68. أَفَرَءَيْتُمُ ٱلْمَآءَ ٱلَّذِى تَشْرَبُونَ
a fa ra`aitumul-mā`allażī tasyrabụn
68. Maka terangkanlah kepadaku tentang air yang kamu minum.
Tafsir :
Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman,
أَفَرَأَيْتُمُ الْمَاءَ الَّذِي تَشْرَبُونَ، أَأَنْتُمْ أَنْزَلْتُمُوهُ مِنَ الْمُزْنِ أَمْ نَحْنُ الْمُنْزِلُونَ، لَوْ نَشَاءُ جَعَلْنَاهُ أُجَاجًا فَلَوْلَا تَشْكُرُونَ
“Pernahkah kamu memperhatikan air yang kamu minum? Kamukah yang menurunkannya dari awan ataukah Kami yang menurunkan? Sekiranya Kami menghendaki, niscaya Kami menjadikannya asin, mengapa kamu tidak bersyukur?” (QS. Al-Waqi’ah : 68-70)
Segala proses turunnya air dari langit hingga bisa diminum oleh mereka asalnya dari Allah Subhanahu wa ta’ala. Air yang menguap ke langit, kemudian membentuk awan, lalu kemudian air tersebut dijatuhkan ke bumi merupakan kehendak Allah Subhanahu wa ta’ala. Dan jika sekiranya Allah Subhanahu wa ta’ala berkehendak maka air hujan tersebut akan turun menjadi air yang asin. Bahkan jika Allah berkehendak, maka air hujan tidak akan turun dalam bentuk tetesan air, bahkan bisa saja Allah menurunkannya dalam bentuk bola es atau bahkan balok es. Akan tetapi Allah Subhanahu wa ta’ala menjadikan air hujan dalam bentuk tetesan, dan ternyata tetesan tersebut tidak menyatu satu sama lain, padahal jarak dari awan menuju tanah cukup jauh. Yang mengatur semua ini adalah Allah Subhanahu wa ta’ala. Seandainya tetesan-tetesan tersebut berkumpul di langit sebesar danau lalu baru jatuh ke bumi tentu akan membinasakan manusia.