ketahui bahwa gunung pada hari kiamat akan mengalami beberapa proses. Pertama, gunung akan dicabut dari pasaknya. Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman,
وَإِذَا الْجِبَالُ نُسِفَتْ
“Dan apabila gunung-gunung dicabut dari pasaknya.” (QS. Al-Mursalat : 10)
Kedua, gunung-gunung akan diperjalankan (diterbangkan) oleh Allah Subhanahu wa ta’ala, sebagaimana disebutkan dalam firman-Nya,
وَتَكُونُ الْجِبَالُ كَالْعِهْنِ الْمَنْفُوشِ
“Dan gunung-gunung seperti bulu yang dihambur-hamburkan.” (QS. Al-Qari’ah : 5)
Gunung yang semulanya sangat kokoh, namun pada hari kiamat menjadi sangat ringan pada hari kiamat, dan diibaratkan gunung-gunung ketika itu seperti bulu atau kain wol yang diterbangkan.
Ketiga, gunung-gunung saling ditabrakkan sehingga hancur lebur, sebagaimana Allah Subhanahu wa ta’ala sebutkan dalam ayat ini,
وَبُسَّتِ الْجِبَالُ بَسًّا
“Dan gunung-gunung dihancurluluhkan sehancur-hancurnya.” (QS. Al-Waqi’ah : 5)
Maka setelah dihancurkan, gunung-gunung seakan-akan menjadi hal yang seakan-akan tidak pernah ada. Sebagaimana Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman,
وَسُيِّرَتِ الْجِبَالُ فَكَانَتْ سَرَابًا
“Dan gunung-gunung pun dijalankan sehingga menjadi fatamorgana.” (QS. An-Naba’ : 20)
Sebagian ulama mengatakan bahwa alasan mengapa Allah Subhanahu wa ta’ala menyebutkan tentang gunung, yaitu karena gunung adalah makhluk Allah Subhanahu wa ta’ala yang tidak pernah berubah. Artinya sebuah gunung akan tampak tetap sama meskipun telah datang beberapa generasi. Kakek kita melihat suatu gunung dengan kondisinya seperti itu, kita saat ini melihat gunung juga sama seperti dahulu, dan cicit kita pun kelak akan melihat kondisi gunung sebagaimana kita melihatnya. Bahkan betapa sering kita mengumpamakan seseorang yang tegar dan kokoh dengan gunug. Maka sebagian ulama menyebutkan bahwa Allah membawakan perumpamaan gunung yang tidak berubah meskipun telah datang beberapa generasi, akan tetapi pada hari kiamat dia akan hancur seperti tepung yang sangat halus.
___________________
Footnote :