لَكُمْ دِينُكُمْ وَلِيَ دِينِ
Latin: lakum diinukum waliya diini
Arti: “Untukmu agamamu dan untukkulah agamaku”
Tafsir Quran Surat Al-Kafirun Ayat-6
Ayat ini adalah dalil bahwasanya agama tauhid dan agama kesyirikan tidak mungkin bergabung dan tidak mungkin pula disamakan antara agama tauhid dengan agama kesyirikan. Sekaligus ini merupakan bantahan yang sangat tegas kepada orang-orang liberal atau penganut pluralisme yang menyatakan bahwasanya semua agama itu sama. Mereka memahami ayat ini secara terbalik, dianggap bahwa ayat ini menunjukan Islam mengakui kebenaran agama lain. Padahal seluruh ahli tafsir memahami bahwa ayat ini “Untukmu agamamu dan untukkulah agamaku” adalah sebagai ancaman, bahwasanya mereka orang-orang kafir tidak akan beriman, dan bahwasanya jelas berbeda antara agama tauhid dengan agama kesyirikan. Bagaimana ayat ini bisa dianggap sebagai pembenaran terhadap agama lain sementara ayat ini dibuka dengan firmannya :
قُلْ يَا أَيُّهَا الْكَافِرُونَ
“Katakanlah (wahai Muhammad), ‘Hai orang-orang kafir’”
Penamaan mereka -kaum muysrikin Arab- dengan kafirun menunjukan bahwa ini bukanlah membenarkan mereka akan tetapi justru menghina mereka dengan menamakan mereka orang-orang kafir.
Agama yang diridhai oleh Allah hanyalah Islam. Allah berfirman:
إِنَّ الدِّينَ عِنْدَ اللَّهِ الْإِسْلَام
“Sesungguhnya agama yang diridhai oleh Allah hanya Islam.” (QS Ali ‘Imran : 19)
Allah juga berfirman dalam ayat yang lain:
وَمَنْ يَبْتَغِ غَيْرَ الْإِسْلَامِ دِينًا فَلَنْ يُقْبَلَ مِنْهُ وَهُوَ فِي الْآخِرَةِ مِنَ الْخَاسِرِينَ
“Barangsiapa mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu) daripadanya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang merugi.” (QS. Ali ‘Imran : 85)
Hal itu karena satu-satunya agama yang menyeru kepada tauhid dan penyembahan kepada pencipta alam semesta ini hanyalah Islam. Selain Islam semuanya adalah agama kesyirikan baik itu Nasrani, Hindu, Budha, Yahudi, dan lain-lain semuanya menyeru agar menyembah makhluk. Oleh karena itu, orang-orang yang hendak menyamakan antara Islam dengan Nasrani atau Yahudi maka orang tersebut telah tersesat dengan kesesatan yang nyata.
Seandainya semua agama benar maka untuk apa Nabi Muhammad diutus, untuk apa Nabi memerangi orang-orang Yahudi dan Nasrani, untuk apa Nabi mengirim para da’i untuk mendakwahi kaum Yahudi dan Nasrani. Dengan jelas Nabi bersabda:
وَالَّذِي نَفْسُ مُحَمَّدٍ بِيَدِهِ، لَا يَسْمَعُ بِي أَحَدٌ مِنْ هَذِهِ الْأُمَّةِ يَهُودِيٌّ، وَلَا نَصْرَانِيٌّ، ثُمَّ يَمُوتُ وَلَمْ يُؤْمِنْ بِالَّذِي أُرْسِلْتُ بِهِ، إِلَّا كَانَ مِنْ أَصْحَابِ النَّارِ
“Demi dzat yang jiwa Muhammad di tangan-Nya. Tiada seorang-pun dari umat ini yang mendengar seruanku, baik Yahudi maupun Nasrani, tetapi ia tidak beriman kepada seruan yang aku sampaikan, kemudian ia mati, pasti ia termasuk penghuni neraka.” (HR Muslim no.153)