1. وَٱلْمُرْسَلَٰتِ عُرْفًا
wal-mursalāti ‘urfā
1. Demi malaikat-malaikat yang diutus untuk membawa kebaikan,
2. فَٱلْعَٰصِفَٰتِ عَصْفًا
fal-‘āṣifāti ‘aṣfā
2. dan (malaikat-malaikat) yang terbang dengan kencangnya,
3. وَٱلنَّٰشِرَٰتِ نَشْرًا
wan-nāsyirāti nasyrā
3. dan (malaikat-malaikat) yang menyebarkan (rahmat Tuhannya) dengan seluas-luasnya,
4. فَٱلْفَٰرِقَٰتِ فَرْقًا
fal-fāriqāti farqā
4. dan (malaikat-malaikat) yang membedakan (antara yang hak dan yang bathil) dengan sejelas-jelasnya,
5. فَٱلْمُلْقِيَٰتِ ذِكْرًا
fal-mulqiyāti żikrā
5. dan (malaikat-malaikat) yang menyampaikan wahyu,
6. عُذْرًا أَوْ نُذْرًا
‘użran au nużrā
6. untuk menolak alasan-alasan atau memberi peringatan,
7. إِنَّمَا تُوعَدُونَ لَوَٰقِعٌ
innamā tụ’adụna lawāqi’
7. sesungguhnya apa yang dijanjikan kepadamu itu pasti terjadi.
8. فَإِذَا ٱلنُّجُومُ طُمِسَتْ
fa iżan-nujụmu ṭumisat
8. Maka apabila bintang-bintang telah dihapuskan,
9. وَإِذَا ٱلسَّمَآءُ فُرِجَتْ
wa iżas-samā`u furijat
9. dan apabila langit telah dibelah,
10. وَإِذَا ٱلْجِبَالُ نُسِفَتْ
wa iżal-jibālu nusifat
10. dan apabila gunung-gunung telah dihancurkan menjadi debu,
11. وَإِذَا ٱلرُّسُلُ أُقِّتَتْ
wa iżar-rusulu uqqitat
11. dan apabila rasul-rasul telah ditetapkan waktu (mereka).
12. لِأَىِّ يَوْمٍ أُجِّلَتْ
li`ayyi yaumin ujjilat
12. (Niscaya dikatakan kepada mereka:) “Sampai hari apakah ditangguhkan (mengazab orang-orang kafir itu)?”
13. لِيَوْمِ ٱلْفَصْلِ
liyaumil-faṣl
13. Sampai hari keputusan.
14. وَمَآ أَدْرَىٰكَ مَا يَوْمُ ٱلْفَصْلِ
wa mā adrāka mā yaumul-faṣl
14. Dan tahukah kamu apakah hari keputusan itu?
15. وَيْلٌ يَوْمَئِذٍ لِّلْمُكَذِّبِينَ
wailuy yauma`iżil lil-mukażżibīn
15. Kecelakaan yang besarlah pada hari itu bagi orang-orang yang mendustakan.
16. أَلَمْ نُهْلِكِ ٱلْأَوَّلِينَ
a lam nuhlikil-awwalīn
16. Bukankah Kami telah membinasakan orang-orang yang dahulu?
17. ثُمَّ نُتْبِعُهُمُ ٱلْءَاخِرِينَ
ṡumma nutbi’uhumul-ākhirīn
17. Lalu Kami iringkan (azab Kami terhadap) mereka dengan (mengazab) orang-orang yang datang kemudian.
18. كَذَٰلِكَ نَفْعَلُ بِٱلْمُجْرِمِينَ
każālika naf’alu bil-mujrimīn
18. Demikianlah Kami berbuat terhadap orang-orang yang berdosa.
19. وَيْلٌ يَوْمَئِذٍ لِّلْمُكَذِّبِينَ
wailuy yauma`iżil lil-mukażżibīn
19. Kecelakaan yang besarlah pada hari itu bagi orang-orang yang mendustakan.
20. أَلَمْ نَخْلُقكُّم مِّن مَّآءٍ مَّهِينٍ
a lam nakhlukkum mim mā`im mahīn
20. Bukankah Kami menciptakan kamu dari air yang hina?
21. فَجَعَلْنَٰهُ فِى قَرَارٍ مَّكِينٍ
fa ja’alnāhu fī qarārim makīn
21. kemudian Kami letakkan dia dalam tempat yang kokoh (rahim),
22. إِلَىٰ قَدَرٍ مَّعْلُومٍ
ilā qadarim ma’lụm
22. sampai waktu yang ditentukan,
23. فَقَدَرْنَا فَنِعْمَ ٱلْقَٰدِرُونَ
fa qadarnā fa ni’mal-qādirụn
23. lalu Kami tentukan (bentuknya), maka Kami-lah sebaik-baik yang menentukan.
24. وَيْلٌ يَوْمَئِذٍ لِّلْمُكَذِّبِينَ
wailuy yauma`iżil lil-mukażżibīn
24. Kecelakaan yang besarlah pada hari itu bagi orang-orang yang mendustakan.
25. أَلَمْ نَجْعَلِ ٱلْأَرْضَ كِفَاتًا
a lam naj’alil-arḍa kifātā
25. Bukankah Kami menjadikan bumi (tempat) berkumpul,
26. أَحْيَآءً وَأَمْوَٰتًا
aḥyā`aw wa amwātā
26. orang-orang hidup dan orang-orang mati?
27. وَجَعَلْنَا فِيهَا رَوَٰسِىَ شَٰمِخَٰتٍ وَأَسْقَيْنَٰكُم مَّآءً فُرَاتًا
wa ja’alnā fīhā rawāsiya syāmikhātiw wa asqainākum mā`an furātā
27. dan Kami jadikan padanya gunung-gunung yang tinggi, dan Kami beri minum kamu dengan air tawar?
28. وَيْلٌ يَوْمَئِذٍ لِّلْمُكَذِّبِينَ
wailuy yauma`iżil lil-mukażżibīn
28. Kecelakaan yang besarlah pada hari itu bagi orang-orang yang mendustakan.
29. ٱنطَلِقُوٓا۟ إِلَىٰ مَا كُنتُم بِهِۦ تُكَذِّبُونَ
inṭaliqū ilā mā kuntum bihī tukażżibụn
29. (Dikatakan kepada mereka pada hari kiamat): “Pergilah kamu mendapatkan azab yang dahulunya kamu mendustakannya.
30. ٱنطَلِقُوٓا۟ إِلَىٰ ظِلٍّ ذِى ثَلَٰثِ شُعَبٍ
inṭaliqū ilā ẓillin żī ṡalāṡi syu’ab
30. Pergilah kamu mendapatkan naungan yang mempunyai tiga cabang,
31. لَّا ظَلِيلٍ وَلَا يُغْنِى مِنَ ٱللَّهَبِ
lā ẓalīliw wa lā yugnī minal-lahab
31. yang tidak melindungi dan tidak pula menolak nyala api neraka”.
32. إِنَّهَا تَرْمِى بِشَرَرٍ كَٱلْقَصْرِ
innahā tarmī bisyararing kal-qaṣr
32. Sesungguhnya neraka itu melontarkan bunga api sebesar dan setinggi istana.
33. كَأَنَّهُۥ جِمَٰلَتٌ صُفْرٌ
ka`annahụ jimālatun ṣufr
33. Seolah-olah ia iringan unta yang kuning.
34. وَيْلٌ يَوْمَئِذٍ لِّلْمُكَذِّبِينَ
wailuy yauma`iżil lil-mukażżibīn
34. Kecelakaan yang besarlah pada hari itu bagi orang-orang yang mendustakan.
35. هَٰذَا يَوْمُ لَا يَنطِقُونَ
hāżā yaumu lā yanṭiqụn
35. Ini adalah hari, yang mereka tidak dapat berbicara (pada hari itu),
36. وَلَا يُؤْذَنُ لَهُمْ فَيَعْتَذِرُونَ
wa lā yu`żanu lahum fa ya’tażirụn
36. dan tidak diizinkan kepada mereka minta uzur sehingga mereka (dapat) minta uzur.
37. وَيْلٌ يَوْمَئِذٍ لِّلْمُكَذِّبِينَ
wailuy yauma`iżil lil-mukażżibīn
37. Kecelakaan yang besarlah pada hari itu bagi orang-orang yang mendustakan.
38. هَٰذَا يَوْمُ ٱلْفَصْلِ ۖ جَمَعْنَٰكُمْ وَٱلْأَوَّلِينَ
hāżā yaumul-faṣli jama’nākum wal-awwalīn
38. Ini adalah hari keputusan; (pada hari ini) Kami mengumpulkan kamu dan orang-orang terdahulu.
39. فَإِن كَانَ لَكُمْ كَيْدٌ فَكِيدُونِ
fa ing kāna lakum kaidun fa kīdụn
39. Jika kamu mempunyai tipu daya, maka lakukanlah tipu dayamu itu terhadap-Ku.
40. وَيْلٌ يَوْمَئِذٍ لِّلْمُكَذِّبِينَ
wailuy yauma`iżil lil-mukażżibīn
40. Kecelakaan yang besarlah pada hari itu bagi orang-orang yang mendustakan.
41. إِنَّ ٱلْمُتَّقِينَ فِى ظِلَٰلٍ وَعُيُونٍ
innal-muttaqīna fī ẓilāliw wa ‘uyụn
41. Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa berada dalam naungan (yang teduh) dan (di sekitar) mata-mata air.
42. وَفَوَٰكِهَ مِمَّا يَشْتَهُونَ
wa fawākiha mimmā yasytahụn
42. Dan (mendapat) buah-buahan dari (macam-macam) yang mereka ingini.
43. كُلُوا۟ وَٱشْرَبُوا۟ هَنِيٓـًٔۢا بِمَا كُنتُمْ تَعْمَلُونَ
kulụ wasyrabụ hanī`am bimā kuntum ta’malụn
43. (Dikatakan kepada mereka): “Makan dan minumlah kamu dengan enak karena apa yang telah kamu kerjakan”.
44. إِنَّا كَذَٰلِكَ نَجْزِى ٱلْمُحْسِنِينَ
innā każālika najzil-muḥsinīn
44. Sesungguhnya demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik.
45. وَيْلٌ يَوْمَئِذٍ لِّلْمُكَذِّبِينَ
wailuy yauma`iżil lil-mukażżibīn
45. Kecelakaan yang besarlah pada hari itu bagi orang-orang yang mendustakan.
46. كُلُوا۟ وَتَمَتَّعُوا۟ قَلِيلًا إِنَّكُم مُّجْرِمُونَ
kulụ wa tamatta’ụ qalīlan innakum mujrimụn
46. (Dikatakan kepada orang-orang kafir): “Makanlah dan bersenang-senanglah kamu (di dunia dalam waktu) yang pendek; sesungguhnya kamu adalah orang-orang yang berdosa”.
47. وَيْلٌ يَوْمَئِذٍ لِّلْمُكَذِّبِينَ
wailuy yauma`iżil lil-mukażżibīn
47. Kecelakaan yang besarlah pada hari itu bagi orang-orang yang mendustakan.
48. وَإِذَا قِيلَ لَهُمُ ٱرْكَعُوا۟ لَا يَرْكَعُونَ
wa iżā qīla lahumurka’ụ lā yarka’ụn
48. Dan apabila dikatakan kepada mereka: “Rukuklah, niscaya mereka tidak mau ruku’.
49. وَيْلٌ يَوْمَئِذٍ لِّلْمُكَذِّبِينَ
wailuy yauma`iżil lil-mukażżibīn
49. Kecelakaan yang besarlah pada hari itu bagi orang-orang yang mendustakan.
50. فَبِأَىِّ حَدِيثٍۭ بَعْدَهُۥ يُؤْمِنُونَ
fa bi`ayyi ḥadīṡim ba’dahụ yu`minụn
50. Maka kepada perkataan apakah selain Al Quran ini mereka akan beriman?
Asbabun Nuzul Surat al-Mursalat
Surah Al-Mursalat adalah surah yang terakhir dari Juz ke-29 dan merupakan surah terakhir dari surah-surah Thiwal Al-Mufashshal yang dimulai dari surah Qaf hingga surah Al-Mursalat.
Surah Al-Mursalat dari ayat pertama hingga terakhir termasuk surah Makkiyah berdasarkan pendapat jumhur ulama ([1]). Dan jika kita melihat surah ini, maka kita akan dapati bahwa nuansa surah ini sama dengan surah-surah Makkiyah lainnya yang isinya adalah pengingkaran serta bantahan terhadap orang-orang musyrikin yang mereka mengingkari adanya hari kebangkitan, kecuali satu ayat di mana Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman,
وَإِذَا قِيلَ لَهُمُ ارْكَعُوا لَا يَرْكَعُونَ
“Dan apabila dikatakan kepada mereka, “Rukuklah,” mereka tidak mau rukuk.” (QS. Al-Mursalat : 48)
Sebagian ulama mengatakan bahwa ayat ini merupakan ayat Madaniyah karena shalat baru banyak dibicarakan tatkala Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam berpindah dari Mekkah ke Madinah. Akan tetapi hal ini dibantah oleh sebagian ulama bahwa ayat ini tetap termasuk Makkiyah, karena firman Allah Subhanahu wa ta’ala ini maksudnya adalah “Jika mereka diperintahkan untuk masuk Islam mereka enggan”, yaitu Islam diungkapkan dengan ruku’ (shalat), karena seseorang untuk bisa shalat dan rukuk, maka ia harus masuk Islam terlebih dahulu. Dan hal seperti ini pun sama dalam ayat-ayat yang lain seperti firman Allah Subhanahu wa ta’ala,
وَقَدْ كَانُوا يُدْعَوْنَ إِلَى السُّجُودِ وَهُمْ سَالِمُونَ
“Dan sungguh, dahulu (di dunia) mereka telah diseru untuk bersujud pada waktu mereka sehat (tetapi mereka tidak melakukan).” (QS. Al-Qalam : 43) ([2])
Surah Al-Qalam juga termasuk surah Makkiyah. Dan ayat ini bercerita tentang orang-orang musyrikin yang diperintahkan sujud, maksudnya adalah diperintahkan untuk masuk Islam. Demikian pula firman Allah Subhanahu wa ta’ala dalam surah Al-Muddatstsir,
مَا سَلَكَكُمْ فِي سَقَرَ، قَالُوا لَمْ نَكُ مِنَ الْمُصَلِّينَ
“Apa yang menyebabkan kamu masuk ke dalam (neraka) Saqar?” Mereka menjawab, “Dahulu kami tidak termasuk orang-orang yang melaksanakan shalat.” (QS. Al-Muddatstsir : 42-43)
Ayat ini maksudnya adalah orang-orang musyrikin dahulu tidak shalat dan tidak beriman (tidak masuk Islam), sehingga menjerumuskan mereka ke dalam neraka Saqar. Oleh karenanya pendapat yang lebih benar adalah surah Al-Mursalat dari awal hingga akhir turun sebelum Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam berhijrah atau dengan kata lain termasuk surah Makkiyah.
Surah Al-Mursalat juga dikenal dengan surah Al-‘Urf([3]) sebagaimana firman Allah Subhanahu wa ta’ala,
وَالْمُرْسَلَاتِ عُرْفًا
“Demi (malaikat-malaikat) yang diutus untuk membawa kebaikan.” (QS. Al-Mursalat : 1)
عُرْفًا adalah satu kata yang tidak terdapat dalam surah-surah yang lain. Dan para ulama terbiasa memberi nama sebuah surah dengan menyebutkan awal surah atau menyebutkan satu kata dari surah tersebut yang tidak terdapat pada surah-surah yang lain. Oleh karenanya para ulama juga menyebut surah Al-Mursalat dengan surah Al-‘Urf karena kalimat عُرْفًا hanya ada pada surah Al-Mursalat.
Di antara dalil yang menunjukkan bahwa surah Al-Mursalat merupakan surah Makkiyah adalah perkataan Ibnu Mas’ud radhiallahu ‘anhu. Beliau berkata,
نَزَلَتْ وَالْمُرْسَلاتِ عُرْفاً عَلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَيْلَةَ الْجِنِّ وَنَحْنُ مَعَهُ نَسِيرُ، حَتَّى أَوَيْنَا إِلَى غَارٍ بِمِنًى فَنَزَلَتْ، فَبَيْنَا نَحْنُ نَتَلَقَّاهَا مِنْهُ، وَإِنَّ فَاهُ لَرَطْبٌ بِهَا إِذْ وَثَبَتْ حَيَّةٌ، فَوَثَبْنَا عَلَيْهَا لِنَقْتُلَهَا فَذَهَبَتْ، فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: وُقِيتُمْ شَرَّهَا كَمَا وُقِيَتْ شَرَّكُمْ
“Ayat ‘Warmusalaati ‘Urfaa’ turun kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam pada malam Al-Jin([4]) dan kami bersama sedang berjalan bersama beliau. Sampai ketika kami bernaung (untuk bersembunyi) di sebuah gua di Mina, maka turun ayat tersebut. Maka Nabi mengajarkan ayat tersebut kepada kami. Dan ketika baru saja ayat tersebut diajarkan kepada kami, tiba-tiba muncul seekor ular. Maka kami pergi untuk membunuhnya, akan tetapi ular itu kabur. Maka Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam berkata ‘Kalian telah selamat dari keburukan ular tersebut sebagaimana ular itu telah selamat dari keburukan kalian’.”([5])
Ini menunjukkan bahwa surah ini turun di Mekkah sebelum Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam berhijrah ke Madinah. Dan nuansa surah ini juga jelas berbicara tentang hari kiamat, tentang membantah orang-orang musyrikin yang mengingkari hari kiamat. Berbeda dengan ciri-ciri surah Madaniyah yang biasanya isinya berkaitan dengan fikih dan hukum-hukum.
Surah Al-Mursalat adalah surah yang terakhir dibaca oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dalam shalat berjamaáh jahriyah sebelum beliau meninggal dunia, yaitu dalam shalat maghrib. Ketika Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam sedang sakit parah akan meninggal dunia, shalat jahriyah yang terakhir beliau imami adalah shalat maghrib, dan tatkala itu Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam membaca surah Al-Mursalat. Dan kita tahu bahwasanya pada waktu shalat maghrib, Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam biasanya membaca surah-surah Qishar Al-Mufashshal([6]). Adapun surah-surah Tiwal Al-Mufashshal yang di dalamnya termasuk surah Al-Mursalat biasanya Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam baca pada saat shalat subuh. Adapun Aushat Al-Mufashshal([7]) biasa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam baca pada shalat-shalat subuh. Adapun yang disebut dengan surah-surah Mufashshal adalah surah yang terdiri dari surah Qaf hingga surah An-Naas. Intinya adalah ketika Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam sakit akan meninggal, beliau menjadi imam shalat maghrib dan membaca surah Al-Mursalat. Dan kita tahu bahwa ini bukanlah kebiasaan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam. Dari Ibnu ‘Abbas radhiallahu ‘anhu berkata,
قَرَأْتُ سُورَةَ وَالْمُرْسَلاتِ عُرْفاً فَسَمِعَتْنِي أُمُّ الْفَضْلِ امْرَأَةُ الْعَبَّاسِ، فَبَكَتْ وَقَالَتْ: وَاللَّهِ يَا بُنَيَّ لَقَدْ أَذْكَرْتَنِي بِقِرَاءَتِكَ هَذِهِ السُّورَةَ إِنَّهَا لَآخِرُ مَا سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقْرَأُ بِهَا فِي صَلَاةِ الْمَغْرِبِ
“Aku membaca surah ‘Walmursalati ‘urfaa’, maka Ummu Al-Fadhl istri ‘Abbas (ibuku) mendengarku membacanya. Maka dia pun menangis dan berkata ‘Demi Allah Wahai anakku, engkau telah mengingatkanku ketika engkau membaca surah ini. Sesungguhnya ini adalah surah terakhir yang aku dengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam membacanya pada shalat maghrib.”([8])
Dan keterkaitan antara surat ini dengan yang sebelumnya adalah tatkala Allah pada surat sebelumnya (yaitu surat al-Muddattsir) berbicara tentang hari kiamat dan Allah menjelaskan bahwa Allah akan memasukkan orang-orang yang ia kehendaki ke dalam surga, dan orang-orang yang zholim ke dalam neraka, maka pada ayat ini Allah azza wa jalla bersumpah bahwa itu akan terjadi dan Allah menjelaskan kapan waktunya dan tanda-tandanya, sehingga Allah bersumpah bahwa semua yang terkandung pada surat sebelumnya pasti terjadi. ([9])
_____________
Footnote:
([1]) Lihat: At-Tahrir Wat Tanwir 29/418
([2]) Lihat: At-Tahrir Wat Tanwir 29/418
([3]) Lihat: At-Tahrir Wat Tanwir 29/417
([4]) Malam Al-Jin adalah malam di mana suatu hari para sahabat kehilangan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam. Ternyata pada malam itu Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam didatangi oleh sekelompok Jin meminta Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam berdakwah kepada kaum Jin. Maka pada malam itu para sahabat kehilangan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam karena pergi mendakwahi para Jin. Maka malam perginya Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dikenal dengan Malam Al-Jin (Lailatul Jin). (Lihat HR Muslim no 450)
([5]) Tafsir Al-Qurthubi 19/153
([6]) Surah-surah pendek dari surah Ad-Dhuha hingga surah An-Naas
([7]) Surah-surah yang sedang, dimulai dari surah An-Naba’ hingga surah Al-Lail.
([8]) Tafsir Ath-Thabari 19/153
([9]) Tafsir Ruh Al Ma’ani, Al Alusi, 15/187, Al Maroghi, 29/178