31. وَلِلَّهِ مَا فِى ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَمَا فِى ٱلْأَرْضِ لِيَجْزِىَ ٱلَّذِينَ أَسَٰٓـُٔوا۟ بِمَا عَمِلُوا۟ وَيَجْزِىَ ٱلَّذِينَ أَحْسَنُوا۟ بِٱلْحُسْنَى
wa lillāhi mā fis-samāwāti wa mā fil-arḍ, liyajziyallażīna asā`ụ bimā ‘amilụ wa yajziyallażīna aḥsanụ bil-ḥusnā
31. Dan hanya kepunyaan Allah-lah apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi supaya Dia memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat jahat terhadap apa yang telah mereka kerjakan dan memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik dengan pahala yang lebih baik (surga).
Tafsir :
Jika kita cermati ayat ini maka akan kita dapati susunan yang berbeda seharusnya secara susunan dalam bahasa arab مَا فِى السَّمٰوٰتِ وَمَا فِى الْاَرْضِ للهِ yaitu “Apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi milik Allah” akan tetapi kata لله di kedepankan dan ini yang disebut dalam bahasa arab sebagai “تَقدِيمُ مَا حَّقُّهُ التَّأخِير” yaitu “Mengedepankan (kata/kalimat) yang seharusnya berada di akhir” fungsinya adalah “إِفَادَةُ الحَصر” memberikan faedah pembatasan([1]), sehingga terjemahan dalam bahasa Indonesia adalah “Dan hanya milik Allah-lah apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi”. Semua yang ada di alam semesta ini hanya milik Allah ﷻ sehingga Dia berhak untuk mengatur apa yang Dia kehendaki dan membalas dengan apa yang Dia kehendaki.
Kemudian firman Allah ﷻ
لِيَجْزِيَ الَّذِيْنَ اَسَاۤءُوْا بِمَا عَمِلُوْا وَيَجْزِيَ الَّذِيْنَ اَحْسَنُوْا بِالْحُسْنٰىۚ
Agar Dia memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat jahat sesuai dengan apa yang telah mereka kerjakan dan Dia akan memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik dengan pahala yang lebih baik (surga).
Huruf “ل” pada firman Allah ﷻ لِيَجْزِيَ yang bermakna “Agar” dalam bahasa Arab dinamakan sebagai لاَمُ الْعَاقِبَةِ “laamul ‘aaqibah” yaitu huruf laam yang berfungsi menjelaskan kesudahan (akibat) dari suatu pekerjaan([2]), bukan laam yang berfungsi menjelaskan tujuan dari suatu pekerjaan yang dalam bahasa Arab disebut sebagai “laamul kay” contoh : آكُلُ لِأشْبَعَ artinya “Saya makan agar kenyang”.
Diantara contoh “laamul ‘aaqibah” seperti yang digunakan pada ayat diatas adalah perkataan seorang penyair Arab,
لِدثوا لِلْمَوْتِ
Yang artinya “Lahirlah kalian agar (untuk) mati!” maksudnya bukan lahir untuk (dengan tujuan) mati, akan tetapi tapi “lahirlah dan kesudahannya pasti kalian akan mati”.
وابْنُوا لِلْخَرَابِ
“dan bangunlah (bangunan) untuk kehancuran!” maksudnya bukan membangun bangunan (dengan tujuan) untuk dihancurkan, akan tetapi “Buatlah bangunan dan kesudahannya pasti akan hancur”. ([3])
Kedua laam tersebut laamul ‘aqibah dan laamul kay mirip cara bacanya karena keduanya sama-sama dibaca لِ (dengan kasrah) akan tetapi keduanya memiliki fungsi yang berbeda.
Contoh laamul ‘aaqibah dalam Al-Quran adalah firman Allah ﷻ
فَالْتَقَطَه اٰلُ فِرْعَوْنَ لِيَكُوْنَ لَهُمْ عَدُوًّا وَّحَزَنًاۗ
“Maka dia dipungut oleh keluarga Fir‘aun agar (kelak) dia menjadi musuh dan kesedihan bagi mereka. (QS Al-Qhososh : 8)
Tidak tepat jika dikatakan bahwa laam pada ayat diatas adalah laamul kay sehingga maknanya Musa dipungut agar menjadi musuh dan kesedihan bagi mereka. Laam pada ayat diatas berfungsi menjelaskan kesudahan dari apa yang mereka lakukan bahwasanya Musa kecil yang mereka pungut kelak akan menjadi musuh dan mendatangkan kesedihan bagi mereka dan ini yang dinamakan dengan “laamul ‘aaqibah”.
Firman Allah ﷻ,
وَيَجْزِيَ الَّذِيْنَ اَحْسَنُوْا بِالْحُسْنٰىۚ
Dia akan memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik dengan pahala yang lebih baik (surga).
Disini timbul pertanyaan, siapakah orang-orang tersebut? Allah ﷻ kemudian menjelaskan di ayat-ayat berikutnya
__________________
Footnote :
([1]) Lihat: Al-Nalaghoh Al-‘Arabiyyah hal: 537