72. حُورٌ مَّقْصُورَٰتٌ فِى ٱلْخِيَامِ
ḥụrum maqṣụrātun fil-khiyām
72. (Bidadari-bidadari) yang jelita, putih bersih, dipingit dalam rumah.
Tafsir :
Diantara sifat-sifat bidadari surga adalah (حُورٌ) yaitu memiliki mata yang putihnya berwarna sangat putih dan hitamnya berwarna sangat hitam, jika digambarkan bola matanya yang berwarna sangat hitam di dalam bola matanya yang sangat putih yang membuat keindahannya sangat menggoda([1]). Dan (مَقْصُورَاتٌ فِي الْخِيَامِ) yaitu terpingit dalam kemah-kemah. Kemah-kemah tersebut bukan terbuat dari kulit dan semacamnya, akan tetapi terbuat dari mutiara yang sangat besar dan luas.
Pada ayat ini Allah menjelaskan kenikmatan yang ada pada dua surga yang berada di bawah. Kenikmatannya adalah bidadari-bidadari surga telah menunggu di kemah-kemah. Mereka tidak pernah keluar dari kemah itu, karena menunggu suaminya datang. Allah menciptakan bidadari tersebut untuk melayani para penghuni surga, sedangkan keadaan mereka selalu terpingit dalam kemah-kemah.([2])
Berbeda dengan bidadari yang telah disebutkan pada ayat sebelumnya. Sebagian ulama menyebutkan bahwa bidadari-bidadari tersebut lebih utama. Meskipun mereka tidak terpingit, namun mereka selalu menundukkan pandangan, tidak melihat kecuali kepada suaminya.
Semua ini menunjukkan suatu kenikmatan yang agung, karena seorang suami setiap kali pulang ke rumahnya, maka dia mendapati istrinya menantikan dirinya di rumah. Bukan seperti yang banyak terjadi di zaman sekarang ini, terkadang seorang suami yang pulang ke rumah, kemudian mendapati istrinya sedang keluar dan tidak berada di rumahnya.
______________________
Footnote :