42. وَأَنَّ إِلَىٰ رَبِّكَ ٱلْمُنتَهَىٰ
wa anna ilā rabbikal-muntahā
42. dan bahwasanya kepada Tuhanmulah kesudahan (segala sesuatu).
Tafsir :
Di sini Allah ﷻ melanjutkan kandungan isi suhuf Ibrahim dan Musa, ayat ini ditafsirkan dengan dua tafsiran oleh ahli tafsir:
- Akal tidak akan sampai berpikir tentang Allah ﷻ, makanya tidak diperbolehkan merenung tentang dzat Allah ﷺ akan tetapi hendaknya yang direnungkan adalah nikmat-nikmat dan ciptaan Allah([1]) ﷻ, sebagaimana dijelaskan oleh Nabi ﷻ,
يَأْتي الشَّيْطانُ أحَدَكُمْ فَيَقُولَ: مَن خَلَقَ كَذا وكَذا؟ حتَّى يَقُولَ له: مَن خَلَقَ رَبَّكَ؟ فإذا بَلَغَ ذلكَ، فَلْيَسْتَعِذْ باللَّهِ ولْيَنْتَهِ
“Setan akan datang kepada salah seorang dari kalian lalu bertanya, ‘Siapa yang menciptakan ini dan itu? Hingga akhirnya dia akan bertanya siapa yang menciptakan tuhanmu? Jika hal itu terjadi, hendaknya dia berlindung kepada Allah dan sudahilah (jangan turuti menjawab pertanyaannya)”([2]).
Alkisah bahwasanya ada seseorang tokoh yang berkewarganegaraan Saudi Arabia bernama Abdullah Al-Qoshimy menulis sebuah buku yang menakjubkan berjudul الصِّرَاعَ بَينَ الإِسْلاَمِ وَالوَثَنِيَّة
“Pertarungan antara Islam dan penyembahan berhala” yang isinya adalah bantahan terhadap agama-agama kesyirikan sampai orang-orang kagum dan menulis bait-bait syair yang isinya pujian untuknya akan tetapi di akhir hayatnya dia kafir kepada Allah ﷻ dan tidak percaya adanya Rabb. Bisa jadi dia berpikir tentang Rabb yang mana otak manusia tidak akan sampai berpikir tentang itu. Kita tahu bahwa indra yang kita miliki mempunyai batasan, pandangan kita, pendengaran kita bahkan tenaga kita juga terbatas maka otak kita juga memiliki batasan. Apabila kita berusaha memikirkan sesuatu di luar batasan otak maka yang demikian itu berbahaya karena setan akan datang kepada kita membawa syubhat dan inilah yang terjadi kepada diri Abdullah Al-Qoshimy dia kafir di saat para pakar dan ilmuan memilih untuk masuk Islam sehingga ketika dia telah kafir dia pun menulis buku yang menyerang Islam. Maka hendaknya seseorang bersyukur atas nikmat hidayah yang Allahﷻ berikan.
- Bahwasanya segala perkara semua yang menentukan adalah Allah ﷻ, semua urusan kesudahannya kembali kepada Allah ﷻ. Tentang hari kiamat, padang Mahsyar, surga dan neraka, kehidupan dan kematian, taqdir, rezeki, semuanya kembali kepada Allah ﷻ dan ini erat kaitannya dengan tauhid Rububiyah([3]). Pendapat inilah yang lebih kuat oleh karenanya pada firman selanjutnya Allah ﷻ memerinci,
___________________
Footnote :