9. هُوَ ٱلَّذِى يُنَزِّلُ عَلَىٰ عَبْدِهِۦٓ ءَايَٰتٍۭ بَيِّنَٰتٍ لِّيُخْرِجَكُم مِّنَ ٱلظُّلُمَٰتِ إِلَى ٱلنُّورِ ۚ وَإِنَّ ٱللَّهَ بِكُمْ لَرَءُوفٌ رَّحِيمٌ
huwallażī yunazzilu ‘alā ‘abdihī āyātim bayyinātil liyukhrijakum minaẓ-ẓulumāti ilan-nụr, wa innallāha bikum lara`ụfur raḥīm
9. Dialah yang menurunkan kepada hamba-Nya ayat-ayat yang terang (Al-Quran) supaya Dia mengeluarkan kamu dari kegelapan kepada cahaya. Dan sesungguhnya Allah benar-benar Maha Penyantun lagi Maha Penyayang terhadapmu.
Tafsir :
Ayat ini menerangkan bahwa Allah Subhanahu wa ta’ala menurunkan Alquran kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam adalah untuk mengeluarkan manusia dari kegelapan menuju cahaya yang terang benderang. Dan hal ini dibenarkan sebagaimana dalam pembahasan sirah, tatkala Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam hendak diutus, maka beliau berkata,
إِنَّ اللهَ نَظَرَ إِلَى أَهْلِ الْأَرْضِ، فَمَقَتَهُمْ عَرَبَهُمْ وَعَجَمَهُمْ، إِلَّا بَقَايَا مِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ
“Sesungguhnya Allah memandang penduduk bumi lalu Allah membenci mereka, Arab maupun ‘ajam, kecuali sisa-sisa dari ahli kitab.”([1])
Ini menunjukkan bahwa disaat rusaknya orang-orang di bumi, baik Romawi, Persia, maupun India, semuanya berada dalam kegelapan. Maka ketika itu Allah Subhanahu wa ta’ala kirimkan cahaya yaitu Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Beliau diutus untuk mengajarkan orang untuk bertauhid kepada Allah, berakhlak dan beradab terhadap orang lain.
Pada akhir ayat ini yaitu firmanNya وَإِنَّ اللَّهَ بِكُمْ لَرَءُوفٌ رَحِيمٌ (Dan sungguh, terhadap kamu Allah Maha Penyantun, Maha Penyayang) Allah Subhanahu wa ta’ala menegaskan bahwa Allah mengutus Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam dengan menurunkan al-Qurán kepadanya karena Allah Subhanahu wa ta’ala Maha Penyantun dan Maha Penyayang bagi mereka. Oleh karenanya, di antara konsekuensi sifat rahmat Allah adalah Dia menurunkan Alquran, sebab dalam surah Ar-Rahman Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman,
الرَّحْمَنُ، عَلَّمَ الْقُرْآنَ
“(Allah) Yang Maha Pengasih, Yang telah mengajarkan Alquran.” (QS. Ar-Rahman : 1-2)
Oleh karena itu, penulis sering mengingatkan bahwa masih banyak di antara kita yang malas membaca Alquran. Padahal dahulu bahkan sekarang masih banyak di antara kita yang sangat bersemangat ketika membaca novel, bahkan sebagian berusaha agar bisa menceritakannya kepada yang lain. bahkan saking semangatnya membaca novel, sebagian ada yang menunggu serial demi serial buku novel tersebut. Akhirnya sebagian kita lebih semangat membaca novel daripada membaca Alquran, padahal Alquran adalah firman Tuhan pencipta kita. Maka seharusnya pada Alquranlah terletak kebahagiaan kita, akan tetapi sebagian kita tidak memperhatikannya. Memang benar bahwa memabaca novel juga akan mendatangkan kesenangan, akan tetapi kesenangan itu hanya sementara, bahkan bisa jadi hati belum tentu bahagia dengan itu. Maka dari itu, membaca Alquran adalah jalan untuk kita bahagia. Hanya saja yang menjadi masalah kemudian adalah kita sudah malas membaca Alquran, maka jika membacanya saja kita malas, bagaimana lagi kita bisa memahami makna-makna yang terkandung di dalam Alquran? Padahal Alquran harus dipelajari dan dipahami isinya, karena Alquran adalah nikmat. Oleh karena itu, hendaknya seseorang merasakan bentuk kasih sayang Allah dengan berusaha untuk mempelajari dan memahami isi Alquran.
___________________
Footnote :