Doa setelah makan
Pertama
اَلْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِيْ أَطْعَمَنِيْ هَـٰذَا وَرَزَقَنِيْهِ، مِنْ غَيْرِ حَوْلٍ مِنِّيْ وَلاَ قُوَّةٍ
Alhamdulillaahil-ladzii ath’amanii haadzaa wa rozaqoniihi, min ghoiri haulin minnii wa laa quwwah.
“Segala puji bagi Allah yang telah memberiku makanan ini, dan memberi rezeki kepadaku, tanpa daya dan kekuatan dariku([1]).” ([2])
Kedua
الحَمْدُ لِلَّهِ كَثِيرًا طَيِّبًا مُبَارَكًا فِيهِ، غَيْرَ مَكْفِيٍّ وَلاَ مُوَدَّعٍ وَلاَ مُسْتَغْنًى عَنْهُ، رَبَّنَا
Alhamdulillaahi katsiiron thoyyiban mubaarokan fiih, ghoiro makfiyyin([3]) wa laa muwadda’([4]), wa laa mustaghnan ‘anh([5])u robbanaa.
“Segala puji bagi Allah dengan pujian yang banyak, yang baik dan penuh berkah, yang senantiasa dibutuhkan, diperlukan dan tidak bisa ditinggalkan, ya Tuhan kami.” ([6])
Ketiga
اَلْحَمْدُ لِلَّهِ
Alhamdulillaah.
“Segala puji bagi Allah.” ([7])
_____________________
([1]) Daya (cara) dan kekuatan adalah sebuah isyarat seseorang dalam mendapatkan makanan, orang yang kuat bisa mendapatkan makanannya dengan kekuatannya sedangkan orang yang lemah mendapatkan makanan dengan cara daya (cara)nya. Dan dalam doa ini menunjukkan bahwasanya makanan yang didapat semata-mata karena karunia Allah subhanahu wa ta’ala dan tidak ada sesuatupun yang turut campur dalam mendapatkan makanan tersebut. (lihat: dalil Al-Falihiin LiThuruqi Riyaadhus Shoolihiin 5/222)
([2]) HR. Ahmad no. 15622 dan Ibnu Majah no. 3285, dan dihasankan oleh Al-Albani
([3]) Artinya adalah Dia lah yang memberikan makan dan dia tidak perlu untuk diberi makan. (lihat: Tathriiz Riyaadhis Sholihiin 1/469)
([4]) Artinya: Dia adalah Dzat yang tidak pernah ditinggalkan dalam berdoa dan meminta kepada-Nya dan mengharapkan apa yang ada di sisi-Nya. (lihat: Ma’alimu As-Sunan 4/261)
([5]) Artinya: bahwa semua makhluk-Nya membutuhkannya. (lihat: Tathriiz Riyaadhis Sholihiin 1/469)
([7]) Hal ini berdasarkan hadits yang diriwayatkan oleh Anas bin Malik bahwasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
إِنَّ اللهَ لَيَرْضَى عَنِ الْعَبْدِ أَنْ يَأْكُلَ الْأَكْلَةَ فَيَحْمَدَهُ عَلَيْهَا أَوْ يَشْرَبَ الشَّرْبَةَ فَيَحْمَدَهُ عَلَيْهَا
“Sesungguhnya Allah Ta’ala sangat suka kepada hamba-Nya yang mengucapkan tahmid (alhamdulillah) ketika memakan makanan dan ketika meminum minuman.” (HR. Muslim no. 2734)
Imam Nawawi rahimahullah mengatakan, “Jika seseorang mencukupkan dengan bacaan “alhamdulillah” saja, maka itu sudah dikatakan menjalankan sunnah.” (Syarh Shahih Muslim, 17: 46).