19. ٱسْتَحْوَذَ عَلَيْهِمُ ٱلشَّيْطَٰنُ فَأَنسَىٰهُمْ ذِكْرَ ٱللَّهِ ۚ أُو۟لَٰٓئِكَ حِزْبُ ٱلشَّيْطَٰنِ ۚ أَلَآ إِنَّ حِزْبَ ٱلشَّيْطَٰنِ هُمُ ٱلْخَٰسِرُونَ
istaḥważa ‘alaihimusy-syaiṭānu fa ansāhum żikrallāh, ulā`ika ḥizbusy-syaiṭān, alā inna ḥizbasy-syaiṭāni humul-khāsirụn
19. Syaitan telah menguasai mereka lalu menjadikan mereka lupa mengingat Allah; mereka itulah golongan syaitan. Ketahuilah, bahwa sesungguhnya golongan syaitan itulah golongan yang merugi.
Tafsir :
Dalam ayat ini Allah ﷻ masih menyebutkan tentang orang-orang munafik ini mengapa mereka bisa bersumpah berbohong, hal ini dikarenakan mereka telah digiring dan diarahkan oleh syaithan. Secara bahasa اسْتَحْوَذَ berasal dari kata حَوْذٌ yang artinya اَلسَّوْقُ yaitu digiring, bahkan sebagian ulama mengatakan bahwa digiring ini dikaitkan dengan kata lainnya sehingga menjadi السَّوْقُ بِالسَّرِيْعِ yaitu digiring dengan cepat([1]). Jadi orang-orang munafik ini hati mereka digiring oleh syaithan sehingga syaithan pun menguasai mereka. Dan manusia bisa menjadi jahat dengan dua faktor: faktor eksternal dan faktor internal, adapun faktor internal yaitu hatinya sebagaimana yang Allah ﷻ firmankan,
وَمَا أُبَرِّئُ نَفْسِي ۚ إِنَّ النَّفْسَ لَأَمَّارَةٌ بِالسُّوءِ إِلَّا مَا رَحِمَ رَبِّي ۚ إِنَّ رَبِّي غَفُورٌ رَحِيمٌ
“Dan aku tidak membebaskan diriku (dari kesalahan), karena sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Tuhanku. Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampun lagi Maha Penyanyang.” QS. Yusuf: 53
Ayat ini menjelaskan tentang faktor dari dalam seseorang yang menyebabkannya menjadi berbuat buruk yaitu syahwat dan jiwanya. Dan adapun faktor eksternal yaitu syaithan yang selalu membisikkan kepada jiwanya untuk melakukan hal-hal yang buruk. Dan orang-orang munafik terdapat di dalam diri mereka dua faktor ini sehingga Allah ﷻ menyebutkan bahwa syaithan telah menggiring mereka.
Kemudian firman Allah ﷻ,
فَأَنْسَاهُمْ ذِكْرَ اللَّهِ
“lalu menjadikan mereka lupa mengingat Allah.”
Dalam ayat ini Allah ﷻ menyebutkan tentang akibat ketika syathan telah menggiring mereka yaitu mereka lalai dari mengingat Allah ﷻ, atau syaithan menyebabkan mereka meninggalkan Allah ﷻ, karena dalam bahasa Arab النِّسْيَانُ bisa artinya الْغَفْلَةِ “lalai/lupa” dan bisa juga artinya التَّرْكِ “meninggalkan”([2]), sebagaimana firman Allah ﷻ,
الْمُنَافِقُونَ وَالْمُنَافِقَاتُ بَعْضُهُمْ مِنْ بَعْضٍ ۚ يَأْمُرُونَ بِالْمُنْكَرِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمَعْرُوفِ وَيَقْبِضُونَ أَيْدِيَهُمْ ۚ نَسُوا اللَّهَ فَنَسِيَهُمْ ۗ إِنَّ الْمُنَافِقِينَ هُمُ الْفَاسِقُونَ
“Orang-orang munafik laki-laki dan perempuan. sebagian dengan sebagian yang lain adalah sama, mereka menyuruh membuat yang munkar dan melarang berbuat yang ma’ruf dan mereka menggenggamkan tangannya. Mereka telah meninggalkan Allah, maka Allah meninggalkan mereka. Sesungguhnya orang-orang munafik itu adalah orang-orang yang fasik.” QS. At-Taubah 67
Maka dalam ayat ini tidak mungkin kita terjemahkan “maka Allah melupakan mereka”, karena Allah ﷻ tidak akan pernah lupa, dan ini bukan takwil, karena dalam bahasa Arab النِّسْيَانُ bisa artinya الْغَفْلَةِ “lalai/lupa” dan bisa juga artinya التَّرْكِ “meninggalkan”.
__________________
Footnote :