فَجَعَلَهُمْ كَعَصْفٍ مَّأْكُولٍ
Latin: faja’alahum ka’ashfin ma/kuulin
Arti: “Lalu Dia menjadikan mereka seperti daun-daun yang dimakan (ulat)”
Tafsir Quran Surat Al-Fil Ayat-5
Disebutkan ketika burung-burung tersebut mulai melempari tentara Abrahah maka diantara mereka ada yang langsung tewas seakan-akan membelah tubuh mereka, sampai-sampai Allah menyamakan mereka seperti daun yang kering di makan ulat. Namun diantara mereka ada pula yang selamat tetapi cacat. Bahkan ‘Aisyah pernah melihat ada diantara anak buah Abrahah yang buta dan cacat meminta-minta kepada kaum muslimin. Dia dibiarkan hidup oleh Allah namun dalam keadaan cacat.
Abrahah sendiri terkena lemparan batu dan tidak mati saat itu. Dia lari menuju Yaman dalam keadaan tubuhnya terlepas sedikit demi sedikit. Sungguh ini merupakan siksaan yang sangat pedih di dunia. Allah menunda kematiannya hingga tibalah dia di Yaman, kemudian terbelahlah dadanya dan keluarlah jantungnya, akhirnya dia meninggal dunia.
Kehancuran Abrahah dan bala tentaranya diketahui oleh orang-orang kafir Quraisy. Itulah nikmat yang Allah berikan kepada mereka. Allah menjaga Ka’bah bukan karena ada mereka disana. Karena kenyatannya mereka pun tidak bisa membantu sama sekali. Tetapi Allah lah yang berperan.
Di tahun itu pula lah lahir Nabi Muhammad shallallahu ‘alayhi wa sallam, sehingga sebagian ulama mengatakan bahwasanya diantara tanda-tanda kelahiran Nabi adalah peristiwa dihancurkannya tentara bergajah. Seakan-akan Allah ingin mengatakan bahwa Dia lah yang menjaga rumahnya dan dia pula lah yang akan membela syariatnya dengan mengutus Nabi Muhammad yang akan berjuang memurnikan tauhid kepada Allah yang telah dicemari dengan kesyirikan yang dilakukan oleh orang-orang musyrikin.
Di tahun itu pula, lahirlah Nabi Muhammad shallallāhu ‘alayhi wa sallam, sebagian menyebutkan bahwa kelahirannya sekitar 50 hari setelah tragedi pasukan bergajah.
Kisah ini adalah kisah yang nyata, tidak sebagaimana klaim orang-orang kafir yang berusaha mengingkari kisah ini. Kita dapati ada sebagian penulis dari orientalis yang mengatakan bahwa ini hanyalah dongeng yang disebutkan Allāh dalam Al-Qurān, tidak mungkin ada kisah tentara bergajah yang dihancurkan oleh burung-burung dengan cara melemparinya dengan batu. Klaim mereka dibantah oleh para ulama, bahwa kisah ini bukanlah dongeng semata. Diantara buktinya adalah peninggalan syair-syair jahiliyyah yang sebagiannya banyak menyebutkan tentang kisah pasukan bergajah ini, yang disaksikan langsung oleh mereka, dan syair-syair di zaman jahiliyyah tersebut masih ada sampai sekarang. Dan juga diantara bukti yang menunjukkan akan kebenaran kisah ini adalah sebagaimana yang sering tercantum di dalam buku-buku sejarah yang menyebutkan bahwa si fulan lahir pada tahun ke sekian sebelum tahun gajah atau setelah tahun gajah. Sehingga tahun gajah sering dijadikan sebagai istilah penanggalan. Seandainya kisah ini hanyalah dongeng belaka, maka tidak mungkin tahun gajah dijadikan sebagai suatu istilah penanggalan.
Menurut sebagian orang kafir, Abrahah tidak berniat ke Mekkah untuk menghancurkan Ka’bah atau karena hasad dengan Ka’bah. Namun dia berangkat dari Yaman dalam rangka berperang dengan bangsa Persia, dimana saat itu terjadi peperangan antara Persia dan Romawi. Dalam perjalanannya, Abrahah memutuskan mengambil jalan darat melewati Mekkah. Klaim ini juga tidak benar. Karena jika Abrahah benar-benar ingin menyerang Persia, maka dia akan mengambil jalan laut yang lebih mudah dan lebih dekat.
Disebutkan pula oleh Ibnu Hisyām, dengan sanad yang hasan, ‘Āisyah menceritakan bahwa dia melihat pemimpin gajah dan pawangnya masih hidup dalam kondisi buta meminta-minta makanan di Mekah (lihat As-Siroh An-Nabawiyah As-Shahihah 1/98). Pasukan Abrahah tidak semuanya mati, masih ada yang hidup, namun dalam keadaan buta dengan kondisi yang sangat memprihatinkan.
Ini menunjukkan bahwa kisah ini real dan terjadi di tahun dilahirkannya Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam.