مِنْ شَرِّ الْوَسْوَاسِ الْخَنَّاسِ
Latin: Min sharri l-waswāsi l-khannāsi
Arti: “Dari kejahatan (bisikan) syaitan yang biasa bersembunyi”
Tafsir Quran Surat An-Naas Ayat-4
Sebagaimana telah dijelaskan pada tafsir surat Al-Falaq tentang sumpah Iblis, yaitu untuk menyesatkan seluruh manusia. الْخَنَّاسِ secara bahasa artinya الرَّجَّاعِ “yang selalu kembali”, yaitu syaitan bersembunyi dan menjauh jika manusia mengingat Allah untuk kembali lagi menggoda manusia tatkala sedang lalai. (lihat Tafsir Al-Baghowi 8/597)
Ibnul Qoyyim berkata :
وتأمل حكمة القرآن الكريم وجلالته كيف أوقع الاستعاذة من شر الشيطان الموصوف بأنه الوسواس الخناس الذي يوسوس في صدور الناس ولم يقل من شر وسوسته لتعم الاستعاذة شره جميعه فإن قوله: {مِنْ شَرِّ الْوَسْوَاسِ الْخَنَّاسِ} يعم كل شره ووصفه بأعظم صفاته وأشدها شرا وأقواها تأثيرا وأعمها فسادا وهي الوسوسة التي هي مبادئ الإرادة فإن القلب يكون فارغا من الشر والمعصية فيوسوس إليه ويخطر الذنب بباله فيصوره لنفسه ويمنيه ويشهيه فيصير شهوة ويزينها له ويحسنها ويخيلها له في خيال تميل نفسه إليه فيصير إرادة
“Perhatikanlah hikmah Al-Qur’an al-Karim dan keagungannya, lihatlah bagaimana Al-Qur’an menyebutkan meminta perlindungan dari syaitan yang disifati dengan الْوَسْوَاسِ الْخَنَّاسِ (syaitan yang sering bersembunyi dan membisiki dada manusia), dan Al-Qur’an tidak menyatakan meminta perlindungan dan was-was/bisikan syaitan, agar permohonan perlindungan mencakup dari seluruh kejahatan dan keburukan syaitan. Yang diantara sifat syaitan yang sangat berbahaya dan yang sangat kuat pengaruhnya dan paling luas dampak kerusakannya adalah waswasah/bisikan syaitan. Karena bisikan itulah awal dari kehendak. Pada asalnya hati dalam kondisi kosong dari keburukan dan maksiat, lalu syaitanpun membisikan hati lalu terpetiklah maksiat dalam benaknya lalu syaitanpun menggambarkan maksiat itu pada hati tersebut dan membangkitkan angan-angan kosong lalu menjadikan hati bersyahwat, lalu syaitan menghiasinya dan mengindahkannya, lalu menjatuhkannya dalam khayalan-khayalan yang menjadikan jiwanya condong dan tertarik. Maka timbulah iroodah (keingingan untuk bermaksiat)
ثم لا يزال يمثل ويخيل ويمني ويشهي وينسى علمه بضررها ويطوي عنه سوء عاقبتها فيحول بينه وبين مطالعته فلا يرى إلا صورة المعصية والتذاذه بها فقط وينسى ما وراء ذلك فتصبر الإرادة عزيمة جازمة فيشتد الحرص عليها من القلب فيبعث الجنود في الطلب فيبعث الشيطان معهم مدادا لهم وعونا فإن فتروا حركهم وإن ونوا أزعجهم كما قال تعالى: {أَلَمْ تَرَ أَنَّا أَرْسَلْنَا الشَّيَاطِينَ عَلَى الْكَافِرِينَ تَؤُزُّهُمْ أَزّاً} أي تزعجهم إلى المعاصي إزعاجا كلما فتروا أو ونوا أزعجتهم الشياطين وأزتهم وأثارتهم فلا تزال بالعبد تقوده إلى الذنب
Lalu syaitan terus mendatangkan khayalan dan memberikan angan-angan, menjadikannya bernafsu, membuatnya lupa akan bahayanya maksiat dan syaitan melipat (menutupi) akibat buruk maksiat, lalu syaitan menghalanginya dari memandang akibat buruknya, akhirnya ia tidak melihat kecuali maksiat di hadapannya dan hanya kelezatan bermaksiat, iapun lupa semua yang akan muncul akibat maksiat. Maka meningkatlah dari iroodah (keinginan bermaksiat) menjadi ‘azimah (azam/tekad) yang kuat untuk bermaksiat. Lalu hatipun semakin semangat untuk bermaksiat, lalu syaitan pun mengirim pasukannya (yaitu orang-orang yang buruk) untuk membantu mencari maksiat tersebut, bahkan syaitan mengirimkan tambahan bantuan kepada pasukan tersebut. Jika pasukan tersebut bermalas-malasan maka syaitan akan memotivasi mereka, jika tidak semangat maka syaitan akan menggelisahkan mereka. Sebagaimana firman Allah
أَلَمْ تَرَ أَنَّا أَرْسَلْنَا الشَّيَاطِينَ عَلَى الْكَافِرِينَ تَؤُزُّهُمْ أَزّاً
“Tidakkah kamu lihat, bahwasanya Kami telah mengirim syaitan-syaitan itu kepada orang-orang kafir untuk menghasung mereka berbuat maksiat dengan sungguh-sungguh?” (QS Maryam : 83)
Yaitu syaitan menjadikan mereka gelisah kalua tidak bermaksiat, setiap kali mereka malas atau berlambat-lambat maka syaitan menggelisahkan mereka, mengganggu mereka, sehingga syaitan senantiasa menggirin hamba kepada dosa” (Badaa’iul Fawaaid 2/257-258)