74. لَمْ يَطْمِثْهُنَّ إِنسٌ قَبْلَهُمْ وَلَا جَآنٌّ
lam yaṭmiṡ-hunna insung qablahum wa lā jānn
74. Mereka tidak pernah disentuh oleh manusia sebelum mereka (penghuni-penghuni surga yang menjadi suami mereka), dan tidak pula oleh jin.
Tafsir :
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
لَمْ يَطْمِثْهُنَّ إِنْسٌ قَبْلَهُمْ وَلَا جَانٌّ. فَبِأَيِّ آلَاءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ. مُتَّكِئِينَ عَلَى رَفْرَفٍ خُضْرٍ وَعَبْقَرِيٍّ حِسَانٍ. فَبِأَيِّ آلَاءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ. تَبَارَكَ اسْمُ رَبِّكَ ذِي الْجَلَالِ وَالْإِكْرَامِ
“Mereka tidak pernah disentuh oleh manusia maupun oleh jin sebelumnya. Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kalian dustakan? Mereka bersandar pada bantal-bantal yang hijau dan permadani-permadani yang indah. Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kalian dustakan? Mahasuci nama Tuhanmu Pemilik Keagungan dan Kemuliaan.” (QS. Ar-Rahman: 74-78)
Sebagian ulama menafsirkan (رَفْرَف) dengan beberapa pengertian. Sebagian mereka ada yang menafsirkan dengan permadani, sebagian yang lain menafsirkan dengan bantal-bantal. Intinya, para penghuni surga ketika di dalam surga bertelekan dengan bantal-bantal yang hijau dan permadani-permadani yang indah.([1])
Pada surat ini Allah membuka firmannya dengan “Ar-Rahman” artinya Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Kemudian di dalam ayat tersebut Allah menyebutkan berbagai macam kenimatan. Ada nikmat dunia, nikmat agama, nikmat akhirat dan peringatan-peringatan. Yang semua ini menunjukkan kasih sayang Allah kepada hamba-hambaNya. Kemudian di akhir surat Allah menutupnya dengan memuji diriNya seraya berfirman, ([2])
تَبَارَكَ اسْمُ رَبِّكَ ذِي الْجَلَالِ وَالْإِكْرَامِ
“Mahasuci nama Tuhanmu Pemilik Keagungan dan Kemuliaan.”
Allah adalah Dzat pemilik segala keagungan dan berhak untuk diagungkan dan dimuliakan, karena keluasan rahmatNya yang sangat luas kepada hamba-hambaNya.([3])
Allah banyak menyebutkan kenikmatan-kenikmatan di dalam surat ini. Kenikmatan-kenikmatan ini hanya bisa didapatkan oleh orang-orang yang takut kepada Rabb-Nya. Oleh karena itu, Allah menyebutkan empat surga. Dua surga pada golongan yang pertama dan dua surga pada golongan yang kedua. Para ulama menyebutkan bahwa penghuni surga bertingkat-tingkat.
Hal ini juga menunjukkan bahwa tingkat rasa takut para hamba kepada Allah juga bertingkat-tingkat. Barang siapa memiliki tingkat takut yang besar kepada Allah, maka dia berada pada dua surga yang di atas. Dan barang siapa yang memiliki tingkat takut yang lebih kecil, maka dia berada pada sua surga yang di bawah.
Tidak mungkin seseorang memperoleh bidadari yang begitu cantik jelita, kecuali dia memiliki rasa takut kepada Allah. Maka di zaman sekarang ini yang penuh dengan fitnah, hendaknya seseorang berhati-hati dan takut kepada Allah, terutama di saat dia dalam keadaan sendirian. Jangan sampai dia mendengarkan hal yang haram, melihat hal yang haram, berkomentar dengan komentar yang haram. Hendaknya dia selalu takut kepada Allah, agar dia mampu mendapatkan bidadari-bidadari surga sebagaimana yang disebutkan dalam surat ini.
Disebutkan dalam hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Umar, bahwa Rasulullah bersabda:
مَنْ شَرِبَ الْخَمْرَ فِي الدُّنْيَا لَمْ يَشْرَبْهَا فِي الْآخِرَةِ
“Barang siapa yang minum khamr di dunia, maka dia tidak akan minumnya di akhirat kelak.”([4])
Begitu pula dengan hadits yang diriwayatkan oleh Umar berkata, Aku mendengar Rasulullah bersabda:
مَنْ لَبِسَ الحَرِيرَ فِي الدُّنْيَا لَمْ يَلْبَسْهُ فِي الآخِرَةِ
“Barang siapa yang memakai kain sutera di dunia, maka dia tidak akan memakainya di akhirat.”([5])
Begitu juga disebutkan di dalam hadits yang diriwayatkan oleh Al-Barra’ bin ‘Azib berkata: “Rasulullah memerintahkan kepada kami dengan tujuh perkara dan melarang kami dengan tujuh perkara, diantaranya adalah menggunakan emas dan perak.”
فَإِنَّهُ مَنْ شَرِبَ فِيهَا فِي الدُّنْيَا لَمْ يَشْرَبْ فِيهَا فِي الْآخِرَةِ
“Barang siapa yang minum darinya, maka dia tidak akan minum darinya di surga kelak.”([6])
Barang siapa yang tidak menjaga kemaluannya, pandangannya, menjalin hubungan dengan wanita yang tidak halal baginya, maka dikhawatirkan dia tidak akan medapatkan bidadari di surga. Bidadari yang sangat cantik jelita, maharnya adalah ketaqwaan, rasa takut kepada Allah, shalat malam dan menundukkan pandangan. Apabila kita menikmati yang halal, maka Allah akan halalkan bagi kita. Allah menganugerahkan kepada seseorang istri, maka hendaknya seseorang tersebut berusaha menyalurkan syahwatnya kepada yang halal. Jangan sampai Allah sudah memberikan kepada seseorang seseuatu yang halal, namun masih mencari sesuatu yang haram.
Oleh karena itu diantara doa yang selalu dipanjatkan oleh Nabi adalah:
اللَّهُمَّ اكْفِنِي بِحَلَالِكَ عَنْ حَرَامِكَ، وَأَغْنِنِي بِفَضْلِكَ عَمَّنْ سِوَاكَ
“Ya Allah cukupkanlah aku dengan yang halal, sehingga aku tidak butuh dengan yang haram. Dan cukupkanlah aku dengan karuniaMu dari bergantung kepada selainMu.” ([7])
Demikian juga kepada para wanita, untuk bisa menjadi ratu bidadari maka hendaknya selalu bersabar dalam kehidupan ini, hendaknya membantu suami untuk bertakwa kepada Allah, bersabar menghadapi sikap para suami, berusaha taat kepada mereka. Karena, ketahuilah bahwa kehidupan ini hanyalah sebentar. Jika dia mampu bersabar, maka dia akan menjadi ratu bidadari yang indahnya melebihi para bidadari yang cantik jelita sebagaimana yang Allah sebutkan sifat-sifatnya.
Ibnu Al-Mubarak menuturkan: Rusydin telah mengabarkan kepada kami, dari Ibnu An’um, dari Hibban bin Abu Jabalah, berkata:
إِنَّ نِسَاءَ الدُّنْيَا مَنْ دَخَلَ مِنْهُنَّ الْجَنَّةَ فُضِّلْنَ عَلَى الْحُورِ الْعِينِ بِمَا عَمِلْنَ فِي الدُّنْيَا
“Sesungguhnya wanita dunia jika masuk surga, maka dia lebih utama dari para bidadari surga disebabkan amalnya yang mereka lakukan di dunia.”([8])
_________________
Footnote :
([1]) Lihat: Tafsir Al-Baghawiy 7/459.
([2]) Tafsir Al-Qurthubiy 17/193.
([3]) Lihat: Tafsir Ibnu Katsir 7/510.