23. فَقَدَرْنَا فَنِعْمَ ٱلْقَٰدِرُونَ
fa qadarnā fa ni’mal-qādirụn
23. lalu Kami tentukan (bentuknya), maka Kami-lah sebaik-baik yang menentukan.
Tafsir :
Tafsiran pertama, maksudnya adalah Allah ﷻ menakdirkan tentang bagaimana rupanya([1]), tentang berapa lama usianya, dan tentang rezekinya. Jika kita bicara tentang takdir dari segi hukum manusia, maka takdir diibaratkan seperti insinyur yang telah memiliki sketsa dan perhitungan sebelum melakukan apa-apa yang ingin dia lakukan. Akan tetapi bagaimanapun sempurnanya seorang insinyur di dunia, pasti ada salahnya meskipun hanya sedikit. Oleh karenanya Allah ﷻ menekankan bahwa Dia-lah yang terbaik dalam menentukan kehendak-Nya. Maka demikianlah Allah ﷻ, sebelum diciptakannya manusia, Dia telah menentukan bagaimana rupa dan jasad mereka, bagaimana nasib mereka terkait umur dan rezeki mereka. Dan perlu untuk diperhatikan bahwa lafal الْقَادِرُونَ adalah bentuk jamak sebagaimana lafal فَقَدَرْنَا yang menunjukkan “Kami”. Dan kata “Kami” dalam bahasa Arab tidak melazimkan berbilang, melainkan terkadang kata plural (jamak) digunakan untuk pengagungan.
Tafsiran kedua, maksudnya adalah Allah ﷻ adalah pemilik dan Dia adalah sebaik-baik pemilik([2]). Artinya adalah jika Allah ﷻ adalah pemilik, maka Dia bebas untuk mengatur apa yang dimiliki-Nya. Sehingga jika mereka adalah milik Allah ﷻ, maka membangkitkan mereka adalah terserah Allah ﷻ. Ibnu Katsir rahimahullah mengatakan bahwa Allah ﷻ berdalil untuk menunjukkan adanya kebangkitan dengan adanya permulaan. Artinya adalah sebagaimana Allah ﷻ bisa memulai permulaan, maka Allah ﷻ juga bisa untuk mengulanginya lagi. Dan secara logika, mengulang sesuatu yang sudah dimulai terkadang akan lebih mudah. Akan tetapi barometer di sisi Allah ﷻ, mengulang dan memulai sama saja. Maka Allah ﷻ ingin menjelaskan mengingkari hari kebangkitan adalah kesalahan, karena Allah ﷻ pernah menciptakan mereka dan untuk menciptakan kembali adalah perkara yang mudah.
Dan dengan ayat ini Allah azza wa jalla menekankan perintah untuk mengesakan Allah azza wa jalla dan ancaman untuk mereka yang inkar, seakan-akan Allah azza wa jalla berkata: kalian adalah ciptaanku yang aku ciptakan dari air yang hina, lalu aku letakkan di dalam rahim dan seterusnya, bukankah Pencipta yang seperti ini lebih berhak untuk disyukuri dan diesakan serta diibadahi, akan tetapi kalian malah berbuat syirik dan kalian mengingkari nikmat-nikmatNya dan mengingkari hari kebangkitan.
Maka karena kalian mengingkari nikmat-nikmat ini: tunggulah adzabku terhadap orang-orang yang mengingkari nikmat-nikmat ini. ([3]) Dan sebagaimana yang kita saksikan, bahwa ketika seseorang mengungkit kebaikannya, itu adalah tanda bahwa ia sedang benar-benar memperingati lawan bicaranya.
_______________________________
Footnote :
([1]) Lihat: At-Tahrir wat Tanwir 29/431