26. كُلُّ مَنْ عَلَيْهَا فَانٍ
kullu man ‘alaihā fān
26. Semua yang ada di bumi itu akan binasa.
Tafsir :
Fana adalah kata yang diambil dari lafadz (فَانٍ) artinya binasa atau tidak kekal. Ayat ini menetapkan sifat wajah bagi Allah. Allah memiliki dzat dan terdapat wajah pada dzat tersebut([1]). Oleh karena itu, disebutkan dalam beberapa hadits bahwa Rasulullah bersumpah dengan wajah Allah, beliau juga berdoa agar bisa melihat wajah Allah. Sebagaimana beliau bersabda,
وَأَسْأَلُكَ لَذَّةَ النَّظَرِ إِلَى وَجْهِكَ
“Aku memohon kepadaMu (Ya Allah) kelezatan memandang wajahMu.”([2])
Dan Nabi juga mensifati sinar yang keluar dari wajah Allah. Nabi bersabda :
حِجَابُهُ النُّورُ لَوْ كَشَفَهُ لَأَحْرَقَتْ سُبُحَاتُ وَجْهِهِ مَا انْتَهَى إِلَيْهِ بَصَرُهُ مِنْ خَلْقِهِ
“HijabNya adalah cahaya, seandainya Allah menyingkapnya maka cayaha wajahNya akan membakar seluruh makhluknya yang terlihat oleh pandangan Allah” ([3])
Dan tentunya wajah Allah tidak seperti wajah makhluk. Oleh karenanya diantara puncak kenikmatan penghuni surga adalah melihat wajah Allah di surga.
Namun, menurut tata bahasa arab, disebutkan wajah pada ayat ini memiliki fungsi yaitu untuk mewakili dzat secara keseluruhan. Artinya menyebutkan sebagian untuk mewakili seluruh dzat. Seperti halnya seseorang mengatakan: ‘Aku tidak melihat batang hidungnya’. Maksudnya bukan batang hidungnya saja yang tidak ada, akan tetapi wujud orangnyapun tidak ada. Maka batang hidung yang telah disebutkan berfungsi mewakili suatu dzat. Bentuk kalimat seperti ini juga digunakan dalam bahasa Arab.
_________________
Footnote :
([1]) Lihat: Tafsir Al-Qurthubiy 17/165.
([2]) H.R. An-Nasa’i no.1305 dan dishahihkan oleh Al-Albani.